Chapter 18 - Mas jenggot

Pagi hari yang cerah nan indah ini, ketika aku sedang makan sarapan, diruang makan, Nana muncul didepanku.

Mengenakan armor putih dan membawa pedang panjang, dan itu tampilan seperti sebelumnya.

[Apa kau baik-baik saja?](Kakeru )

[Aku baik-baik saja, jangan sok perhatian, dasar mesum](Nana)

Aku melihat dia, lututnya gemetar, dia berusaha untuk terlihat kayak orang normal didepanku.

Itu kegigihan yang luar biasa.

[Begitu. Yah, jangan memaksakan diri dan beristirahatlah. Kalau aku melihat tampilan energikmu, mungkin aku bisa terangsang dan menyerangmu, tapi kau bisa bilang bila kau tak mau, aku bisa menahan nafsu kok](Kakeru)

[T-Terima kasih atas perhatianmu](Nana)

Dia berdiri di belakangku.

Dengan punggungnya tegap membentang, salah satu tangannya menyentuh gagang pedang terlihat seperti pengawal.

[Kau harus duduk juga](Kakeru)

[Tapi](Nana)

[Di mansion ini, kau adalah istriku. Didalam sebuah keluarga istri juga harus makan bersama keluarganya, kan](Kakeru)

Ketika aku menyuruhnya untuk makan bersama, Nana mengatakan "Kalau begitu", jadi yakin dan duduk.

Dia sangat sederhana dan mudah dimengerti. Dan itu bagian dari dirinya yang imut juga.

Nana dan aku makan sarapan.

[Selamat pagi, Tuan Yukki](Delfina)

Kali ini, Delfina datang mengenakan pakaian pedagang yang sama seperti sebelumnya.

[Selamat pagi. Maaf yang kemarin](Kakeru)

[Aku terkejut kemarin saat kau datang menjemputku, Aku tidak berpikir bahwa kau akan menjemputku hanya mengenakan handuk. Aku pikir sesuatu yang mungkin

sudah terjadi](Delfina)

[Karena pada saat itu aku lagi skidipapap sama Nana](Kakeru)

[Setelah itu, dia tahan sampai beberapa ronde?](Delfina)

[Delapan ronde](Kakeru)

Aku menatap Nana. Nana tersipu dan jadi tenang. Hal ini memalukan sehingga dia tidak bisa menjawab, dan hanya diam saja.

[Kau hebat. Kau bisa bertahan sampai sejauh itu](Delfina)

[Kau juga hebat kok](Nana)

[Terima kasih.... Oh ya, aku belum berkenalan. Aku Delfina Homer Lanmari](Delfina)

[Aku Nana Kanou. Delfina...jangan-jangan, kau Delfina yang–––.](Nana)

[Iya, aku yang telah berkerjasama denganmu](Delfina)

[...](Nana)

Nana membuat wajah terkejut dan menatapku.

[Apa yang maksudmu dengan berkerjasama?](Kakeru)

[Tentara pemberontak...ahh, mereka berusaha untuk meminjam uang dariku. Kata mereka, mereka akan mengembalikan 2x lebih banyak dari aku pinjamkan](Delfina)

[Apakah kau meminjamkan mereka uangmu](Kakeru)

[Tidak mungkin](Nana)

Delfina tertawa.

[Pemberontakan, saat ini, memiliki hubungan yang mendalam untuk Nyonya-Helen. Kalau memang begitu, sangat jelas bila Tuan Yukki akan membantu dalam penyelematan dan mereka pasti akan kalah, dan bagiku seperti membuang uang ke dalam parit](Delfina)

[Aku kesal pada saat itu bila kita gagal meminjam uang darimu...tapi kalau sekarang, aku yakin](Nana)

Nana mengatakan itu dan menatapku.

[Kalau kau tahu tentang Aruji, wajar saja kalau kau memutuskan tentang itu](Nana)

[Sebaliknya, untuk Nyonya-Helen.....tidak, aku hanya berpikir tentang bagaimana cara agar mereka memiliki utang kepada Kerajaan Mercouri](Delfina)

Delfina mengatakan itu, dan menatapku mengisyaratkan tentang sesuatu.

[Teruss...Apa yang harus kulakukan](Kakeru)

Aku bertanya langsung.

[Tuan-Yuuki harus memimpin korps...dan tolong tundukkan pemberontakan](Delfina)

Delfina sambil tersenyum seperti bunga sudah mekar (aku tahu kemudian, bahwa itu adalah wajah dia membuat ketika dia yakin sesuatu).

Di pinggiran Euboi.

Aku membawa tiga orang, Nana, Delfina, dan Miu. Memimpin 300 pasukan, aku menghadapi 1500 tentara pemberontak.

Prajurit pemberontak jelas tertekan bahwa aku bisa melihat dari jauh.

[Ternyata, bila aku Menggunakan namamu untuk membuat meraka menyerah, ternyata ada efeknya ya](Kakeru)

Kataku pada Nana yang berada di sebelahku.

[Maaf aku tidak bisa membantu banyak](Nana)

[Itu cukup, bagaimanapun, juga aku berpikir bila hanya untuk menyuruh mereka menyerah menggunakan namamu bagiku itu tidak mungkin juga. Para prajurit itu sebagian besarnya prajurit pribadi dari klan terkuat. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai keluarga mereka di tanah tercinta mereka](Nana)

[Lalu, apakah kau melakukannya hanya untuk membuat mereka tertekan dan menyerah?](Kakeru)

Aku bertanya pada Delfina.

[Ya, begitulah](Delfina)

[Begitu ya, aku paham. Dan, 300 orang ini?](Kakeru)

[Bukan masalah bila mereka sebagai Tentara bayaran yang kusewa](Delfina)

[Kenapa kau melakukannya dengan sengaja. Di Euboi, ada setidaknya 500 prajurit, loh](Kakeru)

[Kalau mereka tentara yang digunakan untuk menundukkan pemberontakan, itu tidak akan jadi sebuah prestasi, dan itu tidak akan jadi utang dengan itu. Aku ingin menundukkan mereka hanya menggunakan kekuatanku saja ](Kakeru)

[Begitu ya](Delfina)

Kalau memang begitu, maka aku yakin.

[Lalu, haruskah aku memusnahkannya?](Nana)

[Apa yang kau pikirkan?](Delfina)

Delfina melihat Nana untuk pendapatnya.

[Bisa kita lihat bila itu bendera Aeros. Kekuatan Aeros adalah kekuatan utamanya adalah prajurit pemberontak, dan bila menghabisi prajurit pemberontak, itu akan membuat Kekuatannya lemah dan bisa dikalahkan dengan mudah](Nana)

[Di bawah bendera itu, adalah bendera Areos ya](Delfina)

[Betul betul betul](Nana)

[Hei, apa yang akan terjadi bila aku membawa kepala jenderal? Apa mereka akan menyerah? Atau tidak banyak berpengaruh?](Kakeru)

Aku tidak tahu pengetahuan umum dari dunia ini jadi aku bertanya. Karena dinegara memiliki sistem " bersatu kita teguh bercerai kita runtuh"itu adalah sistem negaraku maka secara otomatis bila seorang pemimpin mati maka bawahannya tak tau apa yang harus dilakukan.

[Kalau Aeros dikalahkan mereka akan menyerah](Nana)

[Aku paham](Kakeru)

Kemudian, aku akan pergi untuk melawan dan membawa kepala jendral mereka.

[Tuan, teh siap](Miu)

Aku mengambil teh yang Miu buat dan mencicipinya.

[Panas! Anjirrr](Kakeru)

Itu terlalu panas menbuat lidah seakan kebakar.

[Maaf! Karena kita Medan perang, saya jadi gugup](Miu)

[Ahh, tidak apa-apa](Kakeru)

Aku meletakkan teh, dan memegang Eleanor.

[Aku pergi dulu, sayang](Kakeru)

Aku mengatakan itu, meninggalkan istri-istriku yang membuat ekspresi aneh di belakang, dan pergi menggunakan warp.

Aku Teleport tepat di bawah bendera Aeros. Di tengah garis musuh.

"Apa, siapa kau!"

Tentara musuh melihatku dan berteriak padaku tiba-tiba.

Aku melihat sekeliling. Aku melihat seorang pria paruh baya yang mengenakan armor baru dengan jenggot kayak Mak lampir.

[Woy, Kau Aeros ya, lama tak bertemu](Kakeru)

[Iya aku, dan siapa kau, dan kita tak bertemu](Aeros)

[Ohh..ya lupa aku, perkenalkan aku Yuuki Kakeru. Aku biasa disebut pendekar pedang hitam](Kakeru)

[Kau adalah orang yang memperdaya Nana sendirian huh. Sungguh bagus, aku tidak tahu bagaimana kau mampu mencapai sini, tapi kalau kau akan kalahーー](Aeros)

[Jangan terlalu sombong jadi orang, baru ketemu juga dah sombong aja](Kakeru)

Sebuah kilat.

Aku menarik Eleanor, dan memotong kepala Aeros.

Itu begitu tiba-tiba, sehingga orang-orang di sekitar tidak bisa mengejar ketinggalan dengan situasinya. Aku mengambil kepala Aeros, dan menggunakan warp untuk pulang.

[Hallo, sayang aku pulang. Apakah benar yang ini?](Kakeru)

Aku menunjukkan kepala itu pada Nana.

[Iya, tidak diragukan lagi itu Aeros](Nana)

Nana terkejut, dan mengangguk.

[Kalau begitu bagus](Kakeru)

Aku memberi kepala itu pada seorang tentara, dan mengambil teh.

Sebelumnya panas, tapi diminum sekarang.

[Nana. Boleh aku memintamu untuk melakukan sisanya](Kakeru)

[Baiklah, sesuai perintahmu!](Nana)

[Kalau 'gitu, aku akan mengandalkanmu](Kakeru)

Ketika aku mengatakan itu, Nana memimpin 300 orang dan melakukan serangan.

Dia membanjiri lawan yang berada dalam kebingungan besar setelah kekalahan Aeros, aku menyaksikan pemandangannya menginjak-injak mereka, sementara aku mengambil teh yang diminum dan membelai Miu.