Hujan lebat tiba-tiba berderu kencang mulai membasahi jalanan padat kota, genteng kafe, dan semua yang di hempasnya.
Pagi yang cerah berubah menjadi gelap dengan gemuruh yang bersahutan.
Beberapa pengunjung kafe yang bersantai di luar berbondong-bondong berpindah kedalam termasuk aku dan Andre, sementara bela masih memesan makanannya didalam.
Andre cepat-cepat mengambil kembali tape recorder yang ia tunjukkan pada ku tadi. Aku masih membisu mendengar suara yang terdengar menenangkan dan teramat sangat familiar ditelinga ku.
"Kak, pindah kedalam!"
Andre menarik tangan ku cepat. Dan menarik ku kedalam .
Aku merasakan sedikit bagian basah pada ujung celana ku.
Suara gerutuan dan sumpah serapah terdengar saat semua orang memasuki cafe.
Namun aku tidak peduli, Badan ku rasanya bahkan teramat gerah disaat hujan yang mengguyur lebat dan angin berseru kencang.
Suara dalam tape recorder itu benar benar membuat aku tidak tenang.
Andre menggiringku ke arah sudut kursi dengan meja bundar di tengahnya. Tempat itu teramat disudut hingga aku hampir hampir tak melihat kursi itu disana. Diapit diantara dua ruas dinding kaca yang kini tampak berembun dan tempias air hujan dimana mana. Lampu lampu di cafe menyala terang beberapa saat setelah semua pengunjung masuk.
Andre menyuruh ku untuk duduk di kursi tersudut. Dan dia duduk dihadapan ku.
"Itu.."
Aku tak bisa melanjutkan kalimatku. Sedangkan andre menunggu. Di keluarkannya lagi tape recorder tadi dan dia mulai mendesah lelah.
"Kak, sebenarnya ini.."
"Aku cari cari kalian ternyata ada disini"
Bella datang dengan membawa sebakul makanan dan beberapa minuman. Dia tersenyum renyah ketika mendapati kami. Namun aneh nya, andre mengambil tape recorder tadi dan menyembunyikannya di balik jaket kulit miliknya dengan gerakan cepat namun terlihat lembut.
Entah perasaan ku saja atau tidak. Tampaknya andre ingin merahasiakan hal yang iya jumpai tadi pada bella. Namun, bella sepertinya melihat itu wajahnya sedikit berubah ketika andre menggeser kursi yang ia duduki untuk bella.
"Kalian.. kenapa?" Tanya bella curiga.
"Itu, kak Alin lagi diare."
Tak ku sangka jawaban absurd andre diterima oleh bella begitu saja. Aku melotot dan menginjak kaki andre di bawah meja. Dia mendelik kesakitan namun aku tidak peduli.
"Kamu makan sebanyak itu apa muat?" Tanya ku niat tidak niat.
Dia melirik bakul makanannya dan mengidakkan bahu acuh.
"Aku lapar. Belum sarapan"
"Dia kan perut gajah. Semuanya masuk kak"
"Syirik aja sih! Jangan ganggu aku makan! Dasar bocah" jawab bella sinis.
Andre mendengus dan menggelengkan kepala heran pada bella. Sesudahnya kami semua diam dengan fikiran masing masing.
Aku memandang rintik hujan yang ada di luar. Hujan kali ini benar benar lebat dengan angin kencang yang kuat. Awan diatas berarak arak gelap. Namun anehnya aku justru merasa hangat. Aku tidak takut pada gemuruh yang kini sahut menyahut.
Bella masih sibuk menyantap makanannya dengan khidmat sementara andre sedikit banyak mencuri curi pandang pada ku. Dia seperti hendak mengatakan sesuatu. Namun aku tahu, dia menunggu waktu.
Aku bisa saja menanyakan apa yang ingin dia sampaikan dan kenapa harus menyembunyikan hal ini dari bella. Namun, andre itu cerdas. Aku selalu percaya padanya karena dia memang junior baik dan teramat peduli pada-ku.
Aku menaikkan alis saat lagi lagi andre melihat ku dengan pandangan tidak sabaran. Dia kemudian menggerakkan mulutnya dengan pelan. Aku membaca gerakan bibirnya. Dia bilang;
"Bella lama banget. Aku pengen ngomong ke kakak"
Aku membalas dengan tak kalah pelan pula.
"Kenapa memang dengan bella?"
Aku melirik ke arah bella sebentar, memastikan bahwa dia tidak memperhatikan kami.
"Dia gak boleh tau kak"
"Kenapa?"
"Dia-"
Baru saja akan membalas, bella mengangkat kepalanya dari arah nampan. Dia kemudian menyesap juss jeruknya dan bersendawa pelan.
"Wahh kenyang banget"
"Orang gila yang bilang nggak kenyang habis makan satu truk makanan gitu"
"Terserah mau ngomong apa," dia mengibaskan tangan kotornya pada andre.
"Yang penting aku kenyang" lanjutnya.
"Isss cuci tangan sana! Jorok"
Balas andre sedikit menyingkir dari bella.
Aku tahu sebenarnya andre menyuruh bella mencuci tangannya segera bukan karena jijik ataupun risih. Itu alasan ke sepuluh , namun alasan utamanya adalah dia sudah tidak tahan untuk menyampaikan apa yang dia tau kepada ku.
Bella menurut. Dia segera beranjak dari kursinya meski terlihat ogah-ogahan. Siapa yang tidak terlihat seperti itu jika habis makan satu truk makanan ?
Beberapa langkah bella meninggalkan kami, andre segera merapatkan kursinya kepada ku. Dia memajukan duduknya dan menatap ku serius.
"Kamu tau kan kak suara siapa itu?"
Andre memulai.
Aku menggeleng samar. Meski terasa amat familiar, aku tidak ingin berfikir terlalu jauh dan membebani isi kepala ku lagi.
"Enggak" jawab ku singkat.
"Kak.. coba dengar lagi"
Andre memastikan
"Maksudmu apa sih ndre?"
Aku menjawabnya sedikit kesal. Aku tau andre berniat membantuku keluar dari segala penyakit terkutuk ku ini. Aku tau, tapi entah kenapa aku merasa kesal dan benar benar lelah dengan semua hal.
"Kamu dateng dateng bawa tape recorder. Isinya juga rusak. Cuma suara seorang laki laki yang aku nggak tau siapa"
"Jangan bohong. Kakak tau itu suara siapa"
"Aku nggak mau mikir terlalu jauh"
Aku bersedekap dan membuang muka ke arah jendela. Suara gemuruh kembali terdengar.
"Aku, nggak mungkin bawa sesuatu hal yang nggak penting ke kamu kalau nggak menyangkut masalah psikis mu itu kak-"
"Terus maksudmu ?! Lagian itu barang rusak. Sebuah suara yang memang terdengar familiar bagiku, tapi cuma itu "
"Ini kunci yang selama ini kamu cari cari"
Telak. Mendengar jawabnya aku kembali melihatnya cepat. Ku lihat andre tersenyum tulus memberiku semangat.
Apa jangan jangan selama ini andre..
Tidak, ku tepis pikiran yang makin lama terasa semakin konyol.
" Saat kakak mendengar suaranya tadi apakah kakak mengingat wajah seseorang atau suatu tempat ??"
" Tidak, bahkan aku tidak mengingat apa apa"
Jawabku pasti.
"Aku rindu kamu Alin, benar-benar merindukanmu. Cepat pulang sayang aku menantimu."
Aku terperanjat kaget mendengar suara itu lagi. Bukan dari tape recorder atau dari Andre yg menirukan suaranya.
Tapi dari samping. Ya, di luar jendela.
Terasa samar aku melihat lelaki itu dalam derasnya hujan.
Bergegas aku berlari menemuinya mendobrak hujan yang sangat lebat di luar cafe.
"Kakak mau kemana !?"
Teriak Andre yg merasa heran melihat tingkahku.
Dan benar saja, tidak ada apa apa di luar.
Aku menangis kencang merasakan dada yang berdebar kencang menahan sesuatu yg tidak bisa di jelaskan.
Andre dan Bella menyeret ku kedalam cafe dan orang sekitar menatap heran.
"Kenapa kamu pergi? Kenapa saat aku ingin menyentuh mu tapi kamu hanya terasa maya"
Aku berucap sambil menangis seolah olah semua terjadi nyata.