Chereads / Recall [ Alin ] / Chapter 8 - Episode 8

Chapter 8 - Episode 8

"anda ingin konsultasi dengan saya di dalam sini atau di luar saja?" masih tersenyum dia sedikit melirik ke arah luar

tersadar dengan posisi ku yang tengah berdiri di depan pintu . aku hanya tersenyum kikuk kemudian menutup pintu dan  berjalan  ke arahnya .

"perkenalkan, saya dokter gema"

dia mengulurkan tangan, mengajak bersalaman

"saya alin" balas ku santai

aku tidak tahu, laki laki yang bernama gema ini tidak pernah bertemu dengan ku sebelumnya. memang dia mirip sekali dengan laki laki yang ada di dalam ingatan ku . tetapi aku bahkan tidak merasa canggung dihadapan nya .

"jadi alin, ada yang bisa saya bantu ? karna kamu tidak mungkin datang kesini jika tidak dengan ada alasan kan?"

tanya nya ramah . dia tersenyum lagi

"wajah anda terlihat tidak asing"

aku tidak menjawab pertanyaan barusan .karena aku ingin memastikan sesuatu terlebih dahulu

dia terkekeh. kemudian mengusap dagunya .

"banyak orang bilang seperti itu . mereka bahkan terang terangan bilang kalau saya mirip sekali dengan tokoh utama pemain film sihir yang terkenal itu" jawabnya

bukan itu maksud ku!!

ku teriaki dia dalam hati

"nah , jadi alin . saya ulangi untuk yang ketiga kalinya . ada yang bisa saya bantu ? saya harap kali ini kamu menjawab pertanyaan saya"

ku tatap dia sebelum mulai menceritakan tentang kondisi ku .

dia tersenyum, menunggu .

membuat ku relax dan nyaman .

ku buka tas yang menyimpan note tempat ku menuliskan point point yang sudah ku tulis beberapa bulan yang lalu . ku buka halamanya cepat , dan mencari halaman yang bertuliskan "PENTING" di atasnya .

kemudian menaruhnya di atas meja kerja . dan mendorong nya sedikit ke arah dr. Gema

Aku kira dia akan langsung mengambil note yang sudah ku sodorkan . namun dia hanya diam dan menatap ku . rupanya dia benar benar menunggu ku bicara .

Ku ceritakan kepadanya hal yang aku alami beberapa bulan terakhir mengenai serangan ku . seperti saat aku menceritakan kepada mira dan Andre .

Sesekali aku melirik ke arah nya untuk melihat ekspresi yang akan muncul . tetapi, bahkan hingga ceritanya sudah selesai dia tidak mengeluarkan ekspresi seperti mengerutkan dahi atau setidaknya memasang wajah serius . dia masih dengan senyum pesona nya .

"kenapa diam? kamu belum menceritakan semuanya" dia menunggu

"maksud dokter?"

"bagian yang kamu tutupi belum kamu ceritakan" balas nya lagi

dari mana dia tau ? aku memang tidak menceritakan bagian dimana aku hampir menangis saat memori di kepalaku muncul . perasaan yang mengenakkan sekaligus menyakitkan.

"saya... setiap memori itu muncul . saya merasa sedih sekaligus bahagia . saya bahkan hampir menangis . tapi tidak tahu kenapa"

kali ini dia mengangguk, kemudian menarik note yang sudah ku sodorkan sejak tadi . membaca nya cepat kemudian melihat ku lagi .

Dia memasang ekspresi yang tak ku mengerti . seperti sudah tahu tentang semua masalah di kepala ku

"sudah berapa lama kamu dapat serangan seperti ini ?"

sambil mencoret coret sesuatu dia bertanya.

"dua bulan dok"

"setiap hari?"

aku menggeleng

"sekitar setiap seminggu sekali"

"berapa lama durasinya ?"

kali ini dia berbicara sedikit santai dengan pose duduk menyandar ke kursi

"nggak tau dok, saya nggak ngitung. tapi mungkin kira kira sepuluh sampai lima belas menit"

dia mengangguk lagi, kemudian menuliskan beberapa catatan .

setelah itu melakukan panggilan dengan orang diseberang sana .

diruang berbeda yang di dalam sana terdapat alat alat medis yang tidak ku mengerti.

ruangan kami hanya di batasi pintu kaca yang lebar, sehingga aku bisa mengamati sekeliling ruangan hingga tembus ke ruangan sebelah.

lima menit, seseorang datang mengetuk pintu .

Dokter gema menjelaskan singkat bahwa aku harus mengikuti pemeriksaan menggunakan MRI .

Aku tidak mengerti dan menurut saja . kemudian aku dibawa menuju ruangan lain yang terdapat alat besar di dalaman nya .

Setelah melakukan pemeriksaan MRI aku disuruh menunggu di ruangan Dokter Gema sampai  hasil pemeriksaan tersebut keluar .

tidak lama kemudian seseorang yang tadi mengetuk ruangan dokter Gema pun masuk dan memberikan hasil tes MRI.

Dokter Gema melihatnya cepat kemudian tersenyum

"dugaan saya benar, kepala kamu tidak apa apa . ini murni kamu mengalami gangguan psikologis" terang nya kemudian

"ma .. ma.. maksud dokter saya gila?"

tanya ku tercengang, hingga pertanyaan terpatah patah

"belum bisa di pastikan , kamu harus berkunjung kesini seminggu sekali untuk melakukan observasi lebih lanjut agar saya benar bisa menyimpulkan dan mengobati kamu "

aku tertunduk lesu . membayangkan bahwa ternyata aku mungkin mengidap gangguan jiwa

" hey, tidak apa apa . kamu akan baik baik saja" dia tersenyum meyakin kan . yang membuat perasaan ku membaik

aku mengangguk pasrah.

dr. Gema kemudian menuliskan beberapa catatan serta menuliskan resep obat yang lumayan banyak . dia bilang aku juga harus meminum rutin obat tersebut agar saat terjadi serangan lagi setidaknya aku tidak terlalu pusing dan sakit kepala .

sebelum aku keluar dari ruangan nya . dr.Gema kembali memanggil dan berkata sesuatu yang tidak ku mengerti .

"bertahan lah lin, hanya sebentar lagi"

dia kemudian tersenyum dan melambaikan tangan .

aku berjalan pelan menuju apotek di sebelah rumah sakit, menebus obat dan kemudian membeli minuman dingin untuk menghilangkan stress .

setelah itu aku berjalan ke arah tempat tukang ojek agar aku bisa cepat pulang karena angkot jurusan kontrakan ku akan sampai setengah jam kedepan . melelahkan jika harus menunggu .

sebelum naik, perasaan tidak enak merayapi hati ku . tetapi cepat cepat ku tepis karna mungkin hanya perasaan ku saja dan karna aku yang belum makan sejak pagi .

tetapi lima menit setelah naik ojek perasan ku kian tidak enak . apa ini karna motor yang ku naiki sedikit berulah?

motor yang ku naiki sudah tua memang, tetapi masih bisa berjalan meski tersendat dan sejak tadi masih tidak apa apa .

namun dugaan ku salah, bapak tukang ojek yang membawa motor ini melaju untuk memotong sebuah mobil mini bus di depan sana .

di jalur kiri, tepat setelah memotong mobil mini bus, ada sebuah motor bebek yang  ternyata tepat di depan jalan mendadak mengagetkan kami .

bapak yang kaget mengerem mendadak untuk menghindari tabrakan . mobil mini bus yang kami potong tadi juga ikutan kaget lalu membanting stir ke arah kanan untuk menghindari kami . aku kira aku sudah selamat .

Namun sebuah truk besar menghantam kami dari belakang .

aku terpental ke atas . sepeda motor terseret ke dalam truk . tubuh ku jatuh dan terseret beberapa meter dari tempat awal ku terpental . tangan dan kaki ku sudah mati rasa . darah mengalir dari hidung dan telinga ku .

belum sempat aku merintih sebuah mobil melaju melindasku .

kupingku berdenging, mata ku buram . bunyi tabrakan kami masih terltinggal di kepala ku .

gelap, aku .....