Chereads / Recall [ Alin ] / Chapter 11 - Episode 11

Chapter 11 - Episode 11

cahaya rembulan selalu membuatku teduh, ditemani bintang bintang yang berjejer seperti membentuk sebuah pola yang abstrak ditambah pula ayunan awan yang bergantung di iringi irama angin kian syahdu.

Kedua tanganku menopang dagu sambil menatap ke atas langit dari balkon apartemen ku.

Mira tidak lagi tinggal bersamaku di apartemen, setelah memelukku tadi pagi dia pergi begitu saja,

dr Zepra juga menyarankan aku pulang karena kondisi ku yang sudah membaik.

Bela, teman kantorku yang mengurus semua administrasi kepulangan ku dan mengantarku  pulang .

Mengingat semua yang terjadi, rasanya ingin sekali melompat dari atas balkon ini.

Aku hidup seperti sebatang kara, tidak ada orang tua dan keluarga.

teng tong ..

kudengar suara bel kamarku berbunyi dan segera aku masuk kedalam kamar lalu mengintip dari celah pintu melihat siapa yang datang.

menatap nya dengan penuh tanda tanya siapa orang ini, aku tidak mengenalnya dan aku tidak tau siapa dia.

perawakannya seperti seorang dokter, terlihat dengan jas putih yang di kenakan nya, lelaki ini sepertinya berumur 3 tahun di atas ku.

"maaf siapa ya ?"

kataku sambil membuka pintu.

"perkenalkan, saya dokter Gema. Saya kesini membawakan pesan dari dokter Mira"

aku kaget mendengarnya.

"silahkan masuk dok"

ajak ku kedalam.

"silahkan duduk dok, saya permisi sebentar"

segara aku menyiapkan minuman untuk nya.

aku menyuruhnya untuk duduk menunggu ku sebentar di sofa.

hati ku berdebar. Pria ini mirip sekali dengan dia yang selalu muncul didalam halusinasi ku.

perasaan hatiku juga semakin bergetar saat berada didekatnya.

dari jauh aku coba mencuri curi pandang melihatnya yang sedang membaca buku kecil di atas meja.

wajahnya yang tampan dengan kacamata dan rambut jambul yang tidak rapi membuat kontras pada penampilannya.

"silahkan diminum dok"

tawar-ku sambil menyajikan segelas teh hangat kepadanya.

"baik, terima kasih mbak Alin"

jawab nya sambil tersenyum.

"maaf, tadi anda bilang kalau anda membawakan pesan dari Mira, ada apa ya dok ?

aku memulai percakapan.

"mungkin mbak Alin tau, kalau dokter Mira tiba tiba menghilang, terakhir dia menghubungi saya tadi sore, dia berpesan kalau saya harus menemui mbak Alin"

"terus kenapa dia menghilang dok ?"

"dia bilang kalau dia pergi untuk sementara, saya juga nggak tau kemana mbak, dia nggak ngasih tau".

mendengar hal itu aku pun makin tidak mengerti, saat aku pulang ke apartemen pun barang" nya sudah tidak ada.

"dokter Mira menyuruh saya untuk melihat keadaan mbak alin, seandainya mbak Alin perlu bantuan saya bisa hubungin saya ya mbak"

lanjutnya sambil memberikan kartu nama.

"terimakasih dok"

jawab ku.

"baiklah saya izin pamit ya mbak Alin semoga lekas pulih dan bisa kerja lagi"

"iya dok, terima kasih dokter gema"

ku iringi langkahnya menuju pintu keluar,

dia tersenyum lalu pergi.

seperti tidak asing, seperti rutinitas yang selalu aku lakukan setiap hari.

ya, aku tahu aku pasti lagi dejavu .

aku menghela nafas panjang, hidupku semakin rumit sekali. hal hal yang tak ku mengerti dan tak ku fahami mendatangi ku bertubi tubi. aku khawatir kepada mira, sejak tindakan anehnya yang terakhir kali kuketahui membuat ku resah.

ku gelengkan kepala ku kuat kuat, mengusir prasangka prasangka buruk terhadap mira. Atau mungkin diriku?

ku lirik kartu nama yang tengah ku genggam, nama dokter yang mira titipkan untuk ku terdengar familiar saat aku membacanya.

ku simpan kartu nama dokter kedalam saku dompetku dan berjalan menuju kamar kecil untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. aku sedikit lama saat membasuh wajahku yng lelah,pantulan diriku dicermin membuat ku bergidik ngeri. muka lelah dan lingkar mata yang sedikit hitam terpampang disana.

hari ini hari terlelah dan tercepat yang membuat ku benar benar kehabisan tenaga. aku memandang rindu kasur yang kini terhampai dingin dihadapan ku. hari ini cukup sampai disini. hari ini cukup dengan mira yang menghilang.

besok akan menjadi hal yang berat karena aku akan mencari mira dan meminta penjelasan kepadanya.

pagi yang cerah dengan matahari yang menyinari lembut. uap panas dari kopi yang telah kupasan pagi ini masuk dan membuai indra penciuman ku. sekarang aku tengah berada di teras kedai kopi menunggu bela, dan juniorku sekaligus rekan kerja ku yang kelewat jenius.

"maaf terlambat, ada kecelakaan disimpang lampu merah depan"

Bela menghampiriku dengan wajah pucat

"aku juga, rame banget didepan. malah petugas polisinya lelet banget lagi"

lanjut Andre menyusul

kedua orang yang tengah ku tunggu sejak tadi datang dari arah yang sama. aku mendelik sebal saat Andre dengan tak tahu dirinya mengambil kopi yang bahkan belum sempat ku minum .

Bela, merupakan teman sekantor yang paling tidak bisa ku percayai. sebenarnya dia lebih tua satu tahun dari ku. tapi tubuhnya yang kecil dan kurus membuat dia terlihat seumuran dengan ku. dia juga perempuan yang tidak bisa diam, apalagi jika ada gosip terbaru yang beredar di kalangn kantor. sudah pasti dia akan ada disana bersama dengan teman teman lain yang mulutnya tidak bisa diam menahan diri.

satu manusia lagi yang tengah cekikikan menanggapi delikan mata ku. Andre, spesies manusia langka yang jarang ditemui. dia hampir sempurna dengan wajah tampan dan tubuh yang tinggi proposional. kulitnya yang gelap membuat ia terlihat benar benar seperti lelaki maco yang cocok dijadikan iklan kotak susu penguat otot. otaknya yang cerdas membuat karirnya gemilang.

tapi aku tidak ingin bersusah payah dekat dekat dengan dia,karena sifatnya yang tengil membuat ku hampir hampir berniat untuk menyiksa dirinya.

aku berdeham saat lagi lagi dia menyeruput kopi ku dengan tidak tahu malu. Bela cekikan memandang kami.

"pesan kopi mu sendiri dong dasar tengil"

Andre mencibir, kemudian bangkit berdiri. dia memeletkan lidahnya sebelum masuk kedalam kedai kopi.

"kak alin pelit, pantesan jomblo!" ujarnya sarkas.

bela tertawa dan menggelengkan kepalanya.

"jadi bagaimana?"

tanya bela penuh makna

"apanya yang bagaimana ?"

jawabku bingung

dia berdeham sebelum melanjutkan. kemudian memperbaiki posisi duduknya.

"bagaimana dengan keadaanmu ?"

"aku baik bel, kondisi fisikku baik. hanya saja kondisi psikis ku yang kurang baik."

"ada apa lin ?, kamu jangan terlalu memikirkan hal yang tidak tidak."

"bel, kamu tahu sendiri kalau aku punya kelainan itu."

"sekarang kamu perlu memikirkan kondisi tubuh mu agar cepat pulih, toh serangan kepala dan halusinasi mu itu juga tiba tiba, tidak sering."

"tapi .."

"nggak ada tapi tapi, kerjaan kantor mulai padat, kamu harus cepat pulih lin, aku kelabakan di kantor mengurus surat surat dan pekerjaan lain."

Bela mengeluh karena sekarang dia kerja sendiri tanpa aku.

kami satu tim di kantor, pekerjaan ku pekerjaannya juga.

"hey ! hari masih pagi , tapi lihat yang kau pesan"

aku terkejut melihat Andre yang dengan cengar cengir nya datang sambil membawa segelas kopi, sepiring kwetiaw yang ukurannya jumbo, semangkuk sup, roti cokelat, dan kentang goreng.

"tubuh ku butuh tenaga yang banyak kak, sup yang ku pesan ini untuk mu."

"aku bosan makan sup ndre, aku hanya ingin menikmati kopi saja dan sepotong roti."

jelas ku .

"kak bela nggak mesen?"

Andre bertanya kepada bela

"kalau udah kayak gini ngapain aku harus pesan, kan udah ada semua disini hehehe "

goda bela

"enak saja, aku cape bolak balik masuk ke dalam, terlalu banyak cewe cantik membuatku nggak fokus".

jawabnya mengerti maksud bela yang minta tolong pesankan makanan.

"ayolah tolong kakakmu ini dek, aku lagi mager kalau harus berdiri lagi."

"begini saja biar semua aku yang bayar, tapi kakak pesan sendiri."

kulihat kedua orang yg sangat pemalas ini saling menyuruh.

dengan wajah yang merengut sekaligus senang, bela beranjak dari tempat duduknya lalu masuk kedalam untuk memesan makanannya.

kulihat Andre sedang menyeruput kopi nya dengan tenang.

namun, tiba tiba saja Andre meraih sesuatu dari saku celananya.

dia meletakkan sebuah tape recorder usang ke atas meja dengan cepat.

"aku menemukan ini tadi di jalan waktu mau kesini"

jelasnya .

"apakah itu masih berfungsi ?"

tanyaku.

"kita lihat saja ya kak"

dengan cepat Andre menghidupkan tape recorder itu dan menekan tombol play.

Alin, aku sayang kamu dan aku merindukanmu.

aku tersentak mendengarkan suara rekaman seorang laki laki yang ada di tape recorder itu.

itu suara yang tidak asing.

siapa dia ?

ada apa sebenarnya ?