Chereads / The Sweetest Love / Chapter 7 - Memikirkan Ulang Mengenai Pernikahan

Chapter 7 - Memikirkan Ulang Mengenai Pernikahan

Bela menarik napas dalam dan membuang perlahan. Manik matanya menatap jalanan yang terasa membosankan. Hanya ada kendaraan yang saling berebut jalan, pepohonan yang tertanam rapi di sepanjang jalan dan juga lampu lalu lintas yang juga ikut meramaikan. Jalanan yang sama dan setiap hari dia lewati. Bedanya, kali ini dia harus berada di mobil yang terasa begitu mencekam.

Ya, setelah sarapan Bela memutuskan untuk berangkat ke kantor. Namun, karena Jessica dan Naga yang juga keluar, membuat sang papa menyuruhnya berada di mobil yang sama dengan keduanya. Bela sempat menolak, tetapi sialnya arah mereka memang satu jalan dengan Bela, membuat gadis tersebut hanya mampu pasrah. Ditambah Naga yang bersikap begitu manis di depan kedua orang tuanya, semakin membuat Bela begitu terpojok dan tidak memiliki alasan lain untuk menolak.

Bela yang mengingat kejadian beberapa menit yang lalu langsung mendesah kasar, benar-benar tidak bersemangat untuk menjalani hari. Pasalnya, dia yang baru membuka mata bahkan harus berhadapan dengan keduanya, mendengar kalimat tidak menyenangkan dan membuat hatinya merasa sakit. Sedangkan sekarang dia harus berada di mobil yang sama dalam waktu yang cukup lama. Dalam hati, Bela begitu merutuki tingkah Naga yang benar-benar bertolak belakang ketika hanya ada dirinya.

Padahal dia tidak perlu melakukan itu untuk mendapat perhatian dan restu papa, kan, batin Bela dengan raut wajah masam. Ekor matanya mulai melirik ke arah Naga yang masih asyik mengemudi. Bahkan, tidak ada percakapan antara Naga dan Jessica, membuat Bela ikut diam, tidak ingin membuat masalah dengan keduanya. Hingga dia melihat Naga mengulurkan tangan, menyentuh puncak kepala Jessica dan mengelus pelan.

"Kamu kenapa, Jes? Ada yang sakit?" tanya Naga dengan penuh perhatian.

Namun, Jessica yang mendengar hanya diam. Dia memilih menjauhkan kepala, membuat elusan Naga terhenti. Bahkan, wanita tersebut tidak menatap ke arah sang kekasih, membuat Bela yang juga berada di sana mengerutkan kening dalam.

Mereka bertengkar, batin Bela dengan penuh tanya.

Naga yang melihat reaksi Jessica hanya diam, membuang napas perlahan. Ada perasaan bingung melihat tingkah kekasihnya yang tidak bersemangat sama sekali. Hingga dia melihat Bela yang duduk tenang di bangku penumpang dari kaca spion, membuat raut wajahnya berubah menjadi datar.

"Semua itu karena kamu, Bela."

Bela yang mendengar ucapan Naga hanya diam, memperhatikan pria di depannya lekat. Rasanya begitu lelah karena terus disalahkan untuk setiap masalah yang dihadapi Jessica. Namun, dia tidak berniat sama sekalu untuk membalasnya. Bela memilih diam dan enggan memperpanjang masalah. Hingga dia memilih mengalihkan pandangan, kembali menikmati pepohonan di jalanan dengan raut wajah tenang.

Naga yang melihat Bela tidak menanggapinya berdecak kecil. Pasalnya, wanita tersebut sering kali membuatnya naik darah dengan cara mendiamkannya. Padahal jelas sekali jika Naga bukanlah seseorang yang mau diabaikan. Hingga pria tersebut menghentikan mobil, membuat Bela dan Jessica menatap ke arah Naga berada.

"Kamu turun, Bela," ucap Naga dengan penuh penekanan.

Bela yang mendengar hal tersebut hanya diam. Kantornya masih cukup jauh, membuatnya menatap Naga dengan pandangan lekat. Kali ini, dia begitu enggan menurut. Naga yang menyuruhnya masuk dan dia tidak akan keluar meski Naga menyuruhnya.

"Kamu yang mengatakan dengan papa kalau kamu mau mengantarku, Naga. Jadi, kamu harus bertanggung jawab dengan ucapan yang kamu katakan," ucap Bela, berubah serius. "Bukankah kamu pria? Jadi, bisa kamu pegang semua ucapan kamu?" tambah Bela.

Naga yang mendenagr tertawa kecil dan menaikan sebelah bibir. "Aku memang mengatakannya, Bela, tetapi aku tidak mau menepatinya. Lagi pula, aku sudah membawa kamu sampai sejauh ini. Kantor kamu juga sudah hampir sampai, kan? Jadi, kamu keluar dari mobilku," tegas Naga dengan raut wajah serius.

"Aku tidak mau mengulangnya lagi, Bela," imbuh Naga ketika Bela akan menyahut.

Jessica yang sejak tadi diam membuang napas kasar. Dia menatap ke arah Bela dan mendengus kecil. "Kamu itu sudah disuruh keluar, Bela. Jadi, aku harap kamu cukup tahu diri dan keluar dari mobil Naga. Jangan buat kamu lebih terlihat memalukan dan tidak memiliki urat malu," celetuk Jessica, tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali.

Bela yang mendengar langsung mengepalkan tangan dengan rahang mengeras. Rasanya begitu tidak terima dengan apa yang sudah dikatakan Jessica. Dia masih memiliki urat malu dan dia begitu mengetahuinya.

Namun, hal tersebut hanya berlangsung sejenak karena setelahnya Bela memilih membuang napas kasar dan membuka pintu. Dia tidak ingin membuat masalahnya dengan Jessica bertambah. Cukup perempuan tersebut membenci dirinya karena sudah masuk ke dalam keluarga Jessica. Dia tidak ingin membuat masalah lain yang akan membuat Jessica semakin membencinya. Hingga berada di luar, membuat Naga segera melanjukan mobil.

Bela yang melihat hal tersebut menarik napas dalam dan membuang perlahan. "Semoga Jessica bisa berubah," gumam Bela, begitu ingin memiliki seorang kakak yang mencintai dan menyayanginya.

***

Tiga puluh menit kemudian, Naga memberhentikan mobil di sebuah gedung megah yang terdapat tidak jauh dari pantai. Bibirnya sudah tersenyum lebar, melihat bagian depan gedung tersebut sudah dihiasi dengan berbagai bunga, menandakan jika persiapan pernikahan sudah akan selesai. Dengan semangat, Naga membuka pintu dan keluar. Kakinya terus melangkah, mendekat ke arah Jessica berada.

Naga membuka pintu ketika berada di dekat pintu mobil di sebelah Jessica. Dia membukanya dan menunggu sang kekasih keluar. Namun, Jessica tidak keluar sama sekali. Hingga Naga yang penasaran menundukkan tubuh, menatap ke arah sang kekasih yang masih melamun.

"Jes," panggil Naga dengan suara lembut yang jelas hanya dia lakukan dengan Jessica.

Namun, Jessica tidak juga menyahut, masih asyik dengan lamunannya. Hingga Naga mengulurkan tangan, menyentuh pundak Jessica dan membuang perempuan tersebut tersentak kaget.

"Kamu melamun?" tanya Naga ketika Jessica menatapnya bingung.

Jessica yang mendengar membuang napas pelan. Dengan tenang, dia keluar, tidak berniat sama sekali menanggapi ucapan pria tersebut. Rasanya benar-benar tidak bersemangat sama sekali. Ditambah paginya yang begitu menyedihkan, membuatnya semakin tidak memiliki mood yang baik.

"Jessica, kamu kenapa diam? Ada yang kamu pikirkan?" tanya Naga, cemas dengan kondisi Jessica yang sejak tadi tidak membuka mulut.

Jessica hanya menggelengkan kepala, menanggapi ucapan Naga. Dia benar-benar tidak ingin membuka percakapan sama sekali. Mulutnya seakan enggan untuk terbuka. Hingga Naga yang merasa cemas menarik tubuh sang kekasih dan mendekap erat.

"Kalau kamu ada masalah kamu bisa ceritakan denganku, Jessica. Aku akan ada untuk kamu dan mengenai tindakan papa kamu pagi ini, aku yakin beliau tidak sengaja melakukannya," ucap Naga, mencoba menenanngkan Jessica.

Jessica yang mendengar hal tersebut membuang napas kasar. "Naga, bisa kita pikirkan lagi mengenai pernikahan kita?" celetuk Jessica, membuat Naga yang mendekap Jessica langsung berdiri kaku.

***