-Kringgggggggggggg....
Suara jam weker membangunkan gadis mungil bernama 'Pitaloka' berumur 23 tahun dari mimpi indahnya, dengan mata yang masih tertutup ia meraba meja tempat jam itu berada lalu mematikannya.
"Huuuaaaaaa.... jam 6.." sambil melirik wekernya lalu bicara "Makasih sayang"
Pita bergegas menuju kamar mandi, menghabiskan 15 menit didalamnya, lalu keluar menuju lemari pakaiannya mengambil beberapa pakaiannya. Celana jeans, kemeja polos, adalah pakaian simplenya setiap hari. Dia suka cara berpakaiannya seperti ini, tidak ribet. Bahkan dia tidak pernah membeli gaun, jika ada acara lebih baik dia menyewa gaun diButik.
Lalu menuju meja rias, memakai lipstik berwarna pink membuat bibir nya lebih indah dipandang, dia menjangkau sisir dimejanya, menyisir rambutnya dan melihat pantulan wajahnya dicermin. Raut wajahnya yang bersemangat seketika redup " Lihatlah, kamu menyedihkan sekali" gumamnya
Tiba-tiba dia teringat alm ibunya, yaaa walaupun dia tidak pernah melihat wajah ibunya tetapi sang ayah selalu menceritakan kisah mereka berdua, dan berkata jika ibu sangat mirip dengan dia. Ibunya cantik, suka bernyanyi, kata ayah suara ibu sangat merdu... mungkin itu juga alasan kenapa dia mempunyai suara yang enak didengar.
*Flashback off*
Setelah lulus SMA dengan nilai tertinggi.
"Neng, lanjut kuliah aja ya... insyaallah Ayah bakal berusaha buat biayain kuliah eneng" sang ayah memulai pembicaraan
"Ngga yah... neng kerja aja, gantian Neng yang bahagiain Ayah!!. Ayah harus jaga kesehatan, biar Neng semangat nyari kerjanya" sambil tersenyum meyakinkan
"Yaudah... tersesah neng, ayah nurut aja" jawab ayah
1 Tahun setelah kelulusan Pita dapat pekerjaan disebuah restoran. Sepulangnya bekerja Pita berniat mengajak sang ayah jalan-jalan malam, dan menjelajahi kuliner malam mengendari motor Beatnya. dan 2 hari sebelum gajian kemarin adalah ulangtahun Pita yang ke 19. jadi pas gajian Pita berniat memberi kejutan Ayah dengan mentlaktir jajan diluar. Namun kejadian tak terduga terjadi'
*Flashback on
"A--yah" suaranya bergetar dan matanya mulai berkaca-kaca "Maafin pita yah...." lanjutnya.
Dia menatap kembali cermin didepannya, menatap wajahnya yang menyedihkan karena diUsia yang masih semuda ini dia harus kehilangan kedua Orangtuanya. Dan itu 'gara-gara' dia
"Maaf yahh.... Pita nangis, pita cuma kangen Ayah" airmatanya tak terbendung lagi.
Ayahnya tidak pernah membuat Pita menangis, dia sangat menyayangi Pita, hanya tangisan-tangisan 'Bahagia' yang ayahnya berikan.
Setelah dirasa cukup lama menyampaikan rasa rindunya lewat tangisan, diapun mencoba menguatkan Hati agar tetap tegar dan semangat untuk membuktikan pada Ayahnya bahwa dia 'Bisa'. Dia menghapus airmatanya lalu perlahan tersenyum didepan cermin.
Dorr Dorrr Dorrrr 'suara pintu'
"Pit, lama banget si? telat ni" teriak Lusi sahabatnya didepan pintu kontrakannya
"Eh... yaampun jam berapa ini?" melirik jam ditangannya lalu terlonjak kaget.
"iya... Lus, tunggu bentaran lagi ya!! yaampun jam 7, pantes aja beo didepan ngamuk" gerutu Pita. seraya mengambil dan ponselnya lalu membuka pintu.
"Kamu ngapain dulu si?? tumben banget lama didalem?? pasti nangis lagi ya?? kan aku udah bilang gausah di ing--- Hmmmp" Lusi kaget, karna Pita menutup mulutnya dengan tangan.
"Kamu berisik amat si Lusssss.... udah kaya nenek-nenek tujuh mulud belom dibelanjain deh" jawabnya didepan wajah Lusi lalu menarik tangan Lusi untuk berlari ke jalanraya. Tidak peduli lusi yang kesulitan mengimbangi larinya Pita. Pita melepas tangan lusi pas sampai dijalanraya.
"U--dah..... Cap--eee pit!!" dengan terengah-engah lalu mengatur napasnya
"Kalo nunggu kamu selesai ceramah, mungkin kita bener-bener telat lusssss" Pita yang sama capenya karena berlari menjawab lusi. Lalu tangannya terulur menghentikan Angkot dan angkot pun menepi.
Tibalah dia disini, di D&T corporation, perusahaan Textil terbesar diIndonesia. Ehh, jangan salah mengartikan, disini dia bekerja bukan duduk sambil memandang monitor komputer. Izajahnya cuma sampai SMA tidak mungkin bisa bekerja bergelut dengan komputer.
Dia Pitaloka 'office girl' mungil, tinggi 150, umur 23, banyak yang memanggilnya Marsya, karna kelincahannya, dan cerianya yang membuat karyawan disana geleng-geleng kepala. Tapi siapa tau dari cerianya itu, Pitaloka menyimpan seribu kesedihan. Hanya saja Pita pintar menyimpan kesedihan itu.
Pita dan Lusi pun mulai sibuk bekerja, mengepel, mengelap, menyapu, hingga semua benar benar bersih. Pita benar-benar menyukai pekerjaannya ini 'Menyenangkan'.
setelah merasa sudah lelah diapun duduk dan bersidekap diatas meja lalu mengelap peluhnya yang akan menetes.
"Pit... mbak beliin kopi latte dicaffe sebrang sana dong, ini nih duitnya kembaliannya buat kamu aja" pinta mbak Dina.
pita mendongak lalu menjawab " iya mbak, sini Pita beliin...." sambil tersenyum lebar karena ada sisa uang kembaliannya
"anterin ke meja mbak ya jam 9" titah Dina lagi
Pita melihat jam ditangannya lalu berkata " Yah... 20 menit lagi dong mbak" cemberutnya
"Yaudah, jangan ngomong mulu... melesat sono" Ucap dina dengan mendorong pelan punggung Pita.
Pita pun berjalan cepat, kemudian berdecak kesal saat melihat tali sepatunya yang terlepas dari simpulnya. Belum sempat membetulkan ia menabrak seseorang.
'Bugggghhhhhh'
"Awwwww," pekik pita menabrak dada lelaki didepannya, lalu mendongak ke atas melihat sosok yang barusan ia tabrak.
'Yatuhan, nikmat apalagi yang kau dustakan?! Hidung mancung, mata hitam pekat, bibirnya sungguh meng---- ohh yaampun... bodoh bukannya geser malah memuji ukiran tuhan' Batinnya.
"Maaf pak maaf." Melangkah mundur sambil menundukan kepala
Setelah dirasa lama menundukan kepala Pita mengangkat kepalanya karena merasa ada yang janggal, lalu melihat kedepan sudah tidak ada tanda-tanda seseorang, alias pria tadi sudah pergi. Ia menghiraukan pria itu.
"Kopi nya mbak dina...." Dia tersadar langsung berlari secepat kilat
*****
Haiiiii... salam kenal dari Cici yak😁
selamat menikmati Alur cerita ini yang mungkin masih ada typo dikit-dikit... maklumin ya soalnya masih junior alias baru belajar nulis😂