Chereads / The Sweetest Love / Chapter 5 - Keributan di Pagi Hari

Chapter 5 - Keributan di Pagi Hari

"Baru pulang, wanita malam?" tanya Naga dengan tatapan mengejek.

"Apa maksud kamu, Naga?" tanya seseorang dari arah lain, membuat Bela dan Naga mengalihkan pandangan.

Bela yang melihat seorang wanita mengenakan dress tanpa lengan berdiri di ambang pintu hanya diam dan mendesah kasar. Dia tahu, kali ini paginya akan benar-benar menyebalkan. Pasalnya, dia sudah bertemu dengan Naga, ditambah kehadiran Jessica yang pasti akan semakin memperkeruh keadaan.

"Naga, kenapa kamu menyebut adik angkatku ini dengan sebutan wanita malam?" tanya Jessica kembali dan menekankan pada kalimat 'adik angkat'. Bahkan, tatapannya terlihat begitu sinis ketika melihat Bela yang berdiri di sebelah Naga.

"Soalnya semalam aku melihat dia di klub malam bersama dengan pria, Jes. Aku kira dia kembali ke rumah setelah aku pergi, tetapi nyatanya dia malah pulang pagi," jawab Naga sembari menatap Bela dengan tatapan merendahkah.

Hening. Jessica yang mendengar penjelasan Naga hanya diam dan menatap ke arah Bela lekat. Sebelah bibirnya terangkat, mengamati penampilan Bela yang memang masih mengenakan pakaian yang sama. Hingga dia menganggukkan kepala dan membuang napas lirih.

"Jadi, ini kamu yang sebenarnya, Bela?" tanya Jessica dengan senyum mengejek. "Kamu selalu bertingkah baik dan menjadi anak kebanggaan ketika di depan mama dan papa, tetapi nyatanya kamu itu sama saja wanita malam yang suka berkunjung ke klub malam. Terus, semalam kamu menginap di mana, Bela? Di hotel?" tambah Jessica dengan tatapan mengejek.

Namun, Bela yang mendengar hanya diam, enggan meladeni Naga dan Jessica. Seribu kali pun dia menjelaskan, keduanya pasti tidak akan percaya. Seperti kata pepatah, sebaik apa pun kita, akan tetap buruk di mata orang yang tidak menyukai. Bela yang mengingat hal tersebut memilih melangkahkan kaki, tidak ingin semakin merusak suasana paginya. Terpenting sekarang, dia sudah menjelaskan semua kejadian yang sebenarnya dengan sang mama. Dia yakin, wanita tersebut tidak akan meragukannya.

Jessica yang tidak mendapat respon dari Bela langsung mengeraskan rahang dengan tatapan tidak bersahabat sama sekali. Hingga Bela yang melangkah di dekatnya langsung dicekal. Tangannya menggenggam erat lengan Bela dan menatap lekat.

"Jawab pertanyaanku, Bela," desis Jessica dengan tatapan tajam.

"Apa untungnya aku menjawab, Jessica? Aku rasa kamu juga tetap tidak akan percaya. Jadi, biarkan saja apa yang kamu pikirkan itu menjadi jawabannya," ucap Bela dengan tenang.

Namun, ketika Bela akan melangkah, Jessica semakin mengeratkan genggaman, membuat Bela mendesis pelan. Pasalnya, kali ini Jessica benar-benar sudah terlalu keras menggenggam lengannya.

"Percaya atau tidak, kamu tetap harus menjawab, Bela," ucap Jessica penuh penekanan.

"Kenapa?" tanya Bela, tidak kalah serius.

"Karena kamu itu hanya anak pungut. Kamu bukan anak kedua orang tuaku. Kamu bukan adikku dan terpenting kamu tidak memiliki hak apa pun di rumah ini. Jadi, jangan berusaha melawan dan bertingkah seakan kamu memiliki kuasa," jawab Jessica.

"Jessica!"

Seketika, Jessica yang mendengar bentakan tersebut mengalihkan pandangan. Bela dan Naga pun melakukan hal yang sama, terkejut dengan bentakan yang berasal dari Aziel yang ternyata ada di tempat tersebut. Bahkan, pria tersebut sudah menatap dengan amarah yang terpancar jelas.

Jessica yang melihat sang papa melangkah ke arahnya langsung melepaskan genggaman dan menelan saliva pelan. Namun, dia masih tetap memasang raut wajah tenang, tidak ingin menunjukkan ketakutannya. Hingga sang papa berada di depannya dan langsung menamparnya kasar, membuat Jessica yang awalnya siap langsung tersentah kaget.

Hening. Semua hanya diam. Jessica yang merasakan sakit di pipinya menitikan air mata, cukup sakit hati karena sang papa yang tega menyakitinya hanya demi seorang Bela. Namun, sesaat kemudian dia menghapus air matanya dan kembali menatap ke arah sang papa.

"Papa puas sudah menamparku?" tanya Jessica dengan rahang mengeras dan tatapan tajam.

"Belum, Jessica," jawab Aziel dengan tegas.

"Kalau begitu, tampar lagi, Pa! Tampar aku! Papa tampar saja aku dan bela anak pungut ini supaya Papa puas!" teriak Jessica dengan tatapan lekat, kesal dengan sang papa yang jelas lebih menyayangi Bela dari pada dirinya.

Mendengar hal tersebut, Aziel semakin kesal dan tidak terima. Bela memang bukan darah dagingnya, tetapi baginya Bela adalah anaknya. Dia benar-benar tidak pernah membedakan antara Bela dan Jessica. Apa yang Jessica miliki, itu pun akan Bela miliki. Namun, dia pun tidak mengerti dengan sikap Jessica yang mulai berubah. Dia tahu Jessica begitu membenci Bela dan dia tidak ingin kedua putrinya saling bertengkar, tetapi setiap kali mendengar Jessica mengatakan hal yang merendahkan Bela, Aziel benar-benar tidak terima. Hingga dia kembali mengangkat tangan dan siap menampar Jessica.

Bela yang berada di dekat Aziel langsung melangkah. Dengan cepat, dia menahan tangan Aziel, menggenggam erat dan menggelengkan kepala. Wajahnya menatap sang papa penuh permohonan, membuat Aziel yang awalnya sekeras batu menjadi luluh. Dia mendesah kasar dan kembali menurunkan tangannya. Dia mengalihkan pandangan, enggan menatap Jessica. Dia yakin, emosinya pasti akan langsung memuncak ketika melihat putrinya. Sampai dia melihat Naga yang masih berdiri, menyaksikan semua keributan di rumahnya.

"Kamu di sini, Naga," ucap Aziel dengan emosi yang masih tersisa.

Naga yang mendengar sapaan tersebut langsung bergumam pelan dan menganggukkan kepala. Namun, manik matanya melirik ke arah Bela dengan tatapan tidak suka. Dia merasa jika Bela benar-benar bermuka dua seperti apa yang pernah Jessica katakan dulu, membuat rasa bencinya semakin bertambah.

"Naga, kamu ada urusan apa datang ke sini?" tanya Aziel, berusaha fokus dan tetap tenang.

"Saya mau mengajak Jessica untuk melihat persiapan pernikahan kami, Om," jawab Naga dengan tenang dan bibir tersenyum lebar.

Deg. Jessica yang sejak tadi diam dengan emosi menggebu langsung membelalakan kedua mata lebar, cukup terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Mulutnya hanya bungkam dengan tangan mengepal.

"Kalau begitu, kamu masuk dulu, Naga. Kita bicara sembari menunggu Jessica bersiap," ucap Aziel dan langsung diangguki oleh Naga.

Aziel menatap ke arah Bela dan tersenyum tipis. "Kamu juga cepat bersiap, Bela. Kita nanti sarapan bersama," kata Aziel dengan lembut dan langsung diangguki oleh Bela.

Naga yang mendengar hal tersebut hanya diam, menatap ke arah Bela yang sudah menjauh. Astaga, sebenarnya apa yang sudah dia lakukan sampai om Aziel begitu menyayanginya dan mengabaikan putrinya sendiri, batin Naga, cukup penasaran dengan cara Bela meraih hati calon mertuanya.

"Naga, ayo masuk," ajak Aziel, membuat lamunan Naga buyar.

Naga langsung menganggukkan kepala pelan dan melangkahkan kaki, memasuki rumah Aziel. Namun, saat berada di depan Jessica, dia kembali berhenti dan menatap lekat.

"Jessica, ada yang sedang kamu pikirkan?" tanya Naga dengan tatapan lekat.

Jessica yang sejak tadi melamun langsung menggelengkan kepala dan tersenyum tipis. "Gak ada, Naga. Kamu masuk dulu saja," jawab Jessica.

Naga hanya menganggukkan kepala dan kembali melangkah masuk. Mungkin Jessica sedang memikirkan apa yang baru saja terjadi. Bagaimanapun tindakan Aziel beberapa menit yang lalu pasti memberikan luka untuk kekasihnya, membuat Naga berusaha untuk memahami.

***