Nuris sedang mencatat di papan tulis. pak Kholis memberinya tugas merangkum dan menuliskan di papan tulis untuk teman temannya. "pak kok saya sih yang di suruh Nulis? yang ada ntar temen temen protes sama tulisan saya yang jelek lho pak?" Nuris protes pada Pak Kholis. "kamu ada buku paketnya kan?" Nuris mengangguk. lha temen temen kamu ada yang punya nggak?" Nuris menggeleng. "jadi yang gak Nulis disini siapa?" Nuris menunjuk dirinya sendiri. "ok anak pinter, cepet rangkum" Nuris kempos. menatap teman temannya satu persatu. "jangan ketawa, jangan protes, selamat membaca dan menulis" kesal Nuris. 'ini gimana ceritanya aku nulis sich? aku beli buku yang sama ma milik guru kan biar gak capek capek Nulis lha sekarang kok malah di suruh ngerangkum juga coba?' gerutu Nuris. bukan pak Kholis gak dengar beliau hanya mendiamkan gerutuan Nuris.
"Ris, nulisnya bagusin dikit kenapa? sepet mataku ni liat tulisan kamu" protes Melly sikembar. Nuris mlengos.
"Tok tok tok, Assalamualaikum, maaf pak, perlu sama kak Nuris." Iis, Adek Junior Nuris meminta ijin.
Nuris sedikit senang, dia bisa bebas dari tugas menulisnya. "Jangan lama lama," pesan pak Kholis, "Maaf pak, kak Nuris di panggil ustadz husni pak." Iis mengatakan saat Nuris sudah di luar.
"apaan?" Nuris menatap Iis, "Tu liat ke selatan tu" Iis menjawab sambil menunjuk ke arah ustadz Husni.
Nuris terkejut, namun segera menguasai kondisi dirimya.
Nuris melangkahkan kaki ke arah pak Husni.
"Maaf ustadz ada apa nggih?" Nuris bertanya dengan sopan. memberikan kesan bahwa mereka adalah guri dan murid. Husni tak nyaman dengan cara bicara Nuros yang berbeda dari biasanya. "Kamu kenapa menghindar dari saya?" Husni langsung pada intinya. "Nggak kok ustadz, saya gak menghindar, perasaan ustadz aja mungkin, lagian kalo pun saya menghindar kan wajar ustadz? kita bukan mahrom." Nuris membela diri.
Husni menghela nafas kasar. "Ris, kamu serius nggak sih sama perasaan kamu ke aku?" Pak Husni meminta penjelasan. "maaf ustadz, waktu itu saya emang jujur, suka sama ustadz tapi semua karena ustadz ganteng. selebihnya kita memang guru dan murid kan ustadz?" Nuris berterus terang, berharap Pak Husni mengerti ke bodohannya. "Terus kenapa kamu menghindar dari saya sejak hari itu Ris?" pak Husni masih ingin tau Alasan Nuris menjauhiya, Nuris tersenyum. "meghindar sih nggak Ustadz, cuman mau ketemu jenengan saya sungkan, yang hari itu sungguh saya gak sengaja, gak ada maksud apa apa Ustadz beneran deh." Nuris menjelaskan. "Kamu suka saya hanya karena saya tampan? gak lebih Ris?" pak Husni masih penasaran. "Maaf Ustadz jika saya sudah lancang, tapi itu benar, saya suka jenengan hanya karena memang pesona jenengan, selebihya saya gak ada niat apa apa ustadz, lagi pula sekarang saya sudah bertunangan. Saya gak mau di katain cewek gampangan Ustadz." Nuris menjelaskan. Husni yang pernah dengar Nuris bertunangan hanya membuang Nafas kasar, Tak menyangka dirinya akan mendapat kejujuran yang tak diharapkannya selama ini. :"Kamu suka sama tunangan kamu?" Nuris mengangguk, "karena dia tampan?" Nuris menggeleng. "karena dia laki laki yang di pilih keluarga saya. jadi saya harus menghormati dan menjaga hubungan kami ustadz." pukulan telak bagi hati Husni. tapi Husni segera sadar bahwa yang di hadapinya adalah santri yang belum benar benar matang. bahkan mungkin memang masih belum saatnya untuk mengembang. ah entahlah. "Ris, ini minggu terakhir saya ngajar di sini, aku mau kita seoerti murid dan guru yang sesungguhnya, karena itu, aku harap setelah ini kamu akan kembali aktif di pengajian waktu saya. Nuris mengangguk. "kamu gak nanya saya mau kemana?" Husni sedikit mulai kesal dengan kepolosan Nuris. "emang mau kemana ustadz?", Husni yang sebal menjawab."mau pergi jauh dari kamu, mau ke hongkong, AAAAAH Udah sana dah masuk kelas sana, ngobrol sama kamu sama kayak ngobrol sama anak Mi kelas 3. pusing saya, kamu gak peka" omelan Pak Husni membuat bingung Nuris. "Ustadz, titip salam sama pak Taufi dong" bener bener nih bocah gak ngerti perasaan orang, sekarang dia malah ngirim salam ke cowok lain sama orang yang barusan di patahin hatinya. maunya apa sih ni anak? Husni menggrutu di hati."bilangin Ustadz Novel say balikin, udah hampir satu nulan juga." Husni geleng geleng kepala. melihat itu Nuris semakin teriak "pliiiiiissss ustadz, tolong sampaikan. dengn mata berkaca kaca Nuris meminta pada pak Husni. Husni segera berlalu di balik pembatas Area dari bambu. Nuris kempos.
Malam ini Nuris pergi diniah, kembali bertemu dengan pak Husni dan sepaket dengan pak Taufiq, "assalamualaikum ustadz,' Nuris sok imut. "waalaikum salam," jawab keduanya. "ustadz taufi yang terhormat, mohon Novel saya tolong kembalikan." pinta Nuris tanpa basa basi. Heran aku sama kamu RIs, ketemu saya yang di ingat novelnya melulu." protes Pak Taufiq. "ya iyalah Ustadz, emang mau di inget apanya? ustadz kan gak pernah punya hutang kesaya? emang mau tak tagih hutang, iiiissss siniin Novel saya ustadz." Nuris udah mulai jengkel sama pak Taufiq.
Pak Taufiq menyembunyikan Novel itu di balik punggungnya. Terang Nuris gak berkutik, kalo gak mau di bilang santri resek. kesal, akhirnya Nuris membiarkan dua orang itu, Nuris segra masuk ke dalam kelas. ingat jika jadwalnya adalah sorrof Nuris segera berjingkat jingkat keluar kelas. Nuris melihat pak Taufiq memasuki kelas. Akhirnya Nuris berlari secepat kilat dari arah berlawanan dengan pak Taufi. Nuris kembali kekamar. dan melepas jilbabnya. "uuuuuuh, kesal banget aku. udah deh gak mau berharap sama novelnya, mending aku beli yang lain lagi" Nuris kempos. "untung saja pengontrolan sudah berlalu beberapa menit sebelum Nuris pulang ke kamar. jadi sekarang dia bisa tidur sepuanya. " oh tidak, ada tugas bikin makalah aku belum selesai" Nuris segera mengerjakan tugas membuat makalah itu. tepat saat teman temannya pulang dari diniah Nuris menyeleaikan bagian akhir dari makalah, yang tadinya rampung setengahnya saja. Nuris segera menyimpan tulisan tangannya untuk besok di ketikkan di tempat pengetikan. Nuris dan teman temannya segera pergi mandi, ya mereka terbiasa mandi malam, bahkan tak jarang saat diniah Nuris dan teman teman belum mengganti seragam mereka. karena di buru waktu.
selesai mandi Nuris membentangkan Kasur yang di pakai untuk alas tidurnya. dan Nuris kembali memikirkan kata kata peringatan dari tiga orang yang memperingatinya tentang pertunangnannya, "aku gimana nyampeinnya ya? liburan tinggal 3 minggu lagi aduuuuuh, kok aku jadi gak tenang ya?" Nuris menggerutu. "aauuu' aaaaaaahhhh pusing" Nuris menggaruk kepalanya Frustasi. Nuris memejamkan matanya, mencoba terlena dengan buaian bantal dan guling serta selimutnya.