Nuris menyerahkan pesanan ke kak Zaitun di koperasi barat, lalu kembali ke kamarnya. "Ris kamu gak bantu kakak nyiapin buka?" Kak Zaitun menahan Nuris. "Eh kak, kalok di sini aku malu, kalok di samping gang J ayo dah nanti aku bantu sampe selesai." Nuris beralasan. 'Aku takut ketahuan B*g*' nya aku kalok nanti aku masih disini.' Batin Nuris. Akhirnya kak Zaitun pun mengikuti kemauan Nuris, mereka segera membawa bahan bahan itu ke kamar mereka. dan mengolah di belakang gang J.
beberapa santri menolong mereka memasak. "Ris, tolong ngala'agih todik e lemari perlengkapan Ris (Ris, tolong ambilkan pisau {dalam bahasa madura pamekasan todik berarti pisau} di lemari perlengkapan)" Kak merisa meminta tolong. Nuris kembali bingung dengan istilah 'Todik'. namun rasa gengsinya besar, hingga dia tak mau bertanya lebih lanjut, akhirnya dengan kebingungan Nuris mencari benda yang bernama Todik itu, clingak clinguk di dalam lemari perlengkapa. puas mencari, tak mendapat yang di pikirkan Nuris kembali ke tempat memasak, "Gak ada Kak." Merisa merengut. mengingat tadi dia memakai pisau dan merasa sudah mengembalikan ke tempatnya. Akhirnya Kak merisa kesal, mengambil sendiri pisau itu, "Ariyah apa Ris? mak pas tak paddheng jek bedeh e gir ade' kadibik (ini apa Ris? kok pas bisa gak kelihatan kamu?, orang ini ada di depan sendiri)" Merisa mengarahkan pisau itu ke arah Nuris, Nuris pun langsung tertawa. "Hahahahahahahaha budduh lah budduh yeh Kak? dukaleh engkok, gik buruh tenggeng, satiyah todik, aduuuuuuhhh, perrenah takok se atanya'ah hahahahahaha (b*g*' dah b*g*' aja ya kak? udah dua kali aku gini, tadi tenggeng, sekarang todik, aduuuuuuh, gara gara takut yang mau nanya)" Nuris mentertawakan dirinya sendiri. Kak Zaitun pun paham dengan maksud Nuris,"Jadi kamu tadi 2 kali salah paham tentang istilah madura Ris? duuuh Nuris. kamu tu sebenernya anak mana sih Ris?" Kak Zaitun pun berdecak heran. "Naaah yang gini nih. makanya aku males mau nanya. aku kan emang bukan anak madura Asli? aku anak jawa lho ya?" Nuris membela diri. "Tadi aq juga gontok gontokan dulu sama pak shaleh kak, ya habis, aku pikir tenggeng itu apa, lha pak shaleh dapetnya singkong, aq protes lah" Nuris bercerita, Kak Zaitun pun tertawa dan sekaligus heran pada Nuris.
Nuris hanya manyun di tertawakan oleh teman temannya.
setelah selesai, memasak mereka membersihakan tempat dan barang sisa serta sampah yang telah mereka pakai dari tadi, dan mempersiapkan hidangan yang sudah mereka masak untuk berbuka bersama.
setelah selesai mandi Nuris, kak Zaitun dan kawan kawannya pun bersiap untuk segera menanti buka puasa tiba.
"Allahu akbar Allahu Akbar" suara Adzan maghrib berkumandang.
"Alhamdulillah, Allahumma laka shumtu, wabika Amantu, wa Ala rizkika Afthortu, birohmatika Ya Arhamarohimiin"
Nuris segera membatalkan puasanya dengan berbuka.
dan selesai makan para santri segera bersiap sholat maghrib dan bergegas ke Masjid untuk melaksanakan tarawih berjama'ah.
💙💙💙💙💙💙💙💙💙
Tak terasa liburan telah tiba, Nuris di jemput Abi ba'da dhuhur. Dengan berat hati Nuris melangkahkan kaki keluar dari gerbang pondok, menghampiri abi yang sudah lama menunggunya untuk pulang.
"Assalamualaikum," Nuris meraih tangan abinya untuk bersalaman dan mencium tangan beliau. "waalaikum salam, sudah selesai, ayo dah berangkat, takut kena maghrib di jalan." jawab abi Nuris.
Nuris dengan lesu melangkah masuk kedalam mobil.
selama perjalanan dari pondok sampai rumah, Nuris hanya tidur. Abi tau Nuris masih kesal atas perjodohan yang telah di sepakati, dan Ramadhan tahun ini, Nuris memiliki acara adat di madura, yakni 'Ater bukah' dimana pihak perempuan mengirimi pihak laki laki yang notabene adalah tunangannya dengan makanan khas yang di masak husus atau di beli husus sebagai tanda kedekatan keluarga kedua pihak, dan sebagai tanda bahwa si wanita siap menjadi istri yang bisa mengayomi suaminya. Nuris mengingat semua pesan dari tiga orang yang memberi peringatan pada Nuris, tapi Nuris tak bisa menypaikan kepada abi dan ummi. jadi Nuris pun membiarkan semua hal yang terjadi padanya mengalir begitu saja.
Lima hari liburan terlewati, kini saatnya Nuris harus ke Madura untuk melakukan adat. "Kalok umpamanya gak usah 'ater bukah' kenapa sih Mih? emang bisa batal apa nikahnya?" Nuris sewot. "Ya jangan dong sayang ini kan dah adat, dan di sana (pihak laki laki) itu masih teguh memegang adat. jadi kita harus menghormati mereka Ndok." Ummi menjelaskan dengan sabar, karena beliau tau. Nuris sedang dongkol. Nuris kempos. sadar dirinya takkan bisa berontak akhirnya dia berangakat ke madura dengan di antarkan oleh kak Ifnur.
sampai di Madura Nuris melihat kak Khalili, "Lila, nyampek juga kamu ke sini dek" Khalili mengusap kepala adeknya, Nuris menyalami neneknya, dan kakak pertamanya itu.
"aku mau cerita sesuatu deh ma kak LiLi, aku di pondok ya...." belum memulai cerita, Nuris sudah di panggil oleh adik perempuan abi, nyah Shofi, begitu Nuris memanggilnya. "Lila, ayo berangkat Bing [1]. biar gak kesorean." Nuris kempos, "gak bisa besok aja gitu nyah? aq kan baru juga nyampek. ya Allah, lumajang sumenep itu jauh lho nyah. dikira aq gak capek apa? ntar nyampek di sana aq kudu rajin beberes juga di sana, ogah, aq mau besok aja kesnanya. belum lagi nanti malah di suruh nginep disana, nyanyah gak bakal ngelarang aku buat nginep, yang ada malah nyuruh pastinya kan?" Nuris mulai merasa tertekan, dan hampir menangis. "Kamu pengen cepet selesai nggak?" bujuk nyah Shafi. Nuris menghentakkan kaki, dan segera bersiap untuk segera menuju rumah tunangannya. dengan bibir monyongnya Nuris mengikuti tantenya itu. sampai di rumah Hardi Nuris berusaha memasang senyum ikhlas, tapi yang tampil malah senyum kelelahan. ibu salma sangat menyayangi calon menantunya itu. seperti mengerti bahwa Nuris kelelahan, beliau kembali masuk kedalam kamar untuk menyiapkan tempat tidur Nuris.
Nuris bingung dengan sifat Camernya. "Nyah, mik edinah engkok? (nyah, kok aku ditinggal?) apa aku ada salah di tingkah ku ya nyah? kok Camer gitu?" Nuris bisik bisik pada bibinya itu.
"Nanti kamu bakal di suruh nginep Lila, jadi Camermu lagi nyiapin tempat buat kamu tidur nanti malem." jelas sang bibi membuat Nuris manyun.
"Nak, kapan nyampek madura?" Tiba tiba ibu Salmah keluar dari kamarnya. "eeengngng, barusan bu. trs langsung kemari, soalnya di tunggu sama nyanyah shafia" Nuris berusaha ramah, malah dapet cubitan dari nyanyah. "Aauuuu, nyanyah sakit" Nuris berseru. sambil mengusap bekas cubitan bibinya. "Ini lho mbak, Lila minta anter buat nganterin ta'jil buat buka nanti, Lila kan memang masih anak anak mbak, jadi dia gak bisa masak, akhirnya ya dia hanya bisa nyiapin ini aja mbak. Maaf ya mbak? calon mantu Mbak, masih butuh banyak belajar." Nyah shafia menyerahkan hantaran kepada ibu salmah. "Ya Allah dek, bing, kok pit repot, bing Lila ingat sama calonnya aja sudah bagus lho dek, lha ini sampek nganterin makanan segala, ya sudah ini saya terima ya bing?" Ibu salmah menerina hantaran itu, Nuris hanya melongo. 'iiiiisssh rusak bener nama baik gue kenapa juga Nyanyah bilang aku gak bisa masak sih? iiisshh, nyebelin banget' Nuris menggerutu dalam hati.
"bing Lila, nanti kamu nginep disini ya? kamar mu sudah di siapin itu yang di sebelah sana," ibu salamah menunjukkan sebuah kamar yang tadi sudah beliau siapkan. "tapi kalok kamu gak mau di kamar itu kamu bisa tidur sama Inah, dan Ainis." lanjut ibu Salma.
Nuris segera menggelang, "nggak bu, saya gak nginap, soalnya saya ada janji sama kak Lili mau... aauuu" Lila mendapat cubitan lagi dari bibinya. "Lila nginep kok mbak." Nyah shafi menjawab. di balas dengan senyum dan anggukan oleh ibu salma. "iiiihhh nyanyah, apaan sih nyah? aku kan belum jadi istrinya kak hardi, gak boleh tau, nginep nginep di rumah cowok" Nuris berdalih.
Nyah shafi membulatkan netranya untuk menakuti Nuris, tapi malah di balas dengan mata Nuris yang di pelototkan juga ke arah bibinya itu. maklum usia mereka hanya terpaut 15 tahun, masih terlalu dekat untuk di jadikan keponakan dan bibi. jadilah mereka seperti teman. Akhirnya Nuris terpaksa menginap di rumah calon suaminya itu. dengan perasaan dongkol Nuris menyalami nyah Shafia saat akan kembali pulang.
setelah nyah shafi pergi Nuris segera masuk kedalam kamar yang di siapkan untuknya. meletakkan tubuhnya di kasur yang berada di lantai, sejenak Nuris terlelap, tanpa ada yang mengganggu, bahkan saat Hardi masuk untuk mengambil baju ganti pun Nuris tak bergeming dari tidurny, dengkuran halus terdengar dari Nuris yang terlihat sangat kelelahan, Hardi yamg melihat itu geleng geleng kepala. "Ni anak kebo apa anak orang sih?, cewek kok tidurnya ngorok gitu." Hardi keluar tanpa memberi perhatian lebih lavi pada Nuris, seperti tampak rasa tidak suka padanya karena kamarnya di pakek Nuris. Hardi keluar dengan sedikit menutup pintu agak keras.
Ibu salma melihat hal itu, dan menunjukkan rasa tidak sukanya atas tindakan hardi.
"Suka atau tidak, di dalam itu adalah calon istrimu, hormati dia, berikan dia perhatianmu agar dia bisa menerima kamu jadi suaminya." ibu salma memberikan peringatan pada putra bungsunya.
"ciiiiiiiihhh, Siapa juga yang mau nikah sama anak kecil gitu. udah gitu dia kayak cewek jadi jadian juga" gerutu Hardi yang di dengar oleh ibu salma, "Jaga ucapanmu Hardi" tegur ibu salma.
Hardi melengos dan segera menyelesaikan keperluannya.