Naga menatap pantulan dirinya di depan cermin lekat. Kemeja putih yang dipadukan dengan toxedo dan jas berwarna hitam. Rambutnya sudah tersisir rapi seperti biasa, membuatnya terlihat begitu gagah dan juga tampan. Meski seperti hari biasa, tetapi Naga merasakan jika kali ini auranya berbeda.
Mungkin ini yang dinamakan aura calon pengantin, batin Naga yang langsung mengembangkan senyum lebar. Rasanya begitu senang karena hari pernikahannya sudah akan tiba. Hanya butuh beberapa jam sampai Jessica menjadi milik dia sepenuhnya, membuat Naga membayangkan kebahagiaan keluarga kecil yang akan dia jalani dengan sang kekasih.
Naga menarik napas dalam dan membuang perlahan, berusaha mengatur raut wajahnya yang jelas begitu bahagia. Dia harus tetap terlihat tegas seperti biasanya. Hingga ketukan pintu terdengar, membuat Naga mengalihkan pandangan.
"Naga, kamu sudah selesai?" tanya Chitra dari luar.
"Sebentar lagi, Kak," jawab Naga. Dia ingin memastikan penampilannya sekali lagi, tidak mau kalau sampai ada yang salah ketika dia sampai di gedung pernikahan.
"Kalau begitu cepat, ya. Mama dan papa menunggu di bawah," ucap Chitra.
Naga hanya bergumam. Sekali lagi, dia menatap pantulan dirinya di depan cermin, mengamati penampilannya yang memang sudah pas. Tidak ada yang kurang ataupun salah. Hingga dia merasa cukup, membuatnya mulai melangkahkan kaki, menuju ke arah pintu kamar.
Naga mulai keluar dari kamar dan menuju ke arah tangga. Dia mulai menuruni satu per satu anak tangga, menuju ke lantai bawah untuk menemui keluarganya. Senyum di bibirnya bahkan tidak luntur sama sekali, terlalu bahagia membayangkan dia yang akan menjadi seorang suami.
Perjuangannya dengan Jessica selama bertahun-tahun tidak akan terbuang sia-sia. Hingga dia sudah menapak di anak tangga terakhir dan langsung menuju ke arah keluarganya berada.
"Gantengnya," goda Chitra yang ada di dekat Naga, tetapi Naga hanya diam dan mengulum senyum. Manik matanya mulai beralih, menatap ke arah sang mama yang hanya duduk diam, tidak menunjukkan reaksi sama sekali. Bahkan, wanita tersebut terlihat tidak bersemangat, tetapi juga tidak mengatakan penolakan sama seklai, membuat Naga membuang napas pelan.
Aku rasa mama masih belum menerima Jessica, batin Naga, tahu jika mamanya tidak pernah memberikan restu untuk hubungannya. Meski di depan Jessica mamanya selalu baik dan terlihat menerima, tetapi saat di belakang dia begitu menetang hubungannya. Naga sendiri tidak tahu alasan sang mama membenci Jessica. Menurut Naga, kekasihnya begitu baik dan sopan, tetapi sang mama selalu mengatakan jika Jessica bukanlah gadis yang baik untuk Naga dan tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Naga menarik napas dalam dan membuang perlahan, menghilangkan pikirannya tentang sang mama. Kali ini, dia ingin mengabaikan semua hal yang mengganggu dan fokus dengan masalah pernikahan. Dia memilih memikirkan bayangan indah tentang hari-hari dia selanjutnya. Hingga Arlo—papa Naga—memberikan isyarat agar semuanya berangkat.
Tunggu aku, Jessica. Aku akan segera datang dan menikahi kamu, batin Naga dengan senyum lebar dan semangat yang begitu menggebu. Dia benar-benar bahagia dan berharap kehidupannya akan selalu bahagia.
***
Tiga puluh menit yang lalu Naga dan keluarga tiba di gedung pesta pernikahan, menunggu Jessica yang tidak juga keluar. Bahkan, akad yang direncanakan pun sudah mundur selama lima belas menit, membuat para tamu undangan mulai berbisik. Naga yang berada di bangku depan pun mulai tidak nyaman, cemas sekaligus takut terjadi hal buruk dengan kekasihnya. Hingga ingatan mengenai ucapan Jessica kembali terngiang, membuatnya menatap ke arah pintu tunggal di depannya lekat.
Aku yakin dia tidak akan meninggalkanku, batin Naga dengan raut wajah serius dan rahang mengeras. Tangannya sudah mengepal, berusaha menghilangkan perasaan takut yang mulai menjalar. Hingga dia mulai bangkit, tidak sabar jika terus menunggu.
"Naga," panggil Chitra ketika melihat adiknya bangkit dan melangkah lebar.
Benita dan Arlo yang melihat pun mendesah kasar. Keduanya juga ikut bangkit, mengikuti Naga yang sudah memasuki ruang untuk bersiap. Mereka juga mulai penasaran, dimana kekasih dari anak mereka? Kenapa tidak juga muncul?
Sedangkan di dalam, Aziel dan Sintia tengah memasang wajah cemas. Sudah empat puluh lima menit mereka mencari keberadaan Jessica. Bahkan, semua anak buah Aziel sudah dikerahkah untuk mencari putrinya yang hilang tanpa kabar sama sekali.
"Pa, ini bagaimana? Kita gak mungkin mengatakan dengan keluarga Naga kalau Jessica pergi," ucap Sintia dengan air mata yang kembali berderai. Rasanya cemas sekaligus marah dengan apa yang dilakukan putrinya. Benar-benar tidak bertanggung jawab.
"Tenang, Ma. Kita pasti akan menemukannya," ujar Aziel, mencoba menenangkan istrinya.
"Jadi, Jessica menghilang?"
Aziel dan Sintia yang mendengar langsung terlonjak kaget, termasuk Naga yang memang sejak tadi berdiri. Naga menatap ke asal suara, melihat sang mama berdiri dengan tatapan tajam. Dia tahu, mamanya mulai mengeluarkan amarahnya. Hingga wanita tersebut mengayunkan kaki, siap mendekati keluarga Aziel. Namun, Naga yang melihat langsung meraih tangan sang mama dan mengganggam erat.
"Ma, mungkin Jessica sedang jalan-jalan," ucap Naga, benar-benar sudah buta dengan cinta.
"Jalan-jalan kamu bilang? Kita bahkan sudah menunggunya lebih dari tiga puluh menit, Naga," sahut Benita, mulai mengeluarkan semua kekesalannya.
Naga yang mendengar hanya diam, bingung menjawab ucapan mamanya. Mereka semua memang sudah menunggu lebih dari tiga puluh menit, membuat Naga bingung harus mencari alasan apalagi untuk membela Jessica. Dia sendiri bingung, ke mana kekasihnya pergi? Semalam mereka bahkan masih baik-baik saja, tidak ada masalah atau keanehan yang terjadi. Hingga Benita melepaskan genggaman dan melangkah ke arah Aziel berada.
"Terus sekarang kita harus bagaimana, Aziel? Semua tamu undangan sudah datang dan tidak mungkin kita mengatakan kalau pernikahan dibatalkan, kan? Akan ditaruh dimana muka keluargaku? Bukan hanya keluargaku, keluarga kamu juga akan menanggung malu," ucap Benita dengan raut wajah gusar.
Aziel dan Sintia yang mendengar pun hanya diam. Mereka tahu jika perbuatan putrinya kali ini pasti akan menimbulkan dampak yang buruk untuk keluarganya dan keluarga Naga. Dia tahu, pasti akan banyak orang yang membicarakan mereka, menjadikannya sebagai bahan gosip utama dan tertawaan para pesaing bisnis. Namun, dia sendiri bingung, harus mencari putrinya ke mana. Dia sudah memeriksa dan menyebar semua anak buahnya, tetapi hasilnya tetap sama, Jessica tidak ditemukan. Bahkan, putrinya menghilang tanpa jejak sama sekali.
Hening. Semua hanya diam, memikirkan solusi untuk masalah kedua keluarga. Hingga Bela yang sejak tadi mencari Jessica kembali dan memasang raut wajah cemas.
"Pa, Jessica belum ditemukan," kata Bela dengan napas berat karena dia yang terus berlari.
Benita yang mendengar suara tersebut langsung mendongak, menatap ke arah Bela lekat. Hingga senyum di bibirnya mulai terlihat, membuat Aziel dan Sintia saling pandang, bingung dengan tingkah Benita kali ini.
"Bela, kamu gantikan Jessica dan menjadi menantu tante, ya?" tanya Benita, sontak membuat semua yang ada di sana membelalakan mata lebar, terkejut dengan apa yang baru saja Benita katakan.
***