Chereads / Emross Empire : War And Order / Chapter 36 - 36. Apakah Ini Yang Dinamakan Cinta?

Chapter 36 - 36. Apakah Ini Yang Dinamakan Cinta?

Beberapa saat kemudian, dari dalam rumah datanglah seorang gadis cantik membawa sebuah nampan dengan 2 gelas kopi diatasnya. "Kopi susu, Tuan.." Dengan suara yang lembut, gadis tersebut menyuguhkan kopi yang ia bawa kepada Shiro.

******************************************

NPC status : Teacher

Name : Ana

Sex : Female

Age : 16

Level : (S)7

XP : 1.204/10.000

Power : 7.000 CP

HP : 4.500

MP : 700

ATK : 800

DEF : 1.000

STA : 71/100

Speed : 7 Meter/Second

Recovery :

-HP : 7/Minute

-MP : 7/Minute

-STA : 12/Hour

Skill :

-Teaching

-Cooking

Accessories : -{Level3} Sapphire : +MP 30%

Note : Ana adalah cucu perempuan dari Turi. Karena kedua orang tuanya telah meninggal saat pergi mengambil persedian di hutan, dia pun hidup berdua dengan kakeknya. Ana merupakan seorang guru yang mengajar anak-anak yang tinggal di desa Bae, selain itu Ana juga terkenal sebagai seorang gadis yang ahli dalam bidang memasak.

******************************************

Nama dari gadis cantik berambut cokelat panjang itu adalah Ana, cucu perempuan dari Turi. Dengan gaya rambut kepang yang disematkan ke depan menutupi sedikit bagian payudaranya yang terlihat sangat bulat dan terlihat hampir muntah dari gaunnya, membuat penampilan Ana terlihat sangat menggoda. Walaupun Ana mengenakan gaun yang sangat sederhana, akan tetapi kecantikan Ana masih terpancar jelas dari seluruh lekuk tubuhnya. Ana merupakan bunga desa yang menjadi pujaan dari para pria di desa Bae. Wajahnya yang sangat cantik dan sifatnya yang sangat baik membuat para warga selalu memujinya dimanapun dia berada.

Shiro yang merupakan seorang perjaka yang tidak pernah melihat payudara gadis sepanjang hidupnya terlihat tertegun menatap payudara Ana yang sangat menggoda.

Sosok Ana memang terbilang sangat cantik untuk ukuran seorang gadis desa sepertinya. Itulah sebabnya Ana seringkali digoda oleh para prajurit kerajaan yang menjaga desa Bae.

"Walaupun aku sudah beberapa kali melihat wanita ini, akan tetapi jika dilihat dari jarak sedekat ini... Tidak salah lagi.. Dia adalah seorang bidadari!!" teriak Shiro dalam hati.

Karena merasa kesulitan untuk mengontrol dirinya, Shiro membuang wajahnya dan berhenti menatap payudara Ana. Dia sedikit menggelengkan kepalanya beberapa kali dan masih memasang raut wajah datar. "Apa aku sudah bodoh!! Dia hanyalah seorang NPC!!" teriak Shiro di dalam hati mencoba untuk menenangkan dirinya.

"Kalau begitu saya minta izin masuk ke dalam dulu.." kata Ana yang mencoba untuk berdiri dengan sangat elegan.

Melihat Shiro yang terlihat terpesona oleh kecantikan Ana, Turi pun menyuruh Ana untuk tetap duduk bersama mereka. "Ana, duduklah di samping tuan Senshi." kata Turi kepada Ana. "Dia adalah cucu saya, Tuan. Kedua orang tuanya telah meninggal saat pergi mengambil persedian di hutan beberapa tahun yang lalu. Selama anda pingsan tadi, dia terus merawat anda dengan penuh kesabaran. Dia adalah gadis yang sabar dan cerdas, dia juga sangat ahli dalam bidang memasak."

Pria tua itu terus mengoceh, Ana terlihat mendengarkan perkataan kakeknya dengan seksama, sedangkan Shiro dengan perlahan meminum kopi panas yang ada dihadapannya.

"Kalau anda tidak keberatan.. Apakah anda bisa menjadikan cucu saya ini sebagai istri anda? Dia juga cukup mahir dalam memijat. Saya yakin dia pasti bisa melayani anda dengan sangat baik."

Mendengar perkataan Turi barusan, Shiro terlihat sangat terkejut sehingga membuatnya menyemburkan kopi panas yang ia minum ke samping Turi. "Apa-apaan orang tua ini?!! Menawarkan cucu gadisnya kepada orang yang belum dikenalinya?? Dan apa maksudnya dengan melayaniku dengan baik??!" Karena tawaran Turi yang terdengar berlebihan, Shiro mulai membayangkan hal-hal jorok terhadap tubuh sexy Ana.

"K-Kakek!! Tuan ini adalah seorang Senshi.. M-Mana mungkin dia mau dengan gadis desa sepertiku!" teriak Ana dengan raut wajah yang memerah karena rasa malu.

Tanpa memperdulikan pendapat dari cucunya, Turi pun kembali mencoba untuk menawarkan cucu gadisnya kepada Shiro yang terlihat salah tingkah. "Ah, benar juga.. Kami belum tahu nama anda. Kalau kami boleh tau, siapa nama anda, Tuan?"

"Panggil saja aku Shiro." kata Shiro mencoba untuk menenangkan dirinya dari imajinasi nakalnya tentang tubuh Ana yang terus berputar di benaknya.

"Baiklah, tuan Shiro. Bagaimana..? Apa anda berkenan menerima cucu gadis saya menjadi wanita anda?"

Karena tidak mau terus-terusan terbawa suasana dengan perkataan Turi, Shiro mengambil nafas dalam-dalam dan menghela nafas.

Sejenak Shiro melihat sosok Ana yang sedang duduk manis disampingnya. Ana hanya terdiam dan terlihat gugup dengan wajah yang sedikit menunduk. Saat sedang tersipu malu, wajahnya terlihat sangat imut seperti seorang gadis kecil yang masih polos.

"Ana adalah gadis yang sangat cantik, pasti banyak sekali pria yang menyukainya. Aku sangat senang kau mau mempercayakan cucumu kepadaku. Tapi maaf.. Umurku baru 17 tahun, dan aku belum mempunyai rencana untuk menikah." jawab Shiro dengan cukup tenang.

Mendengar pujian dari Shiro, Ana terlihat semakin tersipu malu dan semakin menundukkan wajahnya. Sedangkan Turi masih belum menyerah dan kembali mencoba untuk merayu Shiro. "Tapi Ana juga masih berusia 16 tahun. Apa anda tidak ingin menikmatinya di masa-masa manisnya?"

Shiro yang barusaja bisa menenangkan pikirannya pun kembali dibuat berfantasi liar dengan ucapan Turi. "Jangan bercanda orang tua!! Sabar juga ada batasnya!! Jangan salahkan aku jika aku tiba-tiba menyerang cucumu! Beneran.. Apa-apaan orang tua ini?!!" teriak Shiro di dalam hati sambil membayangkan mencabik-cabik baju Ana.

Karena terus-terusan dibujuk oleh Turi, Shiro pun terlihat semakin kesal dan ingin sekali pergi meninggalkan mereka berdua. Akan tetapi sebuah teriakan yang terdengar dari gerbang desa membuyarkan pembicaraan mereka. "Gawat!! Semuanya pergilah sembunyi!!"

"Kepala desa! Gawat!!" terlihat seorang warga yang berlari dengan raut wajah panik.

Melihat pria tersebut yang terlihat sangat panik, Turi bergegas berdiri untuk menanyakan apa yang sedang terjadi. "Ada apa?!"

Sambil menundukkan wajahnya karena kelelahan berlari, pria tersebut berkata, "Ada.. Ada gerombolan Monster yang sedang menuju kesini!"

Shiro menatap mantap kearah gerbang. Walaupun masih belum terlihat sosok dari kawanan Monster yang sedang munuju desa, akan tetapi secara samar-samar ia dapat mendengar suara dengungan yang terdengar sudah tidak asing lagi baginya.

"Monster apa yang sedang kau maksud?" tanya Turi lagi yang juga terlihat ikut panik.

"Giant Aedes.. Dan jumlah mereka sangat banyak sekali!!"

"Giant Aedes? Monster apa itu?" sahut Shiro sambil mengambil sebilah katana untuk dijadikan peralatan utamanya.

"Gawat, Tuan! Kita tidak boleh melawan mereka!" Turi terlihat sangat panik setelah menyadari jika Monster yang akan menyerang mereka adalah Giant Aedes.

"Kenapa?" tanya Shiro penasaran.

"Suruh semua orang untuk bersembunyi di dalam rumah!" kata Turi memberikan perintah kepada pria tadi.

"Makanya... Kenapa kita tidak boleh melawannya, apa mereka Monster kuat??" tanya Shiro lagi yang terlihat kesal karena mereka mengabaikan pertanyaannya tadi.

"Tuan, anda belum benar-benar pulih. Sebaiknya anda beristirahat saja dulu." kata Ana sambil menggandeng lengan Shiro ke dalam rumah.

"Ergh... Itu sama sekali tidak menjawab pertanyaanku!" keluh Shiro dalam hatinya. Dia terlihat sangat kesal karena merasa tidak tahu apa-apa tentang apa yang sedang terjadi.

Next Chapter : 37. Rajul Mustanie