Nuris berjalan pelan menyusuri lorong kembali menuju sekolah. sampai di kelas, Nuris melihat ada dita yang sudah datang dari istirahat. "Ris kamu habis darimana? kok mukamu kusut gitu? eh kamu gak sholatkan?" dita memberondong Nuris dengan pertanyaan. "iiisss deeet, kamu nanya apa ngeborong kata sich det?" Nuris bingung mau jawab pertanyaan Dita, di tambah pikirannya yang kacau. Dita tertawa mendengar kalimat Nuris, "ok, satu satu ya? kamu dari mana?" "dari ndalem bu Nyai" "ngapain?" "nyabis", "mukamu kok kusut?", "belum disetrika det" jawan Nuris yang asal membuat Dita terpingkal pingkal, "kamu gal sholat?", "tamu bulanan lagi nyambang nih","ooh, BTW, kamu kenapa sich? kayak ada masalh?" Dita kembali serius, "iya aku lagi ada Masalah, tapi ceritanya nanti aja ya di kamar?" pinta Nuris. Dita tak memaksa temannya untuk bercerita. saat pulang sekolah Dita dan Rahma berjalan beriringan, kemudian Nuris menyusul mereka. "Ris kamu jangan cemberut terus pulangan tinggal 1 bulan ini, ntar lagi kamu ketemu sama tunanganmu, muka jangan di cemberutin gitu, jelek tau," Rahma menggoda Nuris, "Nah itu mah, itu yang lagi aku pkirin". "maksudmu apa sich Ris?" tanya Dita, "aku tu di kasih peringatan sama tiga orang lho, tiga tiganya ini tau kalok aku dah tunangan sebelum aku cerita, kamu tau nggak peringatnnya itu apa?" Nuris bercerita, "Apa?" tanya Dita dan Rahma barengan, "mereka memperingatkan aku supaya gak ngelanjutin perjodohanini, aku di suruh sampein ke abi ma ummi, kalok aku gak cocok sama dia, yang bikin aku senewen sekarang...." kalimat Nuris di potong oleh kedua sahabatnya, "KAmu lagi jatuh Cinta sama pak Husni Hahahahahahahaha", "iiiiisssss apaan sich kalian, aku serius ni, aku senewen gimana caranya supaya aku bisa nyampein pesan ini ke abi? aku pasti diomeli kalok aku ngikutin ini, secara ini kan Ramalan cuy?" Nuris frustasi. lalu tak sengaja Netranya menangkap sesosok bayangan, "Assalamualaikum ustadz ganteng" Nuris mulai genit menyapa pak Husni, "waalaikum salam, pulang sekolah ya?" pak Husni basa basi, "iyalah ustadz, kita masih pakek seragam ini, masak iya habis nyutingin ustadz sih? heheheh", kedua sahabatnya hanya melongo" barusan dia kayaknya bilang dirinya senewen tu kayaknya bener deh Dit" ujar Rahma, "iya ni Nuris, udah punya tunangan juga, tunangannya ganteng lho," Dita geleng geleng kepala melihat Nuris.
"Ustadz mau kemana? kok jam segini udah bening aja wajahnya" goda Nuris, "Ris, kamu bisa aja, ya Mau ngaji lha Ris," Pak Husni malu malu melihat ke arah Nuris. "Nih yang mana sich yang cowok? mana juga yang cewek? udah kebalik ni karakter mereka Mah" Dita yang melihat pak Husni malu malu digoda Nuris jadi gemes. "ohya Ustadz, jenengan ngaji juga to? kirain udah hatam semua kitab kuning" Nuris tersenyum sok manis "Ris inget tunangan kamu di madura Ris," Rahma memberi warning pada Nuris, "apaan sich Mah, iiiiih yang didepan dulu di hadapin Mah,", Ghadul bashar Ris" Kali ini Dita, "ya udah deh Ustadz, saya pulang dulu, Lope yu ustadz," Nuris membuat masalh pada Hati Husni dengan kata itu, karena Husni menanggapi serius.
Malam Hari di gedung diniah, Nuris seperti biasa duduk di depan pintu masuk gedung, Pak Husni datang, "Ris kok belum masuk?" tanya Pak Husni basa basi pada Nuris, "eh ustadz ganteng, iya tadz, gurunya belum datang ni" Nuris kembali menatap ke Novelnya.sampai ada tangan yang merebut Novel itu darinya, saat Nuris mengangkat kepalanya dia melihat Ustadz Taufiq memegang Novel Nuris. "iiiiiihhh Ustadz, ghasab itu haram lho," nuris sewot. "waktunya diniah, belum waktunya baca novel, novelmu saya sita, nanti saya kembalikan setelah pulang dari diniah."pak Taufiq memperingatkan Nuris. Nuris menghentakkan kakinya dan segera menuju kelasnya. pelajaran selesai, Nuris segera turun dari lantai dua "Assalamualaikum," NUris ke kantor diniah tepatnya ruangan para asadidz. "waalaikum salam, cari siapa Ris?" Pak Husni tau Nuris mencari pak Taufiq untuk mengambil Novelnya. "pak Taufiq ustadz.", "oooh beliau belum turun Ris" jawab pak Husni. "ya sudah pak saya tunggu di depan." tanpa menoleh lagi Nuris ke depan pintu masuk gedung. Tak lama kemudian Nuris di kejutkan dengan getokan buku di kepala Nuris, pelan tapi sukses membuat Nuris yang melamun terkejut. "Astaghfirullah, gak ada besi ta pak? kenapa oakek buku?" Nuris mengelus kepalanya yang ditutupi jilbab, "Novelmu tak balikin besok" Pak taufiq ngeloyor pergi, andai saja Nuris bukan santri pengen Nuris menarik tangan ustadz yang menjengkelkan itu, "bilang aja mau pinjam ustadz" Nuris benar benar kesal pada pak Taufiq. Pak husni tertawa melihat Nuris yang manyun. Nuris pulang kekamar dengan perasaan kesal. Hari ini Nuris merasa benar benar hari yang sangat menguras tenaga dan pikiran bagi Nuris. Karena dia harus mengeluarakn keduanya dua kali lipat dari biasanya. belum lagi emosi yang harus Nuris mampu mengontrolnya. Nuris segera merebahkan dirinya dan memejamkan mata sampai terlelap.
*************
Syam menatap seseorang dengan intens, yang di tatap tersipu malu, lama dia mencari perhatian agar bisa dekat dengan syam baru Kali ini Syam menatapnya, betapa senangnya gadis itu. Syam mendekati gadis manis itu. "siapa namamu?" Syam mengukurkan tangannya. "aku novi, kita baru sekarang sekelas", "ohya? kamu duduk dimana? kenapa aku baru tau kamu sekelas dengan ku?" Syam terkejut, karena selama ini dia hanya fokus pada cewek di kelasnya hanya pada Fika, yang lain dia tak terlalu peduli. "iya, aku duduk di sebelah kiri fika, BTW, kamu pacaran sam fika ya? kok aku liat kalian selalu duduk bareng dari kelas satu?" Novi kepo. "oooooh nggak, aku nyaman aja sama fika, dia itu sahabat perempuanku" Syam menjelaskan 'Bisa digorok gue sama si wawan kalok macarin fika'. "oooh syukurlah, jadi aku ada peluang buat jadi pacarkamu dong ya?" Novi terlalu berterus terang. Syam mulai sedikit ilfill. Syam menanggapi dengan senyuman. "ohya Syam, kamu gak mau ikut wisata ke jogja?" Novi basa basi. "oh insya Allah ikut. emang kenapa?" Syam tau jika Novi ingin duduk denganya."aku boleh nggak duduk dekat dengan kamu?" Novi meminta. "boleh aja sih, tapi kan di atur olehwali kelaskan?" Syam mncoba mengelak. Syam benar benar tak suka pada cewek agresif. "lamu teang aja, aku akan minta sama bu ninik untuk membuat kita duduk bersam" Novi semangat." terserah kamulah." Syam hanya tersenyum sedikit mengejek. 'ni perempuan kok gak jaga diri banget sih, aaaaahh ilfill gue' Syam ngomel. "Syam udah bel tu, Yuk ,asuk kelas bareng." Novi mengajak Syam, dan setelah Syam mengangguk setuju, Novi bergelayut manja di lengan Syam. Syam Risih, tapi dia tak bisa menepis tangan Novi. sejenak Syam merasakan tatapan garang dari para siawa lain, tentu hal itu membuat iri, karena Novi adalh sorang model walau masih kelas bawah, namun kecantikannya sudah di kenal sampai ke lembaga lain. Tapi hal iti tak membuat hati Syam jatuh pada Novi, karena Novi terlalu agresif. ketika sampai di kelas, Syam berusaha fokus pada pelajrlajaran, walau pada dasarnya hatinya entah berkelana kemana. Syam melamun, namun terlihat seperti fokus pada keterangan guru. Pikirannya entah berada di tempat mana. Syam menikmati lamunannya.