Setibanya ditempat dia bekerja selama setahun lebih itu, dia mengenadap-endap dengan mata melirik ke kanan ke kiri. Tidak peduli dengan tatapan karyawan kantor lainnya, yang ia pikirkan adalah menghindari pertemuannya dengan Sahabatnya Lusi, meski Pita sadar kemungkinan tidak bertemu dengan lusi 30%.
"Heiiiii....." Teriak gadis umur 23 itu pada sahabatnya yang mengendap-endap seperti maling
Pita pasrah sekarang, dia pasti akan diwawancarai sampai gendang telinganya pecah. Oke itu terlalu berlebihan, tapi memang benar adanya jika Lusi pasti akan mewawancarainya sampai Lusi berhenti sendiri karena Bosan.
"Kenapa tidak mengangkat ponselmu?? Aku menghubungimu sampai bosan" sorot mata tajam penuh tanya
"Ahhhh... Aku pasti lupa merubah pengaturan nya menjadi dering" jawabnya
"Dimana kamu semalam??"
"Aku!?" Tanya pita bodoh
"Yaaaaa" jawab Lusi sinis
"Akuuuuu.... Bersama ka virza" pita meyakinkan
"Benarkah?? Virza malah bertanya padaku karena kamu sedang tidak dengannya" nadanya mulai kesal
"Ahhhhh begitu ternyata....." Pita mengangguk-anggukan kepalanya "sudahlah Lus, kita harus bekerja sekarang, jangan wawancaraiku sekarang.. kepalaku masih pusing" lanjut pita membuat Lusi memutar bolamata malas lalu menghela napas kasar
"Baik.... Kamu selamat karena kita harus bekerja, tapi Pit aku sungguh belum puas bertanya padamu" Lusi pun pergi meninggalkan Pita
'Aku sudah menduganya, aku gaakan lolos semudah itu dari kamu lus' bicaranya sendiri dalam hati.
*******
Hari ini berlalu seperti biasa, pita sampai dirumah langsung merebahkan diri sebelum membeli makanan untuk mengisi perutnya dan membersihkan diri.
Setelah menyelesaikan semuanya dia mulai tertidur, meskipun tidak sampai 2 jam setidaknya bisa mengurangi rasa lelahnya dengan memejamkan kedua matanya.
Jam menunjukan pukul setengah 7, Pita mengambil ponsel yang sedang dichargenya dari sepulang bekerja. Lalu memasuki aplikasi chating
-Me to ka Chris-
"Kak.. bisa jemput aku ga??"
-Kak Chris-
"Bisa.. kamu tunggu aja!! Bentar lagi kaka otewe" balas chris
Pita menunggu chris, dan saat terdengar suara motor yang Pita yakini adalah suara motor Chris, pita pun keluar membawa tasnya tidak lupa mengunci pintu.
Sesampainya diCaffe seperti biasa dia menyanyikan semua lagu dengan merdu, menyelesaikan semua Requestan para pelanggan Caffe. Sampai waktu tepat menunjukan jam 12, semua teman-teman Pita berpisah.. ada yang langsung pulang dan ada yang masih didalam Caffe bersamanya duduk disalah satu meja Caffe itu
"Semalem kamu kemana pit??" Tanya sahabat kecilnya Virza
"Pulang ke rumah temen" jawabnya
"Kan kaka udah bilang tungguin sampai kaka selesai beresin ruangan"
"Aku ngga denger, aku kira kaka ninggalin aku" menjawab dengan nada sedikit sedih
"Hey... Ngga, kaka ga mungkin ninggalin kamu!! Harusnya kuping kamu itu jangan ditutupin rambut, jadi ga denger kan kaka ngomong" jawab virza meyakinkan sambil meyelipkan rambut Pita kebelakang telinga.
"Kak, ngga usah dibahas lagi ya" Pita mulai sedih, dan langsung diangguki Virza
Christian yang sedang berada diantara mereka hanya mengalihkan pandangan ke arah lain.
Dan Doni yang sedang memainkan ponsel hanya sesekali melirik pada interaksi kedua sahabat kecil yang membuat Chris dan Doni seperti Obat nyamuk.
Tanpa mereka sadari sepasang mata dari luar Caffe sedang memandang penuh tanya pada mereka berdua dalam mobil Limosin hitamnya.
"Jalan pak!" Perintahnya
*****
Hari sabtu Pitaloka sudah siap berangkat kerja. Lalu ponsel yang sedang ia charge berbunyi melantunkan lagu John Legend 'all of me' yang terdengar sangat romantis dipagi hari, ia menjangkau ponselnya lalu menempelkan ke telinganya tanpa melihat nomer si pemanggil.
"Halo?"
📞"Datang ke Apartemenku hariini"
Dia menjauhkan ponselnya melihat nomor yang tidak ia kenal, Pita sedikit mengenal suara itu.. suara lelaki yang membawanya ke Apartemennya saat ia dalam keadaan mabuk. Ya itu dia...
"Tap..."
📞"Aku akan menagihnya hariini, jangan menolak!! Aku tidak mau penolakan"
"Aku bekerja, jangan seenaknya" teriak Pita tidak tanggung-tanggung. Dia tidak peduli jika gendang telinga orang disebrang sana pecah.
📞"Kau bisa libur hariini! Jangan membantah, berhenti bicara lakukan saja perintaku, dan pekerjaanmu aman"
Belum sempat Pitaloka bicara telponnya dimatikan sepihak olehnya.
"Hah lihat dia, dia pikir siapa dia, bisa menyuruhku sesuka hati" nada suara yang tinggi sambil menghentakan kaki. Lalu suara pintu diketuk sudah pasti itu Lusi terka Pita berjalan ke arah pintu sambil menenteng tasnya.
"Selamat pagi nona"
"Iya??" Jawab Pita bingung
"Saya diutus tuan Pandu membawa nona ke Apartemennya" masih dengan wajah yang disenyum-senyumkan.
Bahkan Pita saja baru tahu jika lelaki itu bernama Pandu, itupun karna seseorang yang menjemputnya pagi ini. Yaa Pandu si lelaki tampan tapi menyeramkan itu
"Bilang pada tuan mu, besok aku kesana tapi tidak hariini" jawab ketus
"Tuan juga bilang pada saya, jika anda menolak, saya dibolehkan untuk menyeret anda secara paksa" menjawab dengan wajah yang santai bahkan Pita hanya mendengus sebal.
Pita terdiam beberapa saat untuk menetralkan emosi dipagi ini lalu menghembuskan napas berat.
"Baiklah, ayo". Pita melenggang pergi meninggalkan si pria supir tuannya itu.
******
Tibalah Pitaloka di 'Trivilum Apartemen', ia melihat ke sekeliling menatap bangunan mewah bertingkat-tingkat. Bisa ia yakini jika yang tinggal disini hanya orang-orang tertentu. Memang Apartemen ini sama seperti apartemen yang beberapa hari kemarin saat Pandu membawanya kesini, tapi dia baru menyadari betapa mewahnya Apartemen ini.
Pita berjalan menuju lift sambil melihat sekelilingnya, saat didepan lift Pita langsung menekan nomor 10. Tidak butuh waktu lama dia sudah sampai didepan pintu Apartemen itu
Pita menekan 'bel' nya lalu tidak lama pintu terbuka menampakan sosok Pria tampan dengan mata hitam indah, dan lesung pipinya saat tersenyum.
"Hai.... Akhirnya datang juga" sapanya dengan sumringah
"Apa itu terdengar seperti aku datang kesini dengan sukarela??" Jawab pita ketus dengan menaikan alisnya sebelah lalu berbicara lagi
"Jika bukan karna orang suruhanmu itu yang akan menyeretku karena tidak menuruti kemauan tuannya, mungkin aku tidak akan berada disini" dengan tangan bersidekap.
"Apa dia mengancammu?? Haha.... Padahal aku hanya bercanda tentang itu, mungkin dia terlalu serius menanggapinya"
Kaliini Pita terhipnotis dengan senyum nan indah itu, seperti tuhan yang sedang tersenyum padanya. Bibir merahnya, dan tatapannya, dia sungguh sempurna!! Pita tersadar dari lamunannya saat tangannya ditarik oleh Pandu.
"Ayo masuk..." Dengan menarik tangan Pita bahkan pita terkaget dengan tarikan tiba-tiba pandu.
"Apa kau sudah sarapan??" Tanya pandu, dan Pita menggeleng
"Baiklah, aku juga belum... Bagaimana jika kamu buatkan menu untuk sarapan kita??" Saran Pandu
Pita yang kesadarannya entah masih berada dimana membuat Pandu terkekeh geli dengan wanita ini.
"Apa kau terpesona??" Tanya pandu dengan memajukan wajahnya ke arah wajah pita.
Napas mint pandu bahkan mengenai hidung Pita, membuat oksigen diruangan ini menjadi menipis. Pita mulai menemukan kesadarannya saat itu dan langsung mendorong dada Pandu.
"Ti-tidak... Untuk apa aku terpesona?? Aku hanya terkejut" jawabnya terbata-bata sambil menormalkan napas dan debaran jantungnya.
"Oh begitukah??"
"Yaaa"
"Lalu bagaimana??"
"Maksudnya??" Tanya pita yang bingung arah pembicaraannya ini
"Yaampun... Kamu tidak mendengar tadi?? Aku... Meminta kamu membuatkan sarapan untuk kita, bukankah kamu juga belum sarapan??" Tutur pandu
"Ahhhh... Itu?!" Sambil tersenyum karena malu. "Baiklah, aku akan buat sarapan" dan melenggang pergi ke arah dapur
Pita mulai membuka lemari kulkas, melihat dan memikirkan makanan apa yang akan dibuat. Setelah menemukan 1 bahan dia berniat membuat Pancake dengan selai stroberi diatasnya.
Pandu hanya melihat gerak gerik wanita didepannya ini dengan tatapan terpesona, dia benar-benar ingin memiliki gadis ini seutuhnya.
Beberapa menit berlalu, Pita sudah menyelesaikan masakannya. 'Pancake dan jus buah menemani sarapan muda-mudi ini. Pita membawa sarapannya ke meja makan dan memberikan 1 piring Pancake dan jus pada si tuan rumah
"Pancake? Aku suka..." Pandu membuka suara, dengan mata yang menatap penuh minat pada Pancake nya.
"Makanlah, mudah-mudahan rasanya tidak aneh" jawab pita
Pandu mulai memakan sarapannya ini, dengan khidmat hingga tandas. Pita bahkan melongo dengan cara makan Pandu yang sangat cepat melahap habis pancake nya.
"Ini enak... Seperti buatan ibuku" pandu tersenyum ke arah pita, dan membuat si penerima senyuman itu memerah karena malu.
"Kamu berlebihan, ini hanya sebuah pancake biasa" jawab pita dengan pipi yang memerah, Pandu sangat suka dengan ekspresi Pita saat ini, menurutnya sangat menggoda.