~Sudah ku bilang, jangan percaya pada apa yang tertulis.
Hai nama ku alin , aku berumur 24 tahun dalam bulan april nanti . setelah menyelesaikan sekolah menengah atas aku tidak melanjutkan pendidikan ku di sebuah universitas . aku memilih bekerja di sebuah perusahaan swasta yang ada di kotaku . karirku bagus, dengan pendapatan yang lumayan . banyak orang yang bilang kalau hidup ku nyaris saja sempurna.
aku sering mendengar pujian pujian yang di lontarkan kepadaku seperti
"alin cantik banget deh.."
"perawatan di mana lin ? kulit kamu sehat banget.."
"otak kamu yang pintar itu, bakal bawa kamu menjadi orang sukses.."
"ihh baru sadar ternyata alin ginsul, pantes kalau senyum manis.."
"cewe tuh harusnya kayak alin, pendek pendek gemesin.."
memang terdengar keren . tetapi mereka tidak tahu saja bahwa aku memiliki sebuah serangan di kepala ku .
biar ku ceritakan maksud ku tentang serangan itu.
Aku mungkin mengidap gangguan jiwa, atau depresi, atau dulu waktu masih anak-anak aku pernah mengalami kecelakaan kecil yang mengakibatkan gangguan pada kepala ku sekarang. atau aku dulu pernah menyaksikan peristiwa yang tidak seharusnya aku lihat dan pada akhirnya membuat aku trauma.
sering sekali kepala ku mendapat serangan tiba-tiba, semacam ingatan ingatan yang tidak pernah aku ketahui atau alami yang muncul mendadak dan membuat kepala ku berdenyut , telinga berdenging dan mengacaukan pikiran. aku memang tidak pernah ingat itu memori apa dan kapan itu terjadi . tapi aku tidak pernah merasa asing dengan peristiwa peristiwa yang muncul di setiap serangan.
lucu kan ? ya, hidup ku memang selucu itu .
"kopi?"
bella, salah satu teman se kantor ku mengangkat sebuah gelas berisi kopi . dia kemudian duduk disebelah ku .
"nanti gigi mu kuning kebanyakan minum kopi?"
bela hanya mengibaskan tangan, mengidah kan kalimatku barusan . dia kemudian menyeruput kopi nya lagi .
"ada apa dengan wajah mu?" diliriknya aku .
"wajah ku memang kayak gini" ku jawab dia agak ketus
"sejak kapan wajah seorang alin kayak gitu? alin kan imut imut menggemaskan" di buatnya muka seimut mungkin yang membuat ku mengernyit jijik
"ayolah, ada apa? gaji bulanan mu di potong ?"
aku menggeleng lagi .
"terus kenapa?" tanya nya
"persoalan berat" jawab ku singkat
"soal hati?" dia menyeruput kopinya lagi .
bella ini memang sok tau sekali .
jiwa jiwa rumpinya selalu keluar .
"sok tau kamu . sudah ah aku mau ke dalam "
aku berdiri dari kursi taman menuju gedung kantor . terdengar bella meneriaki ku untuk menunggunya . tapi aku tidak peduli .
jam makan siang telah selesai, aku yang dengan bodoh nya memilih menghabiskan waktu makan siang di taman kantor mengumpati diriku sendiri . karna sekarang perut ku sangat sangat lapar .
ku lirik jam di tangan ku, masih jam setengah dua siang . itu tandanya masih sekitar dua setengah jam lagi baru aku bisa pulang . ku gelengkan kepala ku kuat kuat, mengusir bayangan makanan yang sudah menggorogoti seluruh pikiran ku .
setengah jam bertahan menahan lapar, badan ku mulai gemetar . keringat dingin mulai keluar . ku edarkan pandangan ke sekeliling ku . semua orang sedang serius dengan pekerjaannya . bahkan bella yang bisanya ngerumpi pun kali ini senyap diam .
diam diam ku rogoh tas ku yang ada di atas meja untuk mengambil sebungkus roti dan cemilan . ku buka bungkus nya pelan pelan , dan mengeluarkan isinya . melirik sekali lagi ke penjuru ruangan kemudian melahap rotinya besar besar .
ku geser kursi kearah komputer , pura pura mengetik agar tidak ada yang tahu bahwa aku sedang sibuk mengunyah roti yang ada di dalam mulut . keadaan perutku semakin memburuk ketika roti yang sudah ku kunya menyentuh tenggerokan . aku semakin lapar .
ku tundukkan lagi kepalaku , mengeluarkan roti yang tersisa dan melahap habis dalam sekali gigitan . ku kunyah cepat karna terlalu jelas jika aku mengunyah dengan kepala tegak meski aku berpura pura sedang sibuk mengetik .
perutku sudah lumayan lega , sampai akhirnya suara kikikan terdengar jelas di telinga ku .
ku palingkan kearah belakang, yang ternyata sudah ada Bagas, tetangga sebelah bilik kerja ku .
aku ketahuan , hanya bisa menyengir .
"hayoo ngapain ?" tanya nya pelan
"makan, laper banget"
"aduin boss nih?"
ku kepalkan tinju kearah mukanya .
dia terkikik.
"sudah lah, aku sedang tidak ingin di ganggu"
Bagas yang mungkin mengerti kalau mood ku memang sedang buruk seharian ini lalu beranjak memalingkan wajahnya ke arah komputer lagi.
kriiiiing kriiiing
"halo dengan alin ada yang bisa saya bantu ??"
suara gadget ku berdering keras sehingga aku cepat merespon panggilan yang masuk dengan nomor yang tidak aku kenal.
"sekarang jadwal kamu cek up lin !!!"
"maaf ini siapa ya???!!!
"ini Mira!! jangan bilang kamu tidak menyimpan nomor ponsel ku lagi ??"
"hehe, maaf mir aku masih di kantor sekarang"
"yasudah kalau gitu, aku tunggu kamu sepulang kerja, dan jangan lupa nomor ku di simpan !!!"
"iya, baiklah"
"yasudah aku udah di teriakin sama dokter spesialis kejiwaan nih, kamu tau sendiri rumah sakit baru tempat ku bekerja sekarang dokter spesialisnya galak galak"
aku masih diam mendengar kebodohannya, sudah menjadi dokter masih saja tetap bodoh. apa salahnya tinggal tutup telfon.
"benar kata kamu lin, aku harus mengambil spesialis juga. profesi dokter umum saja tidak cuk-"
belum selesai percakapan kami selesai tiba tiba sambungan telfon kami terputus.
aku rasa dia lupa lagi mengisi pulsanya.
jam kantor sudah menunjukkan pukul 17.00 itu berarti saatnya pulang.
setelah ku rapikan semua perkakas di atas meja kantor, aku pun beranjak ke parkiran mobil untuk bersiap ke rumah sakit baru tempat Mira bekerja sekarang.
rumah sakit tempat Mira kerja sekarang terlihat besar. aku tau rumah sakit ini, rumah sakit pusat di kota ku. peralatan nya lengkap dan pekerja disini juga yang terbaik.
"permisi mbak, ruang dr. Mira dimana ya ?"
tanya ku pada salah seorang perawat disini.
"oh dokter baru itu ya mbak, ada di sebelah sana mbak"
ditunjuknya salah satu ruangan di ujung lorong UGD ini.
"baik mbak terimakasih"
"sama sama mbak"
ku arahkan langkah ke ruangan Mira,
"permisi dokter Mira"
kaki ku berhenti tepat di depan pitu ruangannya yang terbuka.
"masuk lin, aku dari tadi menunggu"
"gimana pekerjaan mu dihari pertama?"
sambil melangkah masuk aku basa basi.
"berat lin, ada banyak tekanan disini. tapi aku suka karena disini lah pasion ku"
"baiklah, jadi apakah kita berangkat sekarang ?"
"maaf lin, baru saja aku mendapat panggilan dari pihak radiologi di rumah sakit lama tempatku bekerja. katanya alat MRI disana sedang ada perbaikan. jadi aku sedang mengurus rujukan mu ke rumah sakit ini. paling lama seminggu deh."
aku hanya diam, berserah kepada Mira karena memang dari awal dia yang selalu mengurus ku, sejak duduk di bangku -SMA dia selalu memiliki inisiatif untuk membantuku.
"gimana kalau kita pergi makan sekarang, aku lapar mir, dari pagi hanya sarapan doang"
ajakan ku merengek seperti anak kecil minta makan kepada orang tua nya.
"ayok lin, aku juga nggak sempat makan dari tadi siang. hari ini pasien ramai, beruntung tadi aku sudah absen pergantian shift."
kami pun beranjak pergi ke restauran tempat biasa kami makan.
sesampai di restauran ini kami bergegas turun dan masuk kedalamnya .
kami duduk di meja bundar pojokan restauran ini.
pengunjung restauran terlihat ramai, mungkin karena jam sudah menunjukkan pukul 20.00 itu berarti jam makan malam telah tiba.
"silahkan pilih menu nya mbak"
salah satu pelayan restauran menghampiri meja kami dan memberikan buku menu.
"saya mau tumis cumi saus spesial dan minumnya jus mangga"
jawab Mira tanpa membuka buku menu
aku tahu, Mira pasti memilih menu favorit nya itu setiap makan di sini.
"kamu mau apa lin ?"
"kamu kan tau kesukaan ku mir?"
Mira tersenyum.
"untuk wanita imut di depanku ini, beri dia steak dengan perasan lemon serta air mineral,"
ngiiiiiinngg
"jangan sekarang !
bahkan aku belum sempat mengisi perutku"
bisik ku di dalam hati.
aku tau, serangan di kepala ku ini mulai kambuh lagi.
mataku mulai berkunang kunang, pandanganku mulai gelap, kuping ku berdenging, seperti transisi dan berpindah ke alam lain aku bersiap dengan halusinasi ini.
"untuk wanita imut di depanku ini, beri dia steak dengan perasan lemon serta air mineral"
suara laki laki yang bergema itu muncul lagi.
ku edarkan pandanganku, kini bukan Mira yang berada di depan ku, melainkan lelaki berwajah buram yang selalu muncul di saat halusinasi ini datang.
disini, sekarang aku berada di sebuah restauran yang berbeda,
restauran ini berada di dek atas kapal pesiar, kulihat banyak orang asing disini.
ditengah laut, dengan angin malam yang tidak terlalu kuat, bintang bintang terlihat indah. dengan di iringi instrumen piano klasik.
"kenapa kamu selalu tersenyum?"
dia hanya diam dan lagi lagi tidak menjawab.
"tolong jawab, siapa kamu ?"
"kamu tau siapa aku lin"
"aku nggak tau, bahkan aku mulai benci dengan semua gangguan ini!"
"Alin ku, kamu harus cepat menjawab ku !. aku rindu lin, aku rindu !!"
"apa maksudmu?"
pria itu hanya menangis dan tersenyum.
dikeluarkannya selembar sapu tangan lalu mengusapnya lembut ke sela sela mataku.
tanpa sadar aku menangis,
rasa yang mengenakkan sekaligus menyakitkan .