Chapter 45 - Calon Ipar

Hari ini tray out terakhir, senangnya hatiku, liburan Maulid ini aku tak pulang, jadi tak perlu untuk pulang ke madura dan bertemu dengan makhluk menjengkelkan yang telah menjadi tunanganku itu. "Ris, kamu sudah tahu hasil tray out kemaren nggak? Ekonomi Cuma 1 orang lho yang LULUS, duuuuh siapa ya?" Hamida, gadis cantik calon istri shalihah idaman para lelaki ( itu penilaian dari para ustadz yang pernah mencoba melamar hamidah) membuka percakapan di kelas. "Aaaah, Masak Da? siapa ya? Duh penasaran aku" jawab ku. Aku agak khawatir juga, meskipun ini hanya Tray out, tapi ini akan mempengaruhi pada Ujian Nasional nanti. Ya Allah, bantu hamba untuk melancarkan pelulusan Hamba yang terakhir kalinya ini ya Allah, aku berdoa dalam hati. "Ris teman teman kamu yang dari Daltim pada kemana?" kali ini aku di luar, dan bertemu dengan Siska Anak 3 IPA, yaaah, dari daltim hanya aku dan Farida yang masuk kelas IPS yang lain masuk ke IPA."Lhooooo? Memang teman teman aku gak ada yang hadir Try out kah?" tanyaku pada Siska, "kami bukan Tray out Ris, kami hanya Les, kimia saat ini" jawab Siska. "anak Daltim pada kemana ini?" suara yang sangat membuatku jengkel, tentu saja itu pak Zubair. "Gak tahu pak, ini Nuris juga gak tahu." Jawab luluk teman Siska. "gak mungkin banget, kan sekamar kok bisa gak tahu sih? " pertanyaan pak subair membuatku jengah, beliau seakan akan menyalahkan aku yang tak memperhatikan para temanku. Eeeh siapa lah aku, kenapa pula aku harus ngurusin mereka? Sudah pada besar ini. Aku hanya diam berpura pura tak mendengar perkataan beliau. "Ris, di panggil pengurus Daltim tuuuh" tiba tiba Waqi' memanggilku, "eeh siapa Qi'?" aku balik bertanya. "gak tahu, katanya kamu di tunggu tamu di kamar" jawab Waqi'. ''Tamu? Oh ya sudah maksih Qi'. Mida, aku pulang duluan ya? Kayaknya pak syai gak bakal masuk ini." Aku segera berpamitan, dan betul saja tak lama kemuduan seorang dari putra memberi kabar bahwa pak Syaifullah guru ekonomi merangkap guru akuntan kami tak bisa ngisi jam try out karena beliau sedang ada acara diklat. Aku segera kembali ke wilayahku.

Sampai di depan gang aku melihat sepupuku Erna dan ibunya serta ibuku. Serta seorang gadis yang.... ah entahlah, aku tak mengenalinya. Mungkin dia saudara Rahma dari situbondo.

''Assalamualaikum, dungareni gak ngenteni suratku Mih? (Tumben gak tunggu aku kirim surat Mih?)" aku segera mencium tangan ummi, budhe, dan sepupuku, "lhoooo embak e kok gak di sopo? (lhooo mbaknya kok gak di sapa?)" celetuk budhe ku. "siapa budhe erna? Ogah" jawabku. Aku ogah mengakui erna sebagai mbakku. Karena dalam adat jawa meskipun usia jauh lebih muda tapi jika dia adah anak dari kakak ibu atau ayah kita maka kita harus memanggilnya mbak atau mas, atau kakak. Aku merasa aku bukan orang jawa, jadi aku tak mau mengikuti aturan adat yang menurutku konyol itu." Yeeeee bukan aku, siapa juga yang mau jadi mbak kamu mbak, gak sanggup aku punya adek kayak kamu" balas erna. Kedua ibu kami tertawa. "kenalan dulu gih ma mbak iparmu" Budhe menunjuk ke arah cewek yang kukura saudaranya Rahma. Aku langsung ingat, beberapa minggu kemaren ummi bilang kalo kak aan atau kak alfa ku melamar gadis, jadi inikah orangnya? Subhanallah, aku ternganga dengan penampulannya yang dimata ku lebih seperti wanita tepi pantai dengan fashion fashion mereka yang norak. Kak alfa kok mau mau saja sih ma ini gadis? Eh aku kok menilai penampilan dia sih? Kayak yang aku paling cantik saja. Aku segera menyalaminya "aku Lila mbak, adik e kak Alfa pean sopo jenenge mbak?" aku berbasa basi sambil mencium pipinya sok akrab, bencikah aku? Tentu saja tidak. Aku belum tahu sifatnya. Sepertinya kalem. " aku Ana." Fix, mbak ku eh calon mbak iparku ini pemalu dan pendiam, semoga saja dia gak diam diam garang. Aku benci ipar jahat. Istri ,kak Lili saja sayang aku, jadi mbak mbak ku yang lain juga kudu sayang ke aku. Aku belum bisa mengakrabkan diri dengannya. Tapi aku berusaha mengajak dia berbicara hingga akhirnya kami pun menjadi akrab. Aku, Erna dan mbak Ana jadi tak canggung untuk bercanda. di tengah tengah kami bercanda Farida datang memberikan lembaran nilai, "ris cuma kamu yang Lulus untuk akuntansi dan ekonomi" Farida beranjak setelah bersalaman dengan keluargaku. " ongguen Da? (beneran Da?)" aku tal percaya. aku tatap nilai di sana 87, 5 untuk akuntansi, 90 untuk ekonomi. "kamu keren Ris. hanya kamu yang memahami smart solutionnya pak syai." puji Farida. "aaah, hanya kebetulan Da". aku sedikit bahagia. ternyata yang hanya lulus satu orang itu aku salah satunya hehehehehehe.

"ayo ke kantor mahrom, pasti para bapak bapak dah lama nungguin disana" ajak ummiku. kalimat ini menendakan berakhirnya pertemuan kami untuk hari itu.

"ummi, aku kasih jatahnya buat 2,5 bulan dah Mi, biar ummi gak bolak balik kesini lagi, jadi pas kesini nanti tinggal jemput aku aja buat pulang." pintaku. padahal sih pelulusanku kurang dari 2 bulan lagi, karena senin lusa aku sudah UN, aku korupsi pengen lebih lama di pondok untuk terakhir kalinya. "kamu mau mita berspa?" ummi bertanya."2 juta Mi" aku menengadahkan tangan bersiap siap menerima uang. "plak" tanganku di tepis budhe ku. "banyak banget, kamu kan cuma tinggal 2,5 bulan kok sampek 2 juta buat apaan?" budhe ku menyelidik. "lha budhe, masa UN aku butuh gizi imbng, makanannya kudu enak2 mewah mewah, nanti selesai UN nunggu pelulusan ada bimbingan nikah tu buat yang tingkat SMA. pasti beli buku ma kitab kan? lha terus sambil nunggu pelulusan juga aku harus ikut beberapa ekstra kulikuler budhe. aku mau ambil bahasa inggris. satu kali masuk 20rb, kalo 10kali kan 200 budhe?" tentu saja yang terakhir aku bohong. pengeluaran bersihku aku perkirakan hanya habis 500rb saja untuk 2 bulan kedepan, sisanya mau aku gunakan untuk memanjakan diriku dong. hehehehehe. Ummi segera mengambil uang yang aku pinta. aku pun mengeluarkan tabungan untuk segera aku setor ke kantor pesantren. ya kami para santri tak boleh pegang uang lebih dari 500rb. kecuali untuk pembayaran. setelah selesai menyetor tabungan akupun mengikuti keluargaku kekantor mahrom untuk bertemu keluarga laki lakiku emmmm maksud ku abi, pakdhe, dan kakak ku.

Akhirnya ummi, Erna ,budhe, kakak iparku serta keluarga besarku pulang ke rumah. Aku pun kembali ke aktifitasku hingga ujian Nasional itu tiba. Aku berusaha fokus pada ujian kali ini, bukan karena soal yang sulit, aku sudah siap untuk itu. Aku hanya belum siap melepas masa sekolahku di Aliyah ini, tapi jika aku tak lulus aku akan membuat malu diriku sendiri pada keluargaku, terutama abi, beliau pasti akan menjadikan aku omelet kata bijaknya. Huuufff, semangat Ris, kamu harus LULUS dengan Nilai tertinggi tekad ku sudah kotak, eh salah sudah bulat, bahwa aku harus bisa membungkam mulut orang yang meremehkan aku. Tunggu saja, walau akhirnya nanti nilai besar itu hanya menjadi pajangan di ijazah. aku kembali fokus pada ujian Nasional dan mengerjakan sesuai kemampuanku. aku berdoa dan berikhtiar, meminta yang terbaik pada Allah untuk langkahku selanjutnya. aku yakin bukan karena ijazah yang nanti membuatku sukses, tapi allah yang akan menuntun ku menjadi sukses dunia dan akhirat. walau cita citaku harus kandas oleh sebuah pernikahan yang tak pernah aku impikan sebelumnya, tapi aku yakin Allah telah mengatur hidupku untuk menjadi indah. Suatu Hari aku bisa meraih cita citaku yang entah kapan itu akan terwujud. Aku mengerjakan butir butir soal dengan tenang, dari Bahasa Inggris, bahasa indonesia, Ekonomi, Akuntansi yang menjadi mata pelajaran penentu pelulusan nanti. lewat dua hari, kami memasuki UAS atau UAM, Ujian akhir madrasah atau sekolah. kami lewati seminggu begitu cepat. dan kami pun menunggu pengumuman pelulusan dengan mengisi kegiatan kami dengan bimbingan pra nikah untuk santri yang setingkat SMA dan Aliyah. serta melalui aktifitas seperti biasa kecuali sekolah, karena kami siswa akhir tahun tak lagi bersekolah.