Matahari masih malu-malu menampakan sinarnya, namun gadis itu dengan girangnya keluar rumah disaat cuaca Bandung sedang dingin-dinginnya dipagi hari.
Dengan mengenakan piyama berwarna navy ia merentangkan kedua tangan sambil berolahraga kecil dihalaman rumah masa kecilnya.
Pandangannya tertuju pada seseorang yang ada didepan pagar rumahnya yang sudah berkarat dimakan usia, lalu merengutkan bibir saat mengetahui sosok yang amat ia kenal dari kecil.
"Kapan dateng??" Tanya Pita seraya membuka pagar itu
"Tadi subuh!!" Jawabnya dengan senyum manis dibibirnya
Semalam Pita berbincang dengan Virza bahwa dia akan pulang keBandung berkunjung. Tapi yang Pita tidak ketahui bahwa ia akan datang secepat ini, masih subuh pula.
Dengan mengenakan jaket parka berwarna hitam dan celana jeans sambil memasukan kedua tangan kedalam saku jaketnya, Virza memang tampan dengan mata hitamnya, hidung mancung, bibir mungil merahnya. Sungguh pemandangan yang indah, apalagi jika menikmatinya dengan sebuah teh hangat hahha..
"Kebiasaan, ngga dingin hah keluar pagi-pagi cuma pake baju tidur!! Ngga liat kaka yang pake jaket setebel ini??" Gemasnya melihat Pita dengan tidak merasa kedinginan.
"Kaka harus nyoba!! Ini jarang kita rasain kalo diJakarta kak dingin banget". Ajak Pita sembari mengangkat tangannya berolahraga.
"Naon wae.. hayu kerumah bunda, bantuin bunda nyiapin sarapan!!"
"Perusak kebahagiaan orang!!!!" Rajuk Pita sembari berjalan melewati Virza.
*******
"Pagi Bunda sayang...." Peluknya sambil mengecup pipi kanan Vivi
Mereka sudah seperti anak perempuan dan ibu kandungnya!! Mungkin jika orang lain melihatnya interaksi kedua wanita ini akan beranggapan jika mereka anak dan ibu.
"Pagi neng!!" Kecupnya kembali pada pipi Pita.
"Bunda mau masak apa??"
"Nasi goreng pete!! Neng suka kan?"
"Suka bun, kayanya ngga masalah deh pagi-pagi makan pete hahhaha"
Virza yang sedang memainkan ponsel dengan penasaran menguping dan langsung angkat bicara karena merasa tidak terima.
"Ngga, ngga Bun!! Jangan lagi makanan itu Bun... Bunda bisa masakin yang lain?? Tapi jangan itu!!"
"Aa... Kamu roti bakar aja ya!! Bunda sama Neng mau nasi goreng pete!!" Bunda memberikan senyum mengejeknya.
"Roti doang Bun?? Ayo dong Bun... Roti doang mana kenyang??? Oke, itu sarapan kalo aku diJakarta, tapi disini aku pengen sarapan yang lain asal jangan itu Bun!!." Rengek Virza panjang lebar dengan berjalan mendekati dua wanita yang sedang berinteraksi itu.
"Lah kak?? Namanya aja sarapan, yang penting itu perut diisi ngga kosong!! Roti aja kenapa si elahh." Timpal Pita mengejek
"Bun... Ayolah!!." Virza memandang Bundanya dengan mata penuh belas kasihan.
Demi apapun Virza akan membenci biji atau buah yang bernamakan Pete itu!! Bahkan jika mengingat saat Bunda memakan Pete itu tanpa ia sadari ada seekor ulat, petenya itu ada ulatnya!! Demi apa Bundanya tetap menikmati makanan itu meski isi Pete nya ada jemaahnya.
Ia bahkan dengan senang hati berhenti melanjutkan acara makannya jika melihat Pete tersaji didepannya, dan seketika selera makannya pun hilang!!
*******
Vivi memandang Adik Kaka beda emak bapa itu yang sedang bercocok tanam dihalaman rumahnya, saat seperti ini Vivi sangat rindu kebisingan rumah!! Mengingat jika suaminya meninggal 1 tahun yang lalu dan Virza mengambil alih usaha sang ayah dan membangun bisnis Caffe kecil-kecilan membuat ibu dan anak itu harus berpisah.
Kenapa Bunda Vivi tidak ikut saja ke Jakarta?? Percayalah, Virza sudah bosan memaksa sang Bunda agar mau diboyong ke Jakarta agar lebih bisa dikontrol oleh Virza, namun Bundanya itu selalu menolak dengan alasan 'rumah ini banyak kenangannya'. Demi apapun Virza akan membangun rumah sama persisi seperti ini diJakarta jika ibunya ini mau, namun ia tetap teguh dengan keputusannya.
"Jangannnnnn kak....." Teriak Pita menyadarkan Bunda Vivi.
"Ini lucu Pit, liat cacing Bandung demplon demplon." Virza menyodorkan ranting dengan cacing yang sudah menempel disana.
"Ahhhhh.... Jauh jauh sana!!!!" Teriaknya lagi membuat Bunda Vivi yang berdiri tidak jauh dari ember berisi air dan gayung mengambil gayungnya lalu berjalan ke arah Virza.
"Tokk....." Suara gayung kena kepala
"Awwww." Ringis Virza memegang kepalanya. "Bunda ngapain mukul aku pake gayung si??"
"Kamu juga ngapain nakutin Neng Pita nyodorin cacing?? Padahal kamu sendiri takut!!" Timpal Bunda hendak menjiwir telinganya namun Virza langsung berlindung dibalik Pita.
"Tolongin aku Pit!!" Bisiknya
"Bodoamat!!"
"Bloody marry gratis diJakarta oke??" Tawar Virza masih berbisik dan langsung diangguki cepat tanda setuju
Virza memang sangat takut jika Bundanya sudah angkat tangan, bisa saja dia babak belur jika dihadapkan dengan Bundanya ini.
"Bun.. bun.. udah deh ngga usah lebay!! Pita laper, kita makan aja yuk?! Ini juga udah jamnya makan siang?!" Pita merayu Bundanya
Jelas-jelas disini Pita ditolong oleh Bunda Vivi tapi kenapa malah Virza yang terlihat dilindungi
Oh ayolah.. Pita akan selalu tergiur dengan Alkohol.
"Kalian ngomongin apa huh?? Ngga lagi aneh-aneh kan?? Awasya kalo si Aa nawarin Neng minum lagi!! Bakal bunda tutup itu caffe durjana."
Dari sekian banyaknya Caffe yang Virza kelola, hanya caffe itu yang menyediakan Alkohol!! Ayolah, Virza juga akan tergiur jika dihadapkan dengan itu, ia tidak perlu bersusah payah mencari jika sudah ada disana!! Sedangkan Caffe yang lainnya tidak menyediakan Alkohol, hanya Caffe biasa untuk memanjakan para remaja dan seoasang kekasih.
Virza juga sedang meneruskan Usaha ayahnya dibidang Restoran, mereka difashion yang sama dan itu tidak menyulitkan Virza untuk meneruskan usahanya ini.
"Ngga Bun....ayo!!" Ajak Pita seraya menarik tangan Vivi
*****
"Dari sekian banyaknya tempat wisata indah diBandung dan Cianjur kenapa sia ngajak aing kesini??" Tanya Virza kesal
Virza duduk di kap mobilnya menatap Pita yang berdiri dipinggiran jembatan Citarum, melihatnya saja Virza sudah ngeri. Bagaiman Pita bisa dengan santainya berdiri menatap sungai, atau danau, atau lautan itu tanpa rasa takut terpeleset dan terjun kesana ahh Virza tidak tau asal usulnya!!
Kenapa juga sikap Virza berbeda jika diJakarta ia akan bersikap manis pada Pita, namun jika sudah diKampung halamannya ia akan semenjengkelkan ini?! Dijakarta bahkan Virza tidak mengeluarkan sepatah katapun menggunakan bahasa jawabarat, namun disini seolah menunjukan sifat menyebalkan Virza.
Pita tidak menggubris pertanyaan Virza, ia tengah asyik memandang air, dan juga pegunungan dari jembatan itu.
"Liat deh?? Orang mandang kamu dengan tatapan ngeri!! Takut-takut kamu terjun ke bawah!" Lanjut Virza, membuat Pita mendengus.
"Berisik banget, gangguin kesenangan manusia aja!!" Jawab Pita sembari memberikan tatapan membunuh.
"Secara tidak langsung aing syaiton?? Huh??"
"Gandeng!! Beliin es cincau dong Aa Virza ganteng?!" Goda Pita sembari mendekati mobil itu.
"Jauh-jauh husssss!! Kalo mau terjun jangan ngajak-ngajak!!" Teriak Virza.
"Kak, gausah lebay deh?! Udah ngga pantes lelebayan gitu."
"Oke fine, ngga sekalian pembalutnya?? Kayanya kamu dateng bulan?!" Ejek Virza.
"Kak!!." Tegas Pita memberi tatapan mautnya.
Apa Virza salah?? bukankah jika wanita cepat berubah sikapnya mungkin sedang datang bulan?? Sepertinya Pita sedang datang bulannya.
Virza melenggang pergi menyusuri pinggiran jalan membeli pesanan Pita dan beberapa jajanan khas kampung halamannya untuk mereka!!
******
Hari demi hari terlewati, tidak terasa sudah seminggu lebih ia diBandung, tidak ada yang istimewa!! Hanya saja ia merindukan rumahnya dan juga Bunda Vivi.
Dan hariini juga ia berniat ke mengunjungi Bibi Lisa diCianjur. Bibi lisa adalah adik dari sang ibu!! Dia adalah bungsu yang mana sang nenek hanya memiliki 2 anak yaitu ibunya dan bibinya 'kurang lebih seperti itcu'.
Berhubung ke Cianjur tidak salah kan ia berkunjung sebentar ke Toko Bunga milik sahabatnya Feylita.
Dan sudah pasti ia tidak pergi sendiri karena ada Virza si kaka beda ema beda bapa yang selalu mengintilinya 'haha'.
Meski dengan susah payah ia menolak diantar namun tetap saja jika Bunda Vivi yang akat bicara Pita hanya mendengus pasrah.
"Kamu tau kaka gabakal bisa nolak kalo bunda yang nyuruh!!." Virza angkat bicara setelah lamanya Pita mendiamkannya.
"Yeah. Iknow!!"
"Jadi, terima aja takdir kamu memiliki ibu angkat seperti Bunda!! Dia cuma khawatir sama kamu!!."
"Bukan itu kak.. tapi yaudah deh!! Lagi ngga mau debat!." Kembali ia melipat tangannya didada dengan bibir dimanyunin
"Udah gede, bukan Tuan Putri Kecil yang bakal aku rayu kalo lagi ngambek." Virza mengacak gemas rambut Pita yang mana malah membuatnya terkekeh.
*****
'Adik angkatnya ini memang menjengkelkan!!'
Setelah acara cemberutnya tadi, Virza yang sudah memasuki daerah Cianjur harus berhenti ditengah jalan menanyakan Toko bunga milik sahabatnya yang sudah pindah lapak. Harusnya Virza tidak peduli, tapi lihat ia kini sedang bertanya pada beberapa orang diwarung pinggiran jalan yang mana didekat sini adalah Toko Bunga milik sahabatnya.
"Udah ketemu kak??" Tanya Pita dengan mulut mengunyah kecimpring yang ia beli barusan dipedagang asongan.
"Udah!" Ketus Virza.
"Mau kecimpring??"
"Ng----g." Katanya terpotong saat Pita dengan paksa memasukan kecimpring kedalam mulut pandu, yang mana membuat si pemilik mulut menatap tajam
"Ini enak tau!! Ayo jalan, kaka ngga bakal nyesel liat sahabat aku yang satu ini, dia cuantikkkk!!."
Virza mendengus dan mulai menyalakan mobil dengan emosi hampir ia ledakan karena kekonyolan Pita, meski ia bukan adik kandungnya, tapi Virza dan Bundanya menyayangi Pita sudah seperti adiknya sendiri, meski Virza tidak memiliki adik karena hanya dia anak satu-satunya dari keluarga Sulistyo.
Jika dikatakan apa Virza menyukai Pita?? Sudah pasti iya, wanita dengan rambut hitam, mata belo, hidung mancung dan postur tubuh yang kecil bin mungil diusianya yang sudah menginjak 23 tahun membuat siapa saja akan gemas melihatnya, termasuk Virza!! Namun ia sadar rasa suka itu hanya hadir untuk porsi seorang kaka pada adiknya tidak lebih!!
******
Suara pintu membuat loceng yang menempel disana menyerukan bunyi membuat si pemilik Toko yang sedang mengutak atik laptopnya menoleh ke sumber suara.
"Permisi?? Beli?? Kenapa Toko sebagus ini ngga ada yang jaga si??" Hela nafasnya
"Iya------ Pita???" Tanya nya seraya menunjuk
"Pitaloka??" Ucapnya kembali
"Hai Feylita."
Pita langsung berjalan kearahnya dan memeluk sahabatnya dengan erat seolah telah terpisahkan puluhan tahun.
Feylita, tidak disangka ia akan secantik ini setelah 4 tahun tidak bertemu!! Ia tumbuh dari keluarga berada, ayahnya memiliki hektaran kebun cengkeh dan juga beberapa Toko Bunga, darimana ia mendapatkan bunga nya?? Yang pasti merekalah yang menanam dan menjualnya!
Teringat satu hari saat Pita tengah terpukul karena sepeninggal ayahnya dan ia baru saja sadar dari koma harus menerima keadaan bahwa ayahnya meninggal, Feylita lah yang membuat Pita merasa harus hangkit perlahan.
-OFF-
"Hai, aku Feylita!!"
Pita mendongak saat ia sedang duduk dipinggiran jurang yang sudah dibatasi oleh besi, menatap sebuah tangan yang tertuju padanya untuk disalami. Namun Pita tidak menjawab, dan tidak menjawab uluran tangannya. Lidahnya masih belum mau diajar bicara!! Dan hanya isakan kecil masih terdengar.
"Aku melihat kamu tadi dipemakaman!! Aku juga baru kehilangan ayahku, tapi aku tidak menangis. Ya.. meski aku ingin!!" Ucapnya lagi.
"Ambil ini, aku sangat menyukai mawar putih!! Mau tau kenapa?? Ayahku pertama kali mengajarkanku menanam bunga ini, mawar putih!!ย Ambilah, aku punya banyak mawar seperti ini!!." Ia memberikan mawarnya, yang dengan terpaksa aku terima.
Lama mereka hening lalu aku pun bicara, karena takut-takut Feylita menganggapku bisu.
"Namaku Pitaloka." Seruku
"Nama yang cantik!! Ibumu pasti bangga memiliki anak cantik sepertimu!!"
"Aku tidak punya ibu!!" Jawab Pita dengan melihat pemandangan pegunungan dipinggir jurang. Fey menoleh dengan mengerutkan alisnya bingung.
"Ibuku meninggal saat melahirkanku, dan kamu tahu sekarang aku harus merelakan ayahku menyusul ibuku!! Apa aku harus benar-benar rela??" Tanyaku dengan isakan masih terdengar jelas
"Hey Pita, kita sama!! Baru kehilangan sosok ayah untuk selamanya!!"
"Tolong jangan samakan aku denganmu!! Kamu masih memiliki ibu, aku bahkan tidak pernah merasakan pelukan hangat ibu kandungku." Lirihku.
Meski ia memiliki Bunda Vivi namun tidak menyurutkan kerinduannya pada alm ibunya yang sama sekali tidak ia kenali, hanya ia lihat dari foto yang ayahnya berikan. Fey terdiam sesaat dan memulas senyum.
"Kamu bisa kerumahku, aku akan berbagi pelukan hangat ibuku untukmu!! Dia baik, ramah, dan masakannya enak!! Aku yakin kamu akan merasakan pelukan ibumu!!"
Aku kembali terisak, mendengar lelucon konyol Feylita yang akan berbagi pelukan ibunya pada Pita.
"Dimana kamu tinggal??" Tanya nya.
"Dirumah Bibi Lisa!!" Jawabku
"Aku rasa aku tau, aku akan berkunjung nanti!! Kamu mau aku bawakan bunga apa?? Atau yang lain??" Tanya nya lagi
Aku tidak terlalu tau dengan nama Bunga, yang aku tau saat bunga itu indah aku akan menyukainya.
"Entahlah!? Apa saja!!" Jawabku.
"Oke, aku mohon jangan menangis lagi!! Jika kamu menyayangi ayahmu, dia tentu akan sedih melihatmu terus-terusan menangisinya!!"
"Oh iya, jangan putus asa!! Lihat jurang ini, aku rasa jika kamu terjun kesana tubuhmu akan hancur menghantam batu dan pepohonan lalu jatuh ke tanah, itu mengerikan dan tidak lucu." Ucapnya lagi membuat aku sedikit tergelitik, dia berfikir aku akan bunuh diri hahaha!! Akupun memulas senyum kecil.
"Aku suka senyummu, teruslah begitu!! See you..."
Dia berdiri dengan memulas senyum indahnya, rambut warna abu-abunya yang tergerai serta wajah manis dengan mata berwarna biru. Aku baru menyadarinya karena sedari tadi hanya menjawabnya dengan mata memandangi pegunungan disekitar
'Dia blasteran??'
*******
maafkeun!!๐๐ป