Aku mengambil posisi di depan, Hari ini hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru, aku dan Yani, santri dari wilayah timur hanya berdua di kelas IPS, yang lainnya berasal dari wilayah barat, selatan, dan utara.
dari 20 siswi hanya kami yang dari wilayah timur.
'Hemmmmm, tenang Ris, gak akan di mangsa ma temen kamu kok.' aku berusaha menenangkan hati aku sendiri.
akhirnya seorang guru masuk, dan beliau adalah ustadz nurkholis majid. guru biologi kami saat kelas 1 dan 2.
Lhoooooo? beliau ngapain masuk ke kelas IPS?
bukannya beliau seharusnya kekelas IPA ya? pikiran ku bertanya tanya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. "
salam sapa beliau pada kami.
"waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuhu" kami menjawab. Merasa aku pelototi pak Kholis menatap ku.
"Kamu kenapa Ris? saya tau saya tampan, tapi kamunya gak usah gitu juga kenapa liat saya" Goda pak kholis, eeeiiiiittt jangan su'udzon, itu godaan bukan sebagai laki laki pada wanita, itu murni sebagai guru dan murid, tentu saja. Beliau sudah hidup bahagia bersama keluarga kecil beliau.
aku yang di tegur seperti itu jadi malu, "eeeh bukan ustadz, jenengan kan seharusnya di kelas IPA? kok bisa disini? " Aku keluarkan uneg uneg ku.
"Ok anak anak, gak usah perkenalan, karena kalian sudah kenal dengan saya. kita langsung saja ke pelajaran pertama di pertemuan pertama kita ini..." belumselesai beliau bicara ketika dengan kompak kami menyerbu beliau dengan kata kata
"Dihhhh ustadz curang, ya kenalan dulu dong ustadz? lagian kami kan gak tau jenengan ngajar apa?. "
"iya ustadz, kami bel di kasih jadwal pelajaran ustadz. "
kami bersahut sahutam mendemu pak kholis.
"Lhoo iya ta? belum di kasih tau? astaghfirullah, siapa wali kelas kalian? ". beliau bertanya.
"Belum tau pak" jawab kami serentak.
"gimana sih kalian ini, ya cari tau dong" pak kholis berpura pura marah.
"Kesiapa pak? " celetuk Hamida.
"ke Nuris" sontak teman teman meliahat ke arah ku
"eeh apaan? " aku pasang muka bego'
"Ya tanya kesaya dong, masa ke Nuris?" Pak kholis kembali mengambil perhatian
tiba tiba kelas hening.
"Lho kok diam?" pak kholis menunggu
"Katanya suruh nyari informasi ke jenengan pak. "
Nafisah menyahut.
"Lha iya, makanya ayo tanya. hehehehehe."
Aku tepok jidat melihat guruku bertingkah seperti ini,
"Gak boleh sewot Ris, cepet tua ntar kamu"
Lhaaaa kenapa aku juga yang kena?.
"ustadz, siapa wali kelas kami?" aku bertanya. serius nanya.
"Sama saya juga gak tau." Tuh kan? emang pengen ditimpuk ni guru
"Ya Allah ustadz kirain jenengan tahu"
"Hehehehehehhehehhe. orang saya juga baru td di suruh ngisi di kelas IPS buat ngisi Antropologi."
kami sekelas geleng geleng Kepala.
aku liat pak kholis memegang buku oaket yang sama lagi dengan milik ku.
aku sembunyikan buku ku. agar beliau tak menyuruhku mencatat di papan.
"Baik anak anak, kita merangkum ya? kalian gak punya paket Antropologi kan ya? jadi siapa yang mau mencatat di papan dulu? " Tawaran pak kholis tak laku,
"Nuris punya buku paket ustadz, sama dengan milik jenengan." aku sukses melotot pada si pengadu yang tak lain dam tak bukan si kembar mella melly.
mereka membelas pelototan ku dengan jari telunjuk di goyangkan.
"Ris, maju ris, bawa bukumu Nak. "
bahasa halus dengan panggilan super halus, tapi bagi tubuhku iti kasar sekali, karena aku harus berpikir 2 kali lipat.
"Baik ustadz. "
"Nak, kamu kan pandai, bantu teman temanmu untuk... "
" menuliskan hal penting penting saja, kalok nulis semua kasian, kamu juga pasti capek, iya ustadz, malsudnya di rangkum kan ustadz? ooooh kamu benar benar murid pengertian", 2 tahun menjadi sekretaris beliau, aku sudah hapal dialog itu, pak kholis tertawa melihat wajah ku ku tekuk.
"Pahala perhuruf dari ilmu yang kamu tuliskan untuk teman teman mu lho Ris, gak boleh sewot gitu."
aku menghapus papan tulis, dan mengambil kapur hendak mulai menulis ketika aku tak menemukan kapur tulis.... "Ustadz kapur tulisnya.... "
"Hamidah, tolong ambilkan kapur tulis di kantor ya nak? " seakan mengerti dengan yang akan aku sampaikan beliau sudah tanggap.
aku duduk di kursi yang siapkan untuk tempat aku berpijak untuk menulis nanti menunggu lapur tulis datang.
Tak lama kemudian kapur pun datang do bawa hamida tentunya. tak mungkin kapur datang dengan sendiri kan?.
dan seperti biasa, komentator pun menyeletuk
"Ris, tu.... "
"Ris tulisannya yang rapi, yang bagus, biar mata ku gak jereng baca tulisan kamu" Aku sewot.
teman teman sekelas tertawa.
"gak biologi, gak antropologi kenapa juga aku yang jadi sekretaris." gerutu ku.
aku pun mulai menulis, dan merangkum, aku ambil yang penting penting saja, agar tulisan ku cepat selesai dan aku segera duduk.
saat kami sibuk menulis pak nurkholis keluar ruangan pergi kekantor.
kami khisyu'menulis. aaaaaaahh, siapa bilang anak IPS bandel bandel, buktinya kami siswi yang tertib. dan justru aku dengar di kelas sebelah malah pada ramai, tak ada gurukah?.
"Ris Ris, Nuris. "Panggil lutfi pada ku.
"Lotte? aku sek repot ntar lagi."
"eeeehh denak luh, sakejek gun (eeh sini dulu, sebentar doang) "
"Apaan? " Aku mendekat.
"Ayo kekelas IPA, itu di absen ada nama kamu"
aku melotot "Lhooo kok bisa? "
aku liat buku absen di kelas ku, tak ada nama ku disana.
aku pergi kekantor, dan menanyakan itu pada petugas TU.
"Pak imam, ini kok nama ku malah muncul di kelas IPA? aku kan minta program IPs pak?" protes ku.
"lha temen kamu bilang katanya kamu salah naroh dan salah nulis gitu."
aku gregetan sama petugas TU satu ini.
polosnya kelewatam telanjang ups, maksud aku, polosnya kelewatan oon.
"Siapa pak? lagian bapak gimana sih, orang dah jelas pengumpulan dan penulisan kok masih di percaya konformasi yang bukan dari orangnya."
aku tau siapa biang keladi ini.
ini pasti ulah si dita.
"Duuuuueeeeeeeeeeeeeetttttt!!!! Ditaaaaa!!! ".
siDita yang tau bakal aku semprot sudah hengkang kembali ke wilayah untuk shalat ashar, karena termyata sudah tiba waktunya istirahat.
aku kembali kekelas, dan melanjutkan rangkuman yang tinggal sedikit itu, lalu istirahat kembali ke wilayah dan melakukan shalat ashar.
"Ditaaaaa, kemmah Dita kanak? (Ditaaaa, mana dita rek?) " Aku dah heboh duluan sampai di kamar.
teman teman semua tersenyim senyum liat tingkah ku.
"Ris, kami tu sayang ma kamu, eman ke kamu, ayo Ris, kumpul ma kita kita dong, rayu Rahma.
"Nggak mau, aku mau di IPS aja. aku sengkah (males) yang mau mikir sulit sulit itu. "
"lagian nama kamu udah ada di kelas kita Lho Ris."
aku menghembuskan Nafas berat.
"Aku dah bikin laporan nanti bakal di ganti absennya say.
udah tenang aja, aku balal tetep ma kalian kok kalo belajar." janjiku pada teman temanku.
dengan berat hati mereka membiarkan aku memilih keputusan ku.
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Pemgajian kitab Fathul Qarib sudah berjalan Setengahnya. Nuris sudah banyak berubah sejak selesai di wisuda di diniah tingkat ULA 3. Nuris lebih rajin, lebih disiplin dan pastinya lebih tertib.
karena Nuris adalah bagian dari ketertiban di seksi keamannan. dia akan menjadi contoh untuk teman teman santrinya.
teringat saat Nuris mengurusi kakak seniornya beberpa bulan yang lalu sebelum ujian umum itu...
>> FLASHBACK ON<<
Pulang dari diniah Nuris langsunh ke kantor keamanan. buku dan kitab diniah dia titipkan oada Dita.
dia melirik jam di pergelangan tangannya, hadiah dari sahabatnya Dita, saat dia ulang tahum di usia 16 tahun.
"jam 9 kurang 5 menit, belum telat aku" batin Nuris.
"Assalamualaikum kakak kakak semua"
"wa alaikum salam, usah selesai Ris? " tanya kak Aan.
"udah kak, jd mana kak Reni lestarinya kak?"
"tu di kantir pesantren. sana samperin".
Nuris segera pergi ke pintu yang menghubungkan kantor keamanan dengan kantor wilayah.
"Assalamualaikum,"
"walalaikum salam, lha ini yang ngurus kamu dah datang"
'Diiiiiih, gak ada bahasa lebih bagis lagi ya? emang dia anak bayi pakek di urusin? ' gerutu Nuris dalam hati.
"Jadi kak, apa alasan kak Reni kabur? " Nuris memulai pertanyaan.
"Ya nggak ada alasan khusus, masih sama kayak yang kemaren, kangen pacar itu aja." jawab reni tenang.
"sekarang maunya kakak gimana? aku ada dua pilihan,
1. kakak di panggil ortunya ke sini dan kami pihak pesantren akan mengembalikan kakak pada beliau dengan alasan kakak tidak bisa di bimbing.
2. kasus kakak kami bawa ke pengasuh biar pengasuh yang memutuskan.
gimana kak? mau pilih yang mana? "
Reni yang selama ini memang bebas kali ini terlihat pucat, jika orang tuanya di panggil kesini maka habislah dia akan dipaksa menikah dengan tunangannya yang tak di inginkannya itu
dan jika di bawa ke pengasuh bisa jadi dirinya akan di cambuk lalu di jemur. bahkan mungki malah bunda nyai pun akan melaporkan pada ibunya, itu malah lebih parah lagi.
kenapa dia gak memikirkan hal ini sejak awal pertama kali kabur dulu, sekarang hanya kebingungan yang nampak jelas di wajahnya..
dari tadi dia hanya di tanya alasan kenapa kabur. lha si Nuris straight tobthe poin langsung bikin Reni pingsan, ngasih pilihan yang sulit semuanya.
"Kalok aku boleh kasih saran ni kak, mending kakak pilih datengkan ortu kemari, kita musyawarah pengemnya kakak gimana?. mau nikah apa lanjut sekolah sampai lulus, bentar lagi kakak kan dah keluar kenapa juga mesti sekarang kabur kaburannya?. kalom ortu kakak yang datang kesini kan kakak bisa bilang keadaan hati kakak."
"Jangan Ris, bisa di nikahkan aku ma ayah q Ris.... " Rengek reni.
"Lha kakak kalok gak mau nikah trs ngapain kabur ma pacarnya?".
"itu hanya untuk senang senang aja Ris."
"Astaghfirullah kakak, laa taqrobus zina kak, kok kakak malah semakin dekat sih?."
"Aku gak suka ma tunangan aku Ris. aku pengem putis dari dia, tapi ayah ibu gak ngijinin" Reni berlinang air matanya.
Nuris menatap cincin di jari manisnya, betapa si laki laki akan sakit hati jika tau kak reni tak menginginkannya
"Kak kenapa gak mau ma tunangannya? jelek kah? "
Reni menggeleng.
"Ganteng Ris, tapi aku punya hati, hati aku hanya buat cowok aku. "
"Duuuuuuuhhh aku paling gak bisa ngomong masalah hati kak. maaf, aku gak pengalaman".
tapi kakak harus segera memilih keputusan ini kak.
mau di hukum bunda apa mau di panggil kan ortu kakak.
"iya wes panggil ortu ku, tapi aku mau kamu yang ngomong sama mereka ya ris?." pinta Reni.
"Dikira aku psikolog kali ya? e ompak agih terus." gerutu Nuris dlam hati, namun akhirnya dia tak menolak.
"Baiklah kak, kalo gitu kakak silakan pulang. besok insya Allah ortu kakak kesini".
"iya Ris, aku percaya kamu bisa melembutkan hati ortu ku Ris" Pinta Reni lagi.
"Insya Allahudah mudahan kak"
lalu Reni pun kembali ke kamarnya.
setelah Nuris memberikan laporan Nuros pun segera kembali ke kamarnya dan melakukan ritual rutinnya, menghamparkan kasur, dan memeluk bantal dan gulinga lalu lanjut Tidur.
kesesokan harinya setelah turun dari musholla Nuris di panggil ke kantor keamanan untuk berbicara dengan orang tua reni.
tanpa melepas rukuhnya Nuris pun menemui kedua orangtua Reni. setelah bersalaman pada ibu Reni Nuris memulai bercerita pada orang tua Reni tentang masalah yang di hadapi Reni.
mereka mendengar dengan baik dan tanpa emosi.
"Jadi gimana pendapat panjenengan untuk mengurus kak Reni pak buk? dari pihak pesantren jujur sudah kehabisan akal menghadapi ke tidak disiplinan kak reni".
"aku pengennya Reni tobat ndok, lakukan apa saja wes untuk reni sadar kalok pacarnya itu gak bener nak.".
nuris melihat ke arah reni. ada yang aneh pada raut wajahnya, sedib tapi juga senang
Nuris berpikir apakah kak reni terkena sihir ya?
"Kak reni, punya sesuatu yang dari pacar? " Nuris memancing.
terlihat reni ragu untuk menjawab akhirnya Nuris meminta ijin menggeledah lemari Reni.
setelah ijin di dapatkam Nuris segera melakukan penggeledahan, Nuris menemukan sebuah sapu tangan dan berbau harum.
Hati Nuris bergetar, ada yang aneh dengan saputangan itu. Nuris merasakan hawa yang berbeda.
"Bu, bisa minta tolong bawa pulang saputangan ini bu?" Nuris meminta pada ibu Reni.
"iya nak tak bawa pulang."
"Dan saya akan mencoba ngajak ngomong kak reni bu. insya Allah kak reni akan kembali jadi penurut bu." Nuros memberi harapan pada orang tua santri.
Nuris curiga Reni terkena guna guna pacarnya, jadi Nuros mencoba menjauhkan benda dari sang pacar dengan harapan Reni berubah setelah ini.
setelah selesai bermusyawarah dengan keluarga Reni di berikan hukuman cambuk 40 kali dan di jemur di depan ndalem dengan jilbab berwarna ngejreng.
hukuman dilakukan hari itu juga tanpa ada perlawanan dari Reni.
Nuris berharap itu hanya pikiran buruknya saja.
sebab jika benar itu guna guna maka pesantren harus melakukan ruqyah pada Reni.
Reni menerima 40 kali cambuj oleh Kak Aan.
dan dijemur di depan ndalem selam 2 jam dengan jilbab ngejreng dan membaca munjiat di sana.
selesai melaksanakan hukuman Reni terlihat lelah dan kepayahan. Nuris menyuruhnya untuk istirahat dulu dan para koordinator keamanan setuju, sebab mereka khawatir akan ada resiko jika tak membiarkan Reni beristirahat dulu.
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤