Chereads / DADUNG KEPUNTIR (Kupita Kau jadi Jodohku) / Chapter 34 - Dijodohkan atau Jodoh ya?

Chapter 34 - Dijodohkan atau Jodoh ya?

Haiiiii perkenalkan namaku Rohima Ferdiana Surya Putri, aku adalh siswa kelas 1 SMK PGRI di kabupaten Lumajang. hemmmmm, aku adalah sepupu dari Syam Al'arif yang di gosipin di keluarga adalah anak laki laki tertampan di keluarga mbah Sonhaji. Ya jujur saja sepupuku itu memang paling tampan, dan tentu saja ketampanannya itu pasti membawa dia pada gelar PLAYBOY. eeh balik lagi ke ceritaku ya?. siang tadi ayahku bilang padaku, bahwa besok siang akan ada seorang pemuda yang akan meminang aku. Waaaaoooooowwww it so surprise. Tapi bukannya senang aku malah kesal. aku belum pernah pacaran aku masih polos, dan sekarang aku pun harus di tarik kembali ke jaman siti nurbaya. Ya Allah dosa apa hamba ya Rabb, sampai harus di jodohkan? malam itu aku menangis sampek bengkak ni mata aku. "udah lah Hima, jangan nangi terus, sekarang kamu nangis natr kamu pas jatuh cinta sama tu cowok. sia sia dong kamu ngomel dan nangis malam ini? jadi sekarang mending kita siapkan hati kamu dulu untuk pertemuan besok." itu bibi ku yang menasehatiku, nama beliau neng Zahra. beliau adalh adik bungsu ibuku. usianya terpaut 15 tahun dengan ku. "iya sih neng tapi ntar gimana orangnya kalok ternyata jelek?" tangisku tak lagi sesenggukan, hanya ngerengek biasa tanpa air mata lagi. "eh dodol kamu mikir rupa dia? kamu ngaca dulu deh, emang kamu cantik apa? Aduuuh Hima, sekarang bukan liat tampangnya, tapi liat sakunya, tebal uang apa nggak tu cowok. cakep tapi miskin buat apa? tap meskipun muka pas pasan asal dia kaya, bisa di rombak tu muka hahahahahahah" neng Zara malah tertawa. entah apa yang lucu, akhirnya aku pasrah saja.

Ke esokkan Hari pun telah tiba, orang yang di tunggu telah datang, mereka berdua, Lhooo? ada ya orang melamar hanya berdua? ah ,masa bodoh ah. "Hima, sini ndok," Ayah memanggilku, aku mendekati Ayah, menyalami tamu yang dua orang itu. seorang pemuda sedikit manis, berperawakan kurus, namun rahangnya terlihat tegas membentuk kantur wajahnya, memberikan kesan bahwa dia seorang yang tegas namun juga lembut, tak lemah, karena tak ada ketegasan itu lemah. Dia menatap ku dengan intens, entah apa yang ada di pikirannya, aku berusaha memberikan kesan yang terbaik, agar ayahku tak merasa malu, bukan karena aku ingin menarik perhatian pemuda itu, setelah aku bersalaman, aku kembali duduk di samping ayah dan ibu. pemuda itu masih menatapku dengan senyuman. duuuuuuh jengah juga aku di tatap olehnya.

"Hima, ini Mas Alfa, putranya pakdhe Hanan, kamu ingat nggak? sodara ayah yang di joyokarto?" Aku menggeleng, sudah hampir 10 tahun ayah tak lagi mengajak aku pergi kerumah sanak familinya untuk bersilah turahmi, jika hari raya ayah hanya mengajak ke rumah keluarga inti saja, dan sekarang meminta ku mengingat saudara ayah yang lain, jelas aku tak ingat. "ndok, MAs Alfa kesini ini mau meminta kamu untuk jadi pendampingnya, apa kamu bersedia ndok?" Ayah sedikit mendesakku dari kedipan matanya. "ehmmmmm Nom, biar adek berpikir dulu, saya rasa kami pun perlu pendekatan untuk saling mengenal, kalok tiba tiba saya memeksa adek Hima menerima saya, saya merasa itu tak adil untuknya Nom, jadi saya akan memberikan waktu untu adek Hima memikirkan hubungan ini sampai selesai hari raya, selama itu, saya ingin adek terbuka dan memberi saya kesempatan untuk kita saling menegenal dek istilah adek saya Ta'arufan, gimana?" Alfa memberi rentang waktu pada ku untuk berpikir, dan waktu itu begitu cukup untuk aku memikirkan dan menata hati ku, aku merasa Mas Alfa tak terlalu buruk mengenai perasaan, dia begitu memahami perasaan ku. "Gimana Hima?" Ayah mendesakku kembali. "iya baik Ayah Mas Alfa, saya bersedia ta'arufan." aku memberi keputusan sementara, apa salahnya mencoba berhubungan dengannya, siapa tau dia memang benar benar laki laki yang baik hati yang ..... aaaah maklum aku tak terlalu menngerti istilah islamiyah karena memang aku bukan anak pondokan, jujur saja aku tak tau apa itu .... apa tadi? Ta'aruf? ya aku tak mengerti ta'aruf. aku mengkap dari gaya bicaranya, sepertinya Mas Alfa di didik dengan ilmu agama yang ketat bahkan mungkin dia adalah seorang santri mungkin? who know?. setelah mengpbrol ringan paman Mas Alfa dan Ayah ku, mereka berpamitan, Mas Alfa menyalamiku, mengenggam erat tanganku, menyelipkan sesuatu di tanganku, aku mencium punggung tangannya, setelah melepaskan tanganku Mas Alfa menatapku "apakah adek punya Hp?" aku menggeleng, "hemmmm baiklah, pegang ini, nanti aku hubungi ke sini ya? ini Hp ku." Aku terkejut saat Mas Alfa memberiku sebuah Hp yang saat itu merupakan benda mahal. Astaghfirullah, sepertinya Mas Alfa sudah mulai menggencarkan serangannya untuk menaklukkan hatiku."nggak usah Mas, aku gak bisa nerima Hp ini, aku ngga..." , "nggak usah nolak, apapun keputusanmu nanti setelah hari raya, kamu tetap pemilik Hp ini dek" potongan mas Alfa di kalimatku membuat aku terdiam menatapnya bingung.

'hemmmmmm stalkermu lumayan tinggi juga Mas' Batinku. akhirnya dengan terpaksa aku menerima pemberiannya itu.

setelah para tamu itu pulang aku mencoba membuka Hp yang di berikan mas Alfa pada ku sambil berpikir, kok dia baik banget sich, belum juga lamarannya di terima udah main kasih barang berharga aja. kok kayaknya dia penyayang banget ya? udah berapa mantannya ya? pikiranku mngelana jauh, saat aku membuka kontak aku hanya menemukan 3 nomor yang tersimpan, ummi, Ifnur dan podok adek. eeeh, kok cuma segini doang kontaknya? ini adeknya di pondok cewek apa cowok ya? aku mulai penasaran, tapi aku tak berani berbuat apa apa pada hape ini selain aku belajar mengoprasikannya.

Malam pun tiba, saat aku selesai sholat isyak aku kembali bermain dengan Hp pemberian Mas Alfa. Sebuah sms masuk, aku membukanya

"haii, aku Alfa, ini nomerku, simpan ya? taukan cara nyimpannya?" aku tersenyum membaca pesan itu. " iya bisa, makasih ya hpnya, Oh ya Mas pakek punya siapa?" aku membalas "aku pakek punya ummi, tenang aja, nomer ummi tersimpan di situ kan? nanti kalok menghubungi ku hubungi ummi aja dulu nanti aku ganti kartunay. sekarang udah malem tidur sana gih" dia mengingatkanku untuk istirahat. "makasih" aku jawab singkat, karena saat ini sms sangat mahal gak ada bonus sama sekali.

aku mulai memejamkan mata ku. dan terbawa ke alam mimpi, yang membuat aku akhirnya memiliki keputusan untuk menerima Mas Alfa. tapi aku akan menunggu hingg lamarannya yang kedua. aku akan menunggu dia kembali bertanya padaku apakah aku bersedia menjadi pendampingnya nanti. maka disaat itu aku akan menjawab iya.

**************

Aku telah mengatakan keinginanku pada kedua orang tua ku jika aku akan menyanggupi permintaan mereka untuk aku menyusul kakak ku Khalil, menikah. dan aku juga bersedia untuk melihat wanita yang mereka jodohkan dengan ku. Siang ini aku berada dirumahnya, dia baru saja sampai di rumah dari sekolahnya. Hemmmmmm masih anak anak rupanya, bahkan lebih muda usianya dari adekku Khalilah, yang itu aja manja, apa lagi yang ini ya? apa gak lebih parah dari si Lila ini ntar? aaah udah deh liat nanti aja. Aku menatap ke arah cewek itu, hemmm lumayan kalem dari pada si Lila yang blingsatan, cewek ini lumayan anggun saat menemui tamunya, nggak seperti si Lila, hehehehehehe aku memang membandingkan wanita itu selalu dengan Lila dan ibu ku, karena aku tak mau kelak istriku seperti si Lila yang manja, urakan dan (ya benar yang dikatakan oleh para lelaki di sekitarnya) gak ada manis manisnya jadi cewek. Adek ku itu tomboy parah, rambut doang panjang, kelakuan udah mirip aku sama adek ku yang kakaknya Lila, si Ifnur. hemmm balek ke cewek di depan ku. Dari segi wajah dia gak terlalu jelek sich masih buluk soalnya kan masih sekolah juga, sekolahnya ke kota pula, dan sepertinya ni bocah nggak pernah perawatan sepertinya, sebelas dua belas kayaknya ni sama si Lila, tapi mungkin kalok di poles dikit pasti bagus ni. saat aku menyampaikan keingananku untuk berta'aruf dengannya dia terlihat tenang, nggak sehisteris Lila, yang langsung nangis kejer dari pondok sampek ke acara pertunangan dia masih aja berontak, ( aku yakin si Nuris pasti ngomong aneh aneh tu sama si Rahardia pas di pantai biar dia bisa batalin pertunangannya). hemmm 85 lah untuk penilaian ku saat ini padanya. ok jujur aku suka, aku ingin menaklukkan hatinya, karena itu aku merelakan Hp untuknya, biar aku bisa ngelobi dia sampai hari raya. dari pada aku mendengar keputusan dia yang menolakku mentah mentah mending aku berjuang dari sekarang untuk meruntuhkan hatinya dan membuat dia terpesona olehku lalu jatuh cinta pada ku. senyum licik ku muncul dalam bayanganku, aku tak memperlihatkannya untuk memberi kesan bahwa aku adalah laki laki yang shaleh, bertakwa dan memiliki akhlak yang baik. hahahahahahaha.

ok guys perjuangan di mulai.