Bau nya seperti bau alkohol dan obat obatan, terlintas di benakku saat aku sadar dan membuka mata.
kulihat bela teman kerjaku duduk di sofa sambil memainkan gadgednya dan Mira yang sedang memeriksa infus ku.
"kamu sudah bangun?"
tanya Mira tersenyum
aku cuma terdiam, aku tidak tau ada apa dengan ku sekarang. yang aku rasakan hanya rindu.
rindu akan sesuatu, rindu akan kehangatan, rindu akan dia yang entah siapa, hati ku sakit. air mata mengalir di pipi ku.
aku tidak mengerti apa yang terjadi, yang aku ingat hanya halusinasi itu namun rasanya terus membekas di hati.
"hey kenapa kamu menangis?"
bela yang dari tadi duduk memperhatikanku sekarang berjalan menghampiriku.
"aku rindu bel, aku rindu"
"rindu dengan siapa ? ibumu?"
"bukan bel, aku rindu dengan seseorang yang aku tidak tau itu siapa"
"aneh kamu lin, bahkan kamu tidak pernah jatuh cinta dengan seorang laki laki dari kecil"
Mira memotong percakapan.
terlihat raut wajah yang bingung dari kedua temanku.
"dokter bilang kamu hanya kelelahan, kamu harus dirawat disini beberapa hari kedepan"
Mira menjelaskan singkat
"untuk cuti sakit mu biar aku yang urus, kamu istirahat aja disini dulu"
Bela melanjutkan.
sekarang aku berada di rumah sakit tempat Mira bekerja.
aku di pindahkan ke kamar VIP setelah melakukan pemeriksaan di UGD tadi.
Mira yang menemaniku bermalam di sini karena memang kami tinggal satu apartement, jadi dia selalu punya inisiatif untuk menemaniku.
"aku pamit dulu ya lin, aku harus menyiapkan laporan untuk meeting besok di kantor. semoga kamu cepat sembuh"
Bela mengusap rambutku sebelum melangkah pergi.
"tadi aku yang menelfon nya, aku nggak tau lagi harus menghubungi siapa"
sambil mengambil semangkuk bubur Mira menjelaskan.
"sini lin aku suapin, kamu harus makan lin dari tadi kamu nggak ada makan"
lanjutnya.
"terima kasih ya mir, kamu memang sahabat terbaikku sejak dulu"
"sama sama Alin"
makanan disini terasa hambar, aku tau makanan rumah sakit memang tidak ada yang enak, tapi aku harus makan agar aku cepat pulih.
"lin, boleh aku bertanya sesuatu ?"
"apa mir ?"
"tadi sebelum kamu pingsan, aku melihatmu melamun lalu kamu bicara sendiri.apakah kamu merahasiakan sesuatu ?"
"engga mir, sudah kubilang belakangan ini aku sering pusing. dan kamu sendiri yang bilang mungkin aku mengidap vertigo"
"tapi sejujurnya dari hasil cek up kamu yang lalu aku dan para dokter lainnya nggak ada melihat kejanggalan pada otak mu lin"
aku cuma terdiam.
ingin sekali mengatakan yang sebenarnya tapi aku takut Mira punya pemikiran kalau aku sudah tidak waras.
"ceritakan yang sebenarnya lin, aku bukan sekedar seorang dokter. aku sahabatmu dari SMA lin."
"sebenarnya aku selalu berhalusinasi saat serangan di kepala ku itu muncul mir."
"halusinasi yang seperti apa ?"
"ada seorang laki laki yang muncul di dalam halusinasiku mir, selalu dia. bahkan aku merasakannya benar benar nyata".
"lalu apa lagi yang kamu rasakan lin ?"
"banyak kejadian kejadian aneh yang aku rasakan dalam halusinasi ku mir, namun setiap bertemu dengannya hatiku selalu berdebar."
"apakah sebelumnya kamu pernah bertemu dengan sosok lelaki yang ada didalam halusinasi mu itu ?"
" sama sekali tidak mir, bahkan aku tidak tau persis bagaimana wajahnya, hanya buram"
"sepertinya kamu harus di terapi mir, dan saran ku sebaiknya kamu memikirkan jodoh mu sekarang. mengingat usia mu sudah 24 tahun"
"aku masih ingin berkarier, kamu saja yang mikirin jodohmu sendiri. aku juga nggak pernah lihat kamu kencan dengan laki laki."
Mira hanya tertawa mendengar perkataan ku. jika sekarang keadaan ku baik aku yakin sekali sahabatku ini akan beradu argument dengan ku sampai pagi.
setelah memakan bubur dan meminum obat dari dokter aku memutuskan untuk beristirahat.
sementara Mira sedang membuat catatan yang entah aku pun tidak tau.
*
"pagi ibu Alin, tidurmu nyenyak sekali ya"
aku di bangun kan suara laki laki yang terdengar sedikit cempreng.
penampilannya seperti seorang berusia 34 tahun, dengan di dampingi dua orang perawat laki laki yang membawa catatan ditangannya .
"selamat pagi"
jawabku singkat.
"perkenalkan nama saya dr. Zepra, yang akan memeriksa ibu Alin hari ini."
"baik dok, terimakasih"
dilihat dari nametag nya sepertinya dia adalah dokter spesialis.
disitu tertulis dr. Zepra .,Sp.Kj .
aku tau gelar itu, itu adalah gelar dokter spesialis kejiwaan.
Sejak aku sadar aku tidak melihat Mira.
kemana dia ? apa dia sekarang sedang dinas ?
"maaf ibu alin, sekarang saya akan melakukan pemeriksaan ct scan, apa ibu Alin bersedia ?" lanjutnya.
"iya saya bersedia dok, tapi kenapa bisa ya bapak yang memeriksa saya ? bukannya saya hanya kelelahan ? sementara bapak adalah dokter spesialis kejiwaan"
"tadi pagi pagi sekali dr Mira ke ruangan saya dan memberikan memo singkat.
dia yang meminta saya untuk memeriksa ibu Alin"
aku mengangguk, sepertinya aku mengerti alasan Mira tadi malam menulis coretan kecil.
dua perawat yang sejak tadi hanya berdiri di samping dr Zepra itu sekarang mulai mendorong tempat tidur ku
aku dibawa ke ruang radiologi untuk melakukan pemeriksaan ct scan .
terdapat berbagai macam alat alat medis di dalamnya.
ternyata disana, Mira sudah menunggu ku.
"hey Alin, apa kamu siap ?"
"hey Mir, terimakasih ya. kamu selalu menjadi sahabat terbaikku"
"ini pemeriksaan ct scan mu yang terakhir lin, kalau hasilnya tetap sama maka aku akan merekomendasikan dr Zepra untuk melakukan terapi"
"apa saja itu aku bakal nurut mir, kamu selalu membantuku. terimakasih banyak sahabatku"
Mira tersenyum, lalu aku melakukan pemeriksaan ct scan yang menurutku hampir sama seperti rontgen .
tapi bedanya ini di bagian kepala saja.
selesai melakukan pemeriksaan, dr Zepra menyuruh dua orang perawat tadi mendorong kasurku kembali ke kamar untuk menunggu hasil dari ruang radiologi
"Mir, aku lapar "
rengekan ku seperti seorang anak kecil.
"kamu selalu pandai memanfaatkan keadaan ya lin"
aku hanya terkekeh pelan.
sambil tersenyum Mira mengambil semangkuk sup yang sudah di antar tadi pagi oleh pegawai rumah sakit.
"lin, aku ingin bicara sesuatu"
"ya, ada apa mir ? ngomong aja kali"
"sebenarnya aku meng-"
tok tok tok.
suara Mira dipotong oleh bunyi ketukan pintu.
kulihat dr Zepra membawa selembaran seperti kertas transparan dengan gambar otak yang hanya hitam putih.
aku tau, hasil pemeriksaan ku sudah keluar dan yang dipegang oleh dr Zepra sekarang adalah hasil pemeriksaan ku tadi.
"permisi apakah saya mengganggu ?"
"tidak dok, silahkan masuk."
Mira menjawab terlebih dahulu.
"maaf dr Mira, boleh kita bicara sebentar ? saya akan menunggu diluar,"
dr Zepra mengajak Mira membicara sesuatu yang sepertinya penting dan aku tidak boleh tau
"baik dok, saya akan menyusul"
sambil mengangguk Mira menjawab.
"Alin aku permisi keluar sebentar ya"
belum sempat aku menjawab Mira lalu bangkit dan keluar.
sepertinya itu sesuatu yang penting
dari balik kaca jendela aku dapat melihat dr Zepra seperti menjelaskan sesuatu kepada Mira.
Mira pun memperhatikan dengan jelas apa yang dikatakan oleh dokter zepra.
aku tidak mendengar apa apa dari percakapan mereka berdua, yang aku bisa lihat adalah gerak tubuh mereka saat berbicara.
brruukkk.
pintu terbuka dengan keras.
kulihat temanku Mira berjalan cepat ke arah ku sambil menangis terisak dan berteriak.
"Alin !!!"
dipeluknya aku dengan erat.
"hey kamu kenapa ?"
"Alin !!"
tangis Mira makin menjadi.
aku tidak mengerti tentang apa yang terjadi.
apa dia dipecat ? atau mungkin ada sesuatu yang membuat dia sedih ?
ada apa ini ?
aku semakin bingung.