Subuh, Aku terbangun, dan segera mandi untuk melaksanakan shalat subuh, aku dengar dari dalam kamar ku, suara yang sedikit riuh, suara saling menyapa, menanyakan kabar, dan entahlah apa lagi, aku pun keluar dari kamar yang memang berada di depan ruang tamu. tanpa mempedulikan dan tanpa di pedulikan aku pergi kekamar mandi dan melakukan kegiatan subuh ku.
selesai shalat subuh, aku mendengar suara itu berubah jadi obrolan ringan, aku masih cuwek. aku pun masuk kekamar ku, di dalam kamar ku bibi ku, adik abi sudah siap mendandaniku. "Nyah, ngapain di kamar ku? aku mau ganti baju ini." tanyaku aneh. "kamu mau pakek baju mana ndok?" tanya beliau. aku ambil sembarang baju, netra bibiku membulat sempurna, "Kamu mau malu maluin abi sama ummi kamu?"
"lha? emang ada yang salah ma bajunya?" aku bolak balik baju ku, baju itu baju yang udah sedikit lama, karena baju itu adalah baju awal kali aku masuk ke pondok, baju 4 tahun yang lalu, tapi masih bagus kok, aneh aja bibi ku malah memprotes pilihan ku Lalu beliau mengambil baju yang di belikan ummi lebaran kemaren, baju itu lebih mirip saree wanita india yang di pakai dengan celana. aku kempos, "Ya Allah nyanyah, cuma nemuin tamu ini, kenapa harus pakek itu sih, gak mau ah panas." protes ku. selain kainnya tebal baju itu juga sedikit berat karena terlalu banyak payet dan munte (apa sih bahasa indonesianya? autor gak tau 😁😁😁).
Lama aku dan bibiku berdebat dalam bisikan. hingga akhirnya aku mengalah, (terang saja aku kalah, orang di ancam, anak muda gak boleh melawan orang tua).
aku memakai baju itu dengan berat hati dan berat di badan juga. fuuuuuuuuuuhhhh, aku membuang napas berat. dan setelah selesai memakai baju, bibiku tiba tiba mau memgoles sesuatu pada wajahku. "Apaan itu nyah?" Aku menghindar. "ya kamu dandan dong ndok. biar cantik" bibiku hendak mendandani aku. terang kali ini aku melawan, wajah polosku ternoda oleh bermacam macam alat make up bibiku ini.
"
"nyanyah, mau aku ngikut acara ini apa nggak?" ancamku dengan sedikit nada menekan. "Kamu kok ngancam sich Lila?" bibi ku kempos " Biarin, aku udah capek nurutin permainan kalian para orang tua. enak aja mau jodoh jodohin sembarangan. udah kayak takut gak laku aja anaknya, padahal aku punya cita cita dan masa depan ku masih panjang tau gak nyah, yang beginian malah bikin masa depanku jadi buram aja" omelan ku di dengarkan oleh bibiku dengan sabar. "tok tok tok, Lila, ayo keluar nak, Acaranya udah mulai nih, " suara pamanku, "2 jam lagi nom." jawab ku asal. Bibiku membekap mulutku. "Kamu ni yah, udah pakek jilbab sana, ayo keluar".
aku memakai jilbab seperti biasa, bibiku hendak protes, tapi aku lebih dulu mengultimatum "Mau aku keluar apa mau aku tidur aja di sini?" ancamku. Bibi ku kempos sambil geleng heleng kepala.
Lalu dengan sedikit slengean aku keluar, tepat di depan kamarku, adalah para tamu laki laki yang tentu saja pas di depan pintu menghadap ke pintu kamar ku adalah si .... siapa ya namanya? aku lupa?. aaah cuek aja. aku segera menyalami semua para tetua dari pihak laki laki.
saat sampai padanya. aku ragu, mau bersalaman bukan mahrom, tapi bibi yang di sebelahku mencubit pinggangku, aku meringis b*g*' di depan cowok itu. lalu, aku hanya menyentuh ujung jari dari tu cowok, dan segera berlalu. Selesai bersalaman dengan pihak cowok ganti ke pihak cewek.
untung aja mereka gak bawa banyak orang hanya ada sekitar 8 sampai 10 orang saja.
lalu Wanita paruh baya yang aku tau bermama ibu salma mengeluarkan sesuatu dari dalam tas tangan beliau, ternyata sebuah cincin, lalu beliau memanggil putranya "Hardi, kemari nak." yang di panggil nongol. "pakaikan ini pada adekmu nak" perintah ibu salmah halus. "emmmmm maaf bu, gak usah kak Hardi yang pakein, ibu aja yang makaikan" aku melihat ke engganan di mata Hardi untuk memakaikan cincin itu pada ku, "kami kan bukan mahram bu, maaf gak boleh bersentuhan" Aku beralasan, padahal aku sebal dengan wajah enggan dia, haiiiisss dikiranya aku mau juga apa sama dia? aku ogah kali mau ngikutin acara jaman siti nurbuaya ini, eh siti nur baya.
setelah selesai, Aku mengung diri dikamar. seharian aku tidur, bangun hanya untuk shalat.
sungguh, aku ingin segera kembali kepondok.
"Lila, kamu pergilah kerumah mbak nina ndok, minta dia menjahit kain yang di serahkan Hardi padamu, biar mereka merasa di hargai." aku pun menuruti kemauan ummi ku. gak bakal selesai semalem juga pikirku saat ini. ke esokan harinya baju itu sudah ada di meja belajar dalam kamarku. "lhaaaa? kok selesai sih? semalam lho. duuuuh males banget aku makek ini." mau tak mau aku memakai baju itu. setelah memakai jilbab yang jadi pasangan baju itu pun aku segera keluar kamar untuk segera kembali kepondok.
tapi ternyata masih harus mampir kerumahnya saudara abi yang ada di utara pondok, yaaah bibi jamilah, wanita yang selalu menjaga ku selama di pondok. sudah seperti putrinya sendiri. kesempatan ini akau gunakan untuk bertanya pada tunangan ku yang katanya tampan itu.
aku harus memastikan kalok dia gak ada rasa sama aku. jadi aku bisa bebas dengan alasan dia tak suka pada ku.
"Kak, aku tau rumah kakak dekat laut. tapi gaknslah dong maen ke pantai sini." aku sok akrab mengajak dia.
hemmmm dia pun langsung mengiyakan.
"Kak aku mau tanya. kita kan dijodohkan ya? aku pengen tau aja pendapat kakak tentang aku." aku memulai pembicaraan. meski akau tak pernah pacaran aku masih gak bodoh bodoh banget untuk ngomong sama cowok.
"Kita kan gak kenal? jadi ya kita kenalan aja dulu wes." jawabnya. hemmmm kayaknya dia mau menuruti perintah ortunya nih. aku membakikkan badanku memghadap ke arahnya kutatal wajahnha 'aah biasa aja, gak ganteng ganteng amat, hanya menang putih doang' pikiranku mulai menilai fisik tunanganku. "Kak, perlu kakak tau, aku ni anaknya slengean. gak pernah pacara, gak pernah tau kayak apa cinta, jadi aku harap Kakak gak akan mainin hati aku, karena kakak udah berniat melanjutkan perjodohan ini, aku juga mau gak mau harus ngikutin kemauan kakak, karena kakak adalah kepercayaan ortu ku. tapi aku harus jujur sama kakak, aku gak suka dengan perjodohan ini, kalok kakak juga gak suka, aku harap kakak bisa cari cara buat batalin perjodohan ini." Kalimatku sedikit mengancam, aku menatap manik netra kak Rahardi aku berusaha mencari kepastian untuk dia menolak perjodohan ini.
"Kamu gak suka sama aku kenapa?" pertanyaan itu menyentak hati ku . "Aku bukan gak suka kakak. aku gak suka perjodohan. aku pengennya tu Alami, bukan di paksain, emang kakak mau, di jodohin sama cewek kayak aku? kakak kan gak tau aku aslinya giman?".
"Aku hanya menghormati para orangtua kita, dan menyambung silahturahmi keluarga itu aja. masalah perasaan aku rasa kita bisa memulai daribsekarang, bukannya kamu orang jawa yang memiliki semboyan "Witing trisno jalaran soko kulino" ya?" Kak Hardi meyakinkannaku.
"Kakak yakin mau nerusin ini? intinya aku gak mau di awal aku ngerasa cinta dan sayang aku tiba tiba harus sakit hati, aku gak mau kayak gitu." aku bergidik ngeri.
"kita coba saja dulu ya?" ajaknya.
enak bener tu mulut bilang coba coba, di kira hubungan perjodohan ini main main kali ya? aaaaaah apes banget hidup ku, tak sesuai rencana masa kecilku dulu.
Abi sama ummi jahat banget sich? aku menatap kelaut. kami terdiam dengan pikiran masing masing.
Kembali kepondok, aku mengikuti kegiatan pondok seperti biasa.sesekali Hardi yang ku ketahui bernama Rahardi putra menelponku ke pondok dengan mengaku sebagai kakak ku. aku pun merasa aku harus belajar membuka hati. yaaaah walaupun gak sekarang.
*******
Lila, dia benar benar bertunangan. tapi aaaaah biarkan saja, apa peduliku? aku bisa dapetin cewek yang lebih cantik dari dia.
"Haiii, boleh aku duduk disini?" seorang cewek tiba tiba membuyarkan lamunanku. Aku menggeser sedikit tempat duduk ku tanda aku menyetujui permintaannya.
"Aku Tari, kamu siapa? dari tim mana?" hemmmmm benar bener cewek jaman sekarang, pada berani ngajak kenalan duluan, beda banget sama si Lila, udah liat makhluk tuhan paling seksi juga dia gak kasih respon mangap dikit gitu. aku sebel jika ingat kejadian di madura, Lila yang membuang muka setelah melihatku.
uuuuuuh, sial, Lila, sampai kapan kamu akan bertahan dengan laki laki yang akan jadi suami mu itu?.
aku masih berharap kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untukku lila, selama janur kuning belum melengkung aku juga berhak mengharapkan kamu kan Lila? "Aku Syam, aku dari timnya Angga." aku menjawab ramah. "Rumah kamu dimana Syam?" Tari menatap ku intes. ni cewek bener bener agresif. "Aku anak jati, deket sini aja kok." Turnament malam ini ada di desaku, jadi aku tak pelu jauh jauh datang ke acara voly ini.
"kamu SMA mana Syam?" "SMATA,"
"oooooh Muridnya pak Slamet ya?". aku tersenyum.
"Kamu punya pacar Syam?" nah lho? makin kepo aja ni anak? hadeeeuuuuhhh gak tau dia aku lagi pusing mikirin cewek. aaaaah si*l. "Gak punya, kenapa? kamu mau daftar?" jawab ku mulai iseng.
aku tak menyangka ke isenganku malah di tanggapi serius. "Serius Syam, kamu belum punya pacar?"
"Di bohongin Syam kamu mau aja Tari, dia ini Playboy di SMATA. cwek mana yang satu sekolah sama dia belum dia gombalin." sebuah suara membuat kami menoleh, itu siBrengsek Arman yang sudah merebut pacar pertamaku, Humairah. "ah sok tau kamu Arman" Tari memukul pundak Arman, "Lho iya lho, dia play boy."
"Dia playboy pun ya wajar dong Man, dia ganteng, lha kamu?" Tari berargument.
sepertinya Tari benar benar jatuh hati padaku.
"Sudahlah, bertengkar tentang aku apa ad gunanya buat kalian, emang masalah buat kamu Man, kalok aku playboy?" Aku sok gentle membela Tari,yang kulihat tersenyum di kulum.
mungkin dia mengira aku sudah terpesona olehnya.
tak mendapat respon dari Arman, aku memeluk Tari "Dan emang masalah juga buat kamu kalo aku merayu Tari dan menjadikan dia pacarku?" Tari menatapku, aku mengajak Tari keluar dari barisan penonton.
Tari mengikuti tarikan tanganku. dan aku membawanya ke area belakang penonton. "Sorry Tari, kamu jadi harus dengar omongan gak enak tentang aku" aku basa basi.
"gak papa kok Syam. tapi masalah pacar apa kamu serius Syam?" aku sudah yakin dia pasti berharap,
"Tari kamu perlu tahu, Aku pacaran itu gak pernah serius hanya untuk senang senang saja, masa muda yang perlu banyak kesenanagan, bukankah kita memang masa mencari kesenangan Tari" Aku menatap matanya.
"Syam, aku gak masalah meskipun kamu gak serius. asal kamu mau jadi pacar aku, aku gak masalah kamu mau ngapain aja sama aku" Aku mengerutkan kening, maksudnya apani? lalu tiba tiba Tari berjinjit dan mencium bibirku. Aku diam, sesaat Tari melepaskan ciumannya, seakan melihat reaksiku, aku tenang seperti biasanya, Tari kembali berjinjit bahkan kali ini dia merangkulkan tangannya di pundakku, kembali mengulum bibirku. aku masih diam tak meresponnya.
"Kamu kok gak bales sih Syam?" Tari memprotes "Aku gak bisa ciuman" aku jujur.
Tari tersedak, "Play boy gak bisa ciuman, apa kata dunia?, ternyata kamu bukan playboy sejati Syam".
Tari tertawa. "Tapi gak papa, aku yang akan mengajarimu selanjutnya."
malam semakin larut Angga, bahtiar dam teman teman setimku semua mengajak pulang, "Tari aku pulang dulu".
pamitku padanya, dia mengangguk matanya sayu menatapku seakan menunggu sesuatu untuk ku lakukan, tapi aku tak menghiraukannya.
aku pun segera kembali ke rumah ku.
membersihkan diri sebelum akhirnya tertidur pulas.
"Aaah Lila, taukah kau Lila, demi bisa melupakan dirimu aku mengikuti berbagai macam kegiatan, tapi kenapa namamu muncul dikala aku ingin tidur tenang?".
Ya Allah, kenapa tak Engkau jodohkan kami ya Rabb.
Engkau pemilik hati pasti mengetahui luka di hati hamba ya Allah. Aku meratap hingga akhirnya aku tertidur kelelahan jiwa dan raga.