Nuris mendekap kitab riyadhus shalihin dan fathul mu'in di dadanya dengan erat. Langkahnya berlahan tapi pasti menyusuri lorong yg di apit oleh ndalem pengasuh dan tembok sekolah salah satu madrasah yang ada di pesantren itu, Nuris tak menghiraukan hirukpikuk tema teman santri di sekitarnya, sibuk dengan pikirannya sendiri.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Malam itu di rumah nenek selepas shalat maghrib, khalila dan khalili duduk di teras depan.
khalili menatap adiknya yang asyik dengan hp mungilnya.
"Ndok, kamu suka ma Rahardian ndok?" khalili membuka percakapan di antara mereka.
"Kak lili nanya perasaan aku ke kak Hardi? aku mau ada sesuatu yang mau aku bilang ke kakak, soalnya kalok aku bilang ke abi ummi jelas mereka gak akan menerima omongan aku kak. jadi aku mau ngomong ke kakak aja boleh? " lila balik bertanya pada kakak pertamanya itu, sambil menatap wajah khalili, wajah yang dulu pernah membuat lila jatuh cinta sebelum mengenal mahram muhrim, sebelum mengenal nasab dan mengenal perbedaan hubungan kakak adik dengan orang asing.
Dan syukurnya rasa itu tak bertahan lama, karena penyakit Lila yang di sebut sister complex itu segera lenyap 😄😄😄.
"Apa yang mau kamu sampaikan dek? " Khalili berusaha bersikap bijak di depan adek perempuan semata wayangnya itu. "Kak aku pernah di peringatkan oleh nyai Fir, pak Hari dan seorang wanita tukang pijat di pondok putri, aku di suruh untuk tidak melanjutkan pertunangan ini ke pernikahan. mereka bilang akan ada banyak hambatan ke depannya yang akan membuat aku dan kak Hardi bercerai, entah kenapa aku percaya, tapi itu kan termasuk ramalan kah kak? kalok nyai Fir beliau berdasarkan mimpi ku, kalok pak Hari melihat berdasarkan perasaan aku ke kak Hardi. Lha kalok si tukang pijat ini ramalan tu, katanya kalok bungsu ma bungsu gak baik gitu". Khalilah bercerita, dan khalili menjadi pendengar yang baik, "Hemmmmm, kapan abi ma ummi kesini dek? " Hardi tak segera menjawab pernyataan adeknya. "kalok gak salah besok mereka dah di sini kak, soalnya kan lusa katanya ada acara balasan (membalas lamaran calon suami ke rumah calon suami) ke kapedih. Tapi aku gak tau pasti sih kak. " Khalilah menjawab dengan tidak semangat.
"Ya udah biar kakak nanti yang nyampein ke abi ma ummi tentang peringatan itu, aku juga mau nanya kamu suka nggak ke Rahardi dek? ". Khalili mengulang pertanyaannya. "Kak, kakak tau aku dong, aku mana pernah jatuh cinta, lagian jatuh cinta kan sakit kak? baiknya membangun cinta aja hahahahaha, tapi kalok ditanya aku suka apa nggak, aku merasa gak suka dengan perlakuan dia kak, habis dia kasar banget jadi cowok, beda ma temen temen e kak ifnur yang katanya suka ma aku, atau mungkin kak Hardi gak suka ya kak ma aku? " khalilah menarik kesimpulannya sendiri.
khalili hanya tersenyum menjawab kegalauan adeknya itu. "Dah yuk, persiapan terawih, nanti kita sambung lagi" Khalili mengajak adeknya masuk ke rumah untuk bersiap siap shalat tarawih.
Tempat mereka terawih ada di samping rumah nenek, dan setiap bulan puasa, ruangan kosong do sebelah barat rumah nenek selalu ramai di penuhi oleh orang orang yang melakukan ibadah jama'ah tarawih.
Khalila membantu sang nenek menuju ke ruangan itu, lalu menunggu imam datang dan melaksanakan shalat isya' dan tarawih berjama'ah.
Selepas shalat tarawih Nuris segera merapikan peralatan shalatnya dan menemui kakaknya di teras.
"Kamu gak ngaji adek? " Khalailah menggeleng, "Aku lagi males darusan kak. kak, mbak kok mudik duluan? kakak gak ikut? " tanya Khalilah. "Kalok kakak ikut kamu ma siapa di sini? ma mbah? mbah dah gak bisa ngapa ngapain gitu, kamu sanggup ngerawat mbah? kalok sanggup aku mau nyusulin mbakmu ke kraksaan, aku kangen berat ini. " Khalili menggoda adeknya. khalilah memanyunkan bibirnya "ciiiiihh mentang mentang dah suami istri umbar aja kemesraan kalian, teruuuuussss teroooooosssss..... ntar kalok marahan pamernya juga ke aku, aku akan jadi setan buat kalian berdua huahahahahahahahahha" khalilah tertawa ala orang jahat membalas kakaknya. Sikakak hanya geleng geleng Kepala.
"Adek kamu tuh sadar nggak sih? kamu tuh cewek, kalok ketawa pakek ketawa inggil kenapa? " Lila melotot "eeh busyeeeett baru denger ketawa ada kromonya. emang kayak apa ketawa inggil? iyalah aku sadar aku cewek. kalok aku cowo di jodohin ma kak Hardi kabur aku. " Lila melengos.
khalili tertawa renyah. "Tuuuuh yang begini niiih temen temen kakak pada pengen kenal ma kamu dek. temen kakak juga banyak yang suka kamu tau dek? salah satunya si Haris tu, anak pengambangan sini nih. masih ingat kan?" Khalili mengganti topik pembicaraan.
"eemmmmmmmmmm, yang mana ya kak? temen kakak kan banyak?" Lila lupa. "itu yang dulu ngirim kamu kalok gak salah pas waktu kamu masih MTs deh kelas 2 kayaknya, pernah tu si mohang ke pondok hanya buat liat kamu. lhaaaa kamunya malah bawa temen ke mahrom. rusak acara PDKTnya dia hahahahhaaha." Khalili mengingatkan Lila.
Khalila langsung teringat kejadian pas dia dan Lavita yang ngerjain sohib dari kakaknya itu.
"oooooohhhhhh si alexer to kak. hahahaahhahahhaha. tau gak sih kak? tu yang haris bolak balik telpon ke pondok itu bukan aku yang terima tau, tapi temen aku yang aku ajak nemuin dia itu. entah apa yang mereka bicarakan aku gak tau. buahahahhaha. eeeh ngomong ngomong, dah lama aku gak denger kabar dia."
sang kakak membulatkan netranya. "Ya ampun dek. itu haris nyangka kamu terus tau, dikira kamu, dia serius lho ke kamu, akunya aja yang nyuwekin dia buat comblangin dia ma kamu. iiiih, kamu jahat banget sih dek."
"ya enggaklah kak. aku kan cewek setia. liat aja sampek sekarang aku masih gak ada yg aku cintai kok" sontak Khalili tertawa "setia dengan kejombloanmu dek? huahahahaha" Lila manyun.
"lanjut aja ketawa. aku sekarang dah gak jomblo aku ni dah jd calon istri tau. " Lila gemas dan mendorong kakaknya yg tak berhenti tertawa.
malam perlahan merayap dan beranjak semakin larut, khalilah dan khalili segera menuju ke peraduannya masing masing, namun sebelum tidur Lila mendapat telpon dari umminya bahwa keberangkatan mereka di undur sampai hariraya ke 3.
Takbir berkumandang, Nuris bergegas bersiap siap untuk pergi shalat ied, yaaah, hari itu adalah hari kemenangan umat muslim yang telah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh lamanya.
pulang dari shalat ied, Lila sungkem pada nenek dan kakaknya, pergi ke rumah sebelah untuk bersilah turahmi. Kebetulan tempat rumah nenek Lila berada memiliki penghuni hanya beberapa rumah, jdi sangat sedikit sekali penduduk di sekitar rumah itu, hanya ada 8 kepala keluarga yang menghuni di sekitar sana.
selesai bersilahturahmi Nuris duduk santai bersama khalili dan Om Arudan yang kebetulan baru saja datang.
om Arudan adalah adik bungsu dari ummi.
"Lila, kapan acara balasan lamaran kamu ndok?" Om arudan bertanya pada Nuris, "kamu dah di beliin baju belum ma tunangan mu? " lanjut om arudan.
"sudah tu om, boro boro kak hardi yang beliin, itu yang beliin ibu salma om. bukan kak hardi" Lila menjawab..
"siapapun yang beliin yang penting mereka menerima kamu dan sayang kamu itu tanda dari pemberian ini ndok" om arudan menerangkan. Lila hanya manggut manggut. "eh kamu belum jawab pertanyaan om Lila. kapan acara balasanmu? " ulang om arudan. "eh, gak tau Om, ummi aja baru lusa berangkat ke sini om." jelas Lila.
"kalok gitu aku pulang aja dulu ya ndok? nanti habis maghrib, lusa aku balek lagi kesini. "
"ngapain sih om bolak balek? dah disini aja lah om. om gak capek apa? ".
"ya kasian tantemu dong. sendirian di lumajang. kalok lusa kesini aku bawa sama adek2 kamu semua." om arudan menenangkan Lila.
"nih buat jajan, siapa tau kamu lagi pengen jalan jalan di sini besok" Om arudan menjulurkan uang bergambar WR. supratman 2 lembar. Lila menerima uang itu, dan memasukkan ke sakunya.
tak lama kemudian Rahardian datang dengan motor bututnya. Lila melengos, 'ngapain pakek datang segala sih ni manusia nyebelin? '. melihat muka kesal Lila, Hardi tersenyum mengejek.
"Assalamualaikum kak, mbah, mohon maaf lahir batin kak, mbah." Rahardian mencium tangan keduanya, om arudan yang merasa tak di hargai segera pergi dari teras dan masuk ke dalam rumah lalu tertidur.
"Waalaikumsalam, kak Hardi ngapain kesini? " Lila bertanya dengan sedikit ketus, "husssshhh kamu ya Lila, itu calon suami mu lho. kok gak menghargai sama sekali kedatangannya sih? dia mau jemput kamu lah, bawa kamu maen kerumah sodaranya" sergah nenek.
"ogah Ah mbah, aku capek. mau tidur aja di rumah." tolak Lila, "Lila, kamu ikut tunangan kamu apa mau tidur di teras malam ini Lila! " tentu itu bukan kalimat tawaran, lebih kepada kalimat mengancam, Lila segera mempersiapkan diri seadanya, lalu segera menemui Rahardian lagi, "Dah, ayo cepetan, biar cepet selesai cepet pulang juga aku" Nuris kesal.
dengan sopan Hardi kembali berpamitan pada nenek Nuris dan kakaknya.
lalu mereka berangkat, "Siapa orang laki laki tadi? " Suara Hardi sedikit kencang karena terpaan angin jalan yg di lewati Hardi dan Lila dengan kecepatan sedang menggunakan motor.
"Om arudan, knp? " jawab Lila seperlunya.
"ooohhh kirain siapa" jawaban Hardi membuat Lila mengernyitkan dahi. "kenapa? cemburu? hahahaahaha" Lila ke pedean.
"cemburu? aku? ke kamu? diiiiiihh nggak lah yau. kamu bukan tipe aku. aku mau sama kamu itu karena hanya menghormati ortu ku ma ortumu."
"ciiiiiiiiihhh berat banget hidup kakak. cowok kok gak bisa tegas sama sekali. "
Lila mulai dongkol. Dan pikiran buruk mulai merasuki, Lila ingin bicara pada abi dan ummi.
'Pokoknya harus ngomong, mau jadi apa aku nikah sama orang yang gak suka ma aku? ' Batin Lila menggerundel.
Seharian Hardi dan Lila beserta saudara saudara hardi melakukan silaturahim ke tempat sanak famili.
Lila sempat melupakan kejadian bersitegang dengan Hardi. Setelah Hardi mengantar Lila pulang Hardi tak langsung kembali ke kapedi, Hardi menginap di rumah nenek Lila.
Hal itu di pakai kesempatan oleh Lili untuk berbincang dengan Hardi.
malam hari di tenpat shalat, selesai shalat isya', Hardi dan Khalili merebahkan tubuh berdampingan di atas hambal (1). "Dek, aku boleh tanya sesuatu ma kamu? " Khalili membuka percakapan. "Apa kak? tentang apa? " Hardi balik tanya. "Tentang perasaanmu pada Lila adek ku. Aku tau kamu gak suka sama Lila, tapi sebaiknya kamu harus bisa jaga hati Lila, karena Lila gak ada niatan buat nyakitin kamu. dia selalu berusaha buat menghormati hubungan kalian dengan tidak menceritakan perlakuan kamu padanya kepada ortu kami dek. aku harap kamu bisa mengambil sikap tegas sebagai lelaki sejati, jika kamu yak bisa memaksa hati kamu untuk bisa bersama lila jangan jadi orang munafik dek, mumpung belum janur kuning melengkung, putuslah baik baik, karena kita berawal dari bersaudara maka mari kita bersaudara saja. Tapi jika kamu bosa menerima Lila, itu terserah kamu. tapi aku titip, jangan sakiti hati adek ku. karena dia melakukan apapun pasti dilandasi niatan lillahita'ala. kamu bisa janji ke aku dek? " khalili bangun dari rebahannya, duduk bersila di ikuti oleh Hardi melakukan hal yang sama, netra keduanya saling tatap dan sedikit ada ketegangan di dalamnya.
"maaf kak, mungkin saat ini aku memang gak ada rasa sama Lila, tapi aku sedang berusaha untuk memiliki perasaan pada Lila. iya kakak benar, sebenernya Lila anak yang baik, tapi karena sikap ku yang kurang terbuka padanya membuat dia tertekan dengan kondisi sekrang, jujur kak, aku memang sedang mengalami patah hati dengan perjodohan ini, tapi aku akan berusaha meberikan cinta dan kasih sayang pada Lila. aku janji. " Hardi meyakinkan Khalili.
"Mungkinkah kamu gak akan menyakiti hati Lila dengan sikap dan perktaan mu dek? " Khalili masih ragu.
"Aku akan berusaha menjaga hati Lila dari sekrang kak. "
khalili membuang napas berat, walau tak percaya tapi dia berusaha memberikan Hardi kesempatan.
'setidaknya tunggu abi dan ummi datang sajalah untuk membahas ini' hati khalili masih tak percaya lada calon iparnya itu.
"baiklah dek, jika sampai Lila menangis gegara kamu nyakitin dia aku yang akan memberi kamu pelajaran" ancam Khalaili.
Hardi menelan ludah berasa menelan seonggok batu kasar. "Sekarang beristirahatlah. malam sudah larut. " khalili kembali merebahkan tubuhnya.
hari raya ke tiga kedua orang tua Lila datang bersama paman dan bibinya dari jawa.
"Ndok, kamu nginep nggak di kapedi pas 'ater buka' kemaren? " basa basi ummi saat menikmati istirahatnya setelah berbenah.
"iya mih, aq di tinggal tu ma nyah shafia. di paksa nginep. terus juga aku di belikan baju, satu stell sama sandal dan daleman juga."
ummi menatap ke arah Lila, "kamu nerima?"
"iyalah, namanya dipaksa kan? mana harganya muuuaaahhhhaaaalll banget mih, "
"kamu kok mau sih Lila? kan kasian mertua kamu? "
"yeeeee, orang aku dipaksa kok. itu untung cuma 1 stell tu, maunya kemaren di beliin 2, ktanya yg 1 buat hari raya gitu, aku nolak, maksa nolak, ya gini, takut di omelin ma ummi." terang Lila.
"sekarang mana bajunya? terus ni ummi beli baju buat kamu mau kamu pakek kapan?".
"nih baju yg dari kapedi, ya udah nanti aku pakek buat gantian aja. gitu aja kok ruwet mih" Lila meninggalkan umminya dan bergabung dengan para sepupunya.
khalili menghampiri umminya, dan duduk berhadapan dengan beliau, "Ummi sehat? mih bisa kita bahas tentang Lila ma Hardi? ".
"kenapa cong? adekmu minta kamu buat bilang surih batalin pertunangan dia ma Hardi?".
"Lila gak pernah nyuruh saya buat bilang begitu mih, tapi Lila selalu cerita hubungan dia ma hardi seperti air di atas daun talas Mih, dan saya juga sudah ngomong sama Hardi, kayaknya emang pernikahan mereka sebaiknya gak di lanjut mih, Hardi tidak memiliki perasaan sama Lila mih, dan perasaan itu tak bisa di paksa." Khalili. mencoba dengan lembut.
"aaaaaahhhh kamu tau apa tentang perasaan, iya karena kamu dapet istri mu dengan pacaram makanya kamu bilang gitu, kata pepatah jawa itu lho, 'witing trisno jalaran soko kulino' nanti kalok mereka sudah menikah Hardi pasti sayang sama Lila."
ummi bersuara sedikit meninggi kepada khalili, beliau teringat dengan pernikahan putranya itu yang tak pernah beliau setujui.
"ummi, saya hanya tak ingin khalila sakit hati dan akhirnya Lila down Mih. " khalili masih berusaha merubah pendirian umminya.
"aaah sudahlah, jangan ikut campur, meskipun kamu kakaknya tapi kamu gak boleh merusak hubungan mereka. kamu cukup awasi mereka saja, biarkan khalil berusaha meraih hati Hardi dulu pun begitu juga sebaliknya, perjodohan itu memang gak suka di awal, tp manis di akhir karena restu orang tua". ummi menutup perbincangan itu dengan kesal. Khalili kempos, 'Maafin kakak dek, semoga Hardi bisa dipercaya dek,' batin Khalili sedikit kecewa dengan keputusan umminya itu.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Nuris segera mengambil tempat duduk untuk mengaji kitab. mendengarkan ustadz menjelaskan hadits hadits nabi. sebab sebab adanya hadits itu, dan para periwayatnya.
Nuris mendengar seperti khusyuk, padahal pikirannya jauuuuuh melayang ke kejadian bersama tunangannya itu. Nuris bingung, menghadapi kenyataan hidupnya, dia di tolak oleh calon suaminya, tapi dia tak memiliki kuasa untuk memutus pertunangan itu.
"Ucrit, hadits yang noner 345, tarjim dong, aku tadi gak denger ris. " Dita mengagetkan Nuris dari lamunannya.
"Det, sama aku juga gak tau terjemahannya." Nuris loyo.
"lhaaaaa kamu dr tadi ternyata bengong ris? ya Allah Ris, kamu masih kangen ma kak Hardi mu? "
"ciiiiihhhh apaan sih," Nuris mendecih.
Nuris berusaha fokus pada pengajian kitabnya, namun selalu gagal, akhirnya Nuris menyerah dan pindah tenpat ke belakang tiang, seperti biasa, Nuris tidur di jam pengajian. 😄
"Ris, nuris bangun ris, ayo pulang Ris, "
"det udah pulang ya?," Nuris melihat sekelilingnya, para santri beranjak dari tenpat duduknya masing masing.
"iya crit. ayo pulang, kamu crit, kalok gak melongo malah pules di balik tiyang crit. kamu kenapa sih crit?".
Dita membrondong temenya yang belum sadar sepenuhnya.
"Det, mau beli nasi di mana? aku lapar, mikir terlalu berat itu membuat tenaga ku semakin berkurang", Nuris mulai ngebanyol.
"Yeeeeeee kamu mana mikir dari tadi, orang kamu ngibarin bendera perang di balik tiang criit, mikir dari mananya sampek iler jatoh gak kerasa gitu hahahaahahah. " Dita yang sudah memahami Nuris tertawa mendengr banyolan Nuris.
"issshhh kamu mah mana paham cara orang berpikir Det."
Nuris segera beranjak dari tempatnya dan segera kembali kewilayahnya karena alam pun sudah memaggil perutnya untuk segara diisi.
"Mikirnya udah berhenti sekarang crit?" Dita bertanya demgan bercanda.
"Kudu berhenti, kecuali kalok kamu sanggu gotong aku ke wilayah kita aku akan terus berpikir Det. karena mikir itu membuat perut kita jadi kosong, dan Alam saat ini sedang memanggil perut ku untuk segera di isi dengan yg penub gizi, biar aku mikirnya tetap jernih." Nuris berfilusuf asal asalan.
"Dasar ucrit. bilang aja kamu laper. mana bisa mikir kamu? otak mu aja dah gaknada ruang kosongnya, semua full tentang cowok, kak Hardi, ustadz husni, pak doni, entah siapa lagi, emang masih bisa mikir kamu? huaahahahhahahaha".
Nuris menjitak kepala Dita, "Duuuuh, resek banget kamu Ris, " keluh Dita kesal.
"Aq lagi ngetes, kamu punya otak nggak, ternyata volume otak kamu kecil Det. isinya kue kroket semua. hahahahahahaha".
mereka tertawa bersama. "Diiiiiih, aq mending mikir masakan, lha kamu? udah pindah posisi otakmu, sekarang malah pindah ke dengkul. jadi jongkok tu IQ mu Ris. guyonmu receh tau gak".
"Aku pusing Det......"
"lah jangan pinsang sekarang" goda dita.
"apaan sih det, aku pusing mikirin masalah aku. "
Nuris segera mengantri untuk mengambil nasi mereka bertiga, Nuris, Dita dan Rahmah.
sejenak Nuris melenyapakan semua pikiran dari otaknya, Dia ingin menikmati makanan yang saat ini tengah berada di hadapannya.
bersenda gurau dengan teman temannya, melewati hari dengan semua kegiatan yang sudah terjadwal dari pondok pesantren.
sejenak Nuris melupakan tentang kegalauan hatinya tentang Hardi dan dirinya. Tentang hatinya yang akan terluka, dam tentamg pera saannya yang tak akan pernah berbalas.
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀