Nuris berusaha memejamkan mata, tubuhnya merasa sangat lelah, tapi hati dan pikirannya belum lelah berkelana, Nuris masih mengingat hubungannya dengan Hardi, yang tak berbeda dengan air dan daun talas itu.
Belum lagi keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi akan pupus, Nuris benar benar tak bisa menerima hal itu.
'Ya Allah,,,,,,, apa yang harus aku lakukan? aku tak bisa mengambil langkah yang membuat abi dan ummi kecewa. tapi aku takut hati ku terluka dan masa depan ku menjadi suram.' rengek hati Nuris.
malam semakin beranjak, namun Nuris tak jua berlayar ke alam mimpi, dirinya masih terjaga, dan pikirannya kembali melayang ke saat saat dia bersama Hardi.
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
Hardi memperkenalkan Lila pada saudaranya. Dan saat sedang berdua, Hardi menatap Lila intens, hingga Lila merasa jengah "Kenapa liat liat?" Lila bertanya, alisnya bertaut bertanda heran. " Aneh aja, ada banyak cewek cantik tapi kok bisa kamu yang jadi calon istri ku? "
"ya mana aku tau kak? kalok kakak gak suka ya udah tinggal batalin doang." Nuris menatap wajah Hardi.
"haaaaaaahhh, seandainya semudah itu dek. nyatanya hal itu sangat susah, mau gak mau aku harus belajar membuka hati buat kamu, nerima kamu yang... yaaaahh kamu sadar diri aja lah."
Nuris melihat dirinya sendiri. 'emang aku kenapa? aku jelek kah? diiiiih, dasar cowok brengsek, menilai wanita hanya dari fisik doang, di kiranya aku mau apa sama dia walaupun dia cakep?' Nuris menggelengkan kepala menghalau pikiran buruknya.
"jadi maunya kakak gimana sekarang? " Nuris masih belum lega dengan perkataan Hardi.
"ya kita coba aja menjalani hubungan ini. kita liat, sampai mana kita bisa bertahan dengan hubungan kita. syukur syukur kalok aku bisa jatuh hati sama kamu, kalok nggak yaaa entahlah. kamu mau?".
"kalok kakak mau berusaha saya juga akan menghormati hubungan ini. dan juga akan belajar menerima keadaan ini. " Nuris memberikan kesempatan pada Hardi.
"Baiklah, kita sepakat ya?. " Hardi tersenyum, cara bicaranya pun sudah berubah menjadi lebih halus dan kalem pada Nuris.
"Aku capek pengen tiduran, pinjem paha kamu buat bantal ya?. " Tanpa menunggu jawaban Lila Hardi merebahkan kepalanya di paha Lila, sontak Lila yang belum pernah berdekatan apa lagi sampai kontak fisik dengan lelaki refleks menahan kepala Hardi.
"emmmm maaf kak, aku belum terbiasa. " Lila menatap tak enak pada Hardi.
"makanya biasakan mulai sekarang, katanya mau belajar, ini aku lagi belajar buat nerima kamu lho di hati ku. " Hardi meletakkan kepalanya di paha Lila. Lila membiarkannya.
"kok kepala aku gak di sentuh? knp? jijik? " Hardi menatap Lila yang menjauhkan tangan darinya.
"Maaf kak belum terbiasa. kita bukan mahrom juga iya. aku takut dosa. " mendengar jawaban Lila Hardi seketika kembali ke posisi duduknya.
"Hadeeeeeuuuuuhhh pacaran ma anak pondokan emang banyak aturannya ya?. " Hardi kesal tubuhnya yang merasa lelah benar benar minta untuk di rebahkan mencari posisi untuk rebahan.
'Kok hati ku deg deg kan ya? aduuuuuuhh, masak iya aku jatuh cinta ma Kak Hardi sih? ah gak mungkin, dia itu kan ngeselin? mana mungkin aku cinta ma dia. gak boleh gak boleh gak boleh, gak boleh jatuh cinta, nanti hati terluka gak ada obatnya Ris. ' Nuris memegang dada kirinya.
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
Nuris terlelap di tempat tidurnya saat jam menunjukkan 00.30 WIB. dan terbangun karena beker yang telah dia stell untuk melakukan qiyamul lail.
jam 02.00 Nuris segera pergi ke tempat wudhu' dan melakukan shalat tahajud.
masih doa yang sama di panjatkan oleh Nuris, seperti malam malam sebelumnya.
"Ya Allah, jika kak Hardi ada jodoh yang terbaik untuk menjadi imam ku, maka lembutkan hati ku dan hatinya, pautkan perasaan kami. agar timbul perasaan nyaman di antara kami. tapi jika bukan jodoh ku, maka jagalah hatiku agar tak terluka, dan jaga lisan ku agar aku tak menyakitinya. aamiiin" Nuris menyelesaikan ritual qiyamul lailnya, dan segera melakukan sahur, karena Nuris sedang melakukan puasa hari kamis, mengikuti sunnah rasul. setelah melakukan sahur, Nuris kembali berlabuh di alam mimpinya walau hanya sebentar, karena adzan subuh berkumandang.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Syam melangkahkan kaki dengan tergesa gesa menghindari kejaran Novi di belakangnya, setengah berlari Syam melewati koridor sekolah untuk segera sampai ke kelasnya.
"Kenapa syam? kamu kok seperti di kejar setan gitu? " Fika menatap syam, "ini lebih serem dari setan fik. hiiiiii. cewek kok gitu sih? ngejar ngejar udah tau gak mau masiiiih aja maksa. maunya gimana sih? ".
"Diiiiiih, kamu gmn sih syam? udah helas dia maunya apa, ya mau kamu jd cowoknya lah. " Fika menjawab pertanyaan syam yang gak jelas itu.
"ya aku kan dah gak mau? kok dia maksa?, kalian para cewek emang suka memaksa ya?. kamu juga suka maksa ke suami kamu fik?. " kalimat terakhir syam berbisik di jawab oleh fika dengan membulatkan netranya.
"Dasar kamu piktor piksum syam. " hardik fika.
"apaan piktor piksum? " syam bingung.
"pikiran kotor dan pikiran mesum" fika menoyor kepala syam. "diiiiiih ya kan wajar, kita sudah remaja, dan beranjak dewasa, apa lagi kamu dah nikah, masak iya kamu di anggurin ma suami kamu. " wajah fika memerah mendengar perkataan syam, "Eeeh piktor, suami aku gak semesum kamu tau, dia masih jaga kesucian aku. dia bukan pedofilia. jelas? " fika memukulkan gulungan buku ke kepala Syam.
"Fika brengs*k. kamu bikin pamor aku turun tau gak, hanya kamu yang berani pegang pegang dan mukulin aku tau nggak? yang lain bisa deket ma aku aja mereka dah kebawa mimpi tau. " Syam balas menghardik Fika. Di balas oleh fika dengan tawa berderai derai. "Iyalah, aq gal sebodoh mereka yang buta sama wajah kamu, aku kenal kamu dari SMP syam, jd aku tau banget kelakuan kamu. makanya aku gak tertarik. hahahahhahah. "
"Ciiiiiih, gengsi aja kau mau ngaku kalok pernah suka ma aku. " Syam semakin PD.
"Tak tau malu kamu syam. aku gak pernah tertarik ke kamu, karena sebelum aku suka ma kamu kamu dah bikin aku ilfill duluan."
"Lhaaa kenapa? kamu gak normal fik? "
"resek kamu syam, aku ilfill sebab aku liat ada cinta di matamu setiap kamu ngomongin tentang Lila. makanya aku bersyukur belum suka ma kamu. " jujur Fika.
mata Syam menerawang, "Sayangnya sekarang dia sedang diikat oleh pria lain fik. "
"haah? maksud mu syam?."
"Iya, Fika di jodohkan ma orang lain dia dah tunangan. "
"diiiiih, masak mau nyerah gitu aja. sebelum janur kuning melengkung, sah sah aja lah kamu berjuang buat merebut dia dari calon suaminya, baru juga calon syam, belum jadi suami, kalok dah sah, yaaaa kamu harus mundur. "
"niiih yang begini nih, yang gak paham ilmu agama. eh Fika, wanita yang di khitbah oleh seorang laki laki, maka haram dirinya menerima laki laki yang lainnya lagi, begitu juga lelaki yang ke dua, bisa di katakan itu orang ketiga, alias setan perusak hubungan." bukan aku gak mau berjuang, tapi aku takut dosa. lagian toh aku dah gak ada rasa kok sama Lila, biarin aja dia mau nikah kek, mau tunangan mau pacaran, mau nyungsep (jatuh ke lubang) juga aku gak peduli ma Lila, masih banyak cewek yang lebih cantik di banding si Lila yg dekil itu. "
tentu saja dikalimat terakhirnya syam mengatakan itu dengan suara tertahan karena gemetar.
"ya ampun Syaaaaam, kalok mau nangis, nangis aja, wajar kok patah hati itu mengis, aq gak mgeledekin kamu syam, sebagai sahabat aku ngerti banget perasaan kamu yang terluka, 5 Tahun kalian gak bertemu. dan sekarang dia di ikat oleh laki laki lain. tapi kalok kamu mau menyerah juga itu hak kamu kok. aku gak akan nyalahin kamu. " hibur Fika.
Syam menangis sesenggukan tapi bersamaan juga tertawa.
"Bodoh aku ya fik? seharusnya aku memberanikan diri meminta pada orang tuaku buat melamar dia. bukan malah sok sok an gak peduli tentang dia. padahal aku masih berharap banget sama dia. "
"Lha terus maunya kamu gimana syam? "
"entahlah fik, aku juga bingung. tapi aku dah mutusin buat mencoba menerima kekalahan ku. gak dapet perawannya aku akan menunggu jandanya fik. " Syam menyeringai aneh, Fika bergidik "Kamu dah gak waras syam."
"Iya aku dah gila, perasaan ini membuat aku gila Fika. aq gak siap melepas dia dengan yang lain. "
"Lhaaaa kamu gimana sih syam? katanya mau nyoba menerima, sekarang bilang gak Bisa, tau ah, aku jadi ikut senewen. aku mau pergi keluar aja. "
"Fik tunggu fik, temenin aku di sini aja ya?"
"ogah kamu masih gak waras, aku ngeri" jujur Fika.
"nggak fik, aku gak akan ngapa ngapain kamu. "
"Duuuuuuuuuhhh dasar otak mesum bukan itu maksud aku, aku takut nanti kamu makin gila malah nekat nyakitin diri sendiri." Fika hampumir beranjak dari bangkunya, "makanya temenin aku. " syam memelas.
"Ok, aku temenin, tapi kamu udahan dong cengeng nya, masak preman sekolah nangis gegara patah hati, kan gak keren syam kalok ketahuam seantreo sekolah?. " goda Fika.
syam segera menyeka airmata di wajahmya dengan tisu pemberian Fika.
"Iya Fik, ntar yang ada aku masuk ke majalah, dengan judul 'preman sekolah keren patah hati dan menangis di samping cewek jelek' gitu pas ya fik? turun pamor gue dong" Syam segera memasang wajah sok coolnya.
"Apa kata loe deh, buat sekarang biar kamu happy lagi, biar gak gila lagi aq iyain deh kamu mau ngejek aku gimana aja. biat kamu lega. "
sesaat mereka terdiam.
"Fika, makasih ya? kamu selalu jadi teman curhat aku, kamu sabar ngadepin aku yang asal ngejeplak kalok ngomong, tapi jujur Fik, kamu buat aku beda, gak sama dengan temen temen cewek yang lain, makanya aku lebih teneng ada di dekat kamu". Syam menatap Fika penuh tulus. 'What? syam ngomong apaan sih? kok dia jadi lembut gini ya? waduuuh warning nih' hati Fika memberi peringatan. Dahi Fika mengerut tanda tak memgerti maksud dari omongan Syam. "Jangan salah paham Fik, maksud aku, kamu adalah satu satunya temen cewek yang enak buat di ajak ngobrol, jadi tempat curhat, juga buat tameng dari cewek cewek yang ngejar ngejar aku. hahahahaha" Fika merengut dengan perkataan syam yang terakhir. "Dasar syam s****n, emang aku baju perang apa, besok besok mending kamu jadi homo aja biar oada ilfeel mereka ma kamu" Fika sewot.
"Hahahahahhaha istri pak gunawan marah ni yeeeeeee ciye ciye ciye, cakep juga kalok marah, marah aja tiap saat Fik, biar darah tinggi kamu, kali aja tubuh mu bisa bertambah sedikit lagi ke atas. " Syam mulai ceria lagi.
"Hemmmmm setannya dah datang, belum juga 5 menit dia nangis patah hati sekarang dia dah ngejekin gie mulu. dasar play boy kamp**t. " Fika menggerutu.
lalu bel tanda di mulainya kegiatan belajar berdenting.
para siswa segera masuk ke kelas masing, dan duduk rapi menunggu kedatangan guru bahasa inggris.
Syam dan Fika kembali fokus pada pelajaran di kelas mereka.
hari hari di sekolah di lewati oleh syam dengan perasaan lega. ya Syam sesikit lega berbagi beban dengan Fika, meskipun rasa sakit itu ada setidaknya kini tak membuatnya ingin lari dari kenyataan.
tapi Syam berusaha sekuat tenaga untuk tidak terjrumus kepada hal hal yang semakin membuatnya terpuruk.
Syam membawa dirinya untuk mendekati Tuhan, tempat meminta, mengadu dan melapor.
seperti saat ini, syam tengah duduk bersimpuh di sajadah selepas shalat ashar, pulang dari sekolah Syam segera mandi dan melakukan ritual shalat ashar.
Dalam doa yang di panjatkan syam masih meminta untuk Lila bisa menjadi jodohnya.
"Ya Allah, hamba sadar jika semua takdir yang Kau turunkan kepada hamba adalah yang terbaik bagi hamba, tapi masihkah aku diperbolehkan meminta padamu tentang perasaan ku padanya, izinkan aku memiliki rasa ini selamanya, dan izinkan pula aku memiliki orang yang telah membuat rasa ini ada dalam hati ku, Nuris Sya'ilah Alkhalila, aku minta Jodohkan dia untuk ku, dan jadikan aku pendamping dalam menyempurnakan setengah dari agama Mu ya Allah. hamba tak menginginkam wanita lain selain dia ya Allah, maka ijinkan hamba menjadi pemilim hati darinya. aamiiinn. "
Setelah selelsai shalat Syam segera ke meja makan, namun bukan untuk makan, tapi untuk melamun, Syam tak memiliki selera terhadap makanan.
netranya menatap kosong pada tudung saji yang menutup hidangan de dalamnya.
pikirannya terus berkelana kemana mana.
ibu Syam yang melihat itu menepuk pundak syam lembut.
tapi tepuka. itu justru membuat syam terlonjak kaget dan tersadar dari lamunannya.
"ya Allah , Ummi, kirain apaan, ngagetin aja ummi.
"lhaaaa ummi banguninnya kan juaga pelan. kayaknya kamu terkena sihir pengasih Le"
Syan melotot tak percaya, "udah jangan su'udzon dulu ah mik. emang siapa yang mau kematian aku mik?"
"yaaaa namanya manusia itu ada aja musuhnya, Rasulullah aja yang lemah lembut banyak musuhnya. yakan Mik? apa lagi aku, yang emang terlahir tampan dari sananya, jadi otomatis banyak yang merasa tersaingi, padahal kalok aq mah gak level saingan ma mereka 😆😆😆." syam dengan narsisnya membangggakan diri.