Suara pesan masuk kembali membuat buyar umpatanku.
Di layar android tertera nama Ando gereja. Umpatanku berubah jadi helaan nafas panjang. Nama gereja sepertinya bisa diganti dengan Ando-Sekolah Menengah.
Aku bingung haruskah aku angkat. Jelas dia seperti membohongiku atau bisa juga aku bodoh melupakannya padahal kami bahkan pernah satu kelas.
" Mella.", suara itu membuatku kaget bukan kepalang, jariku mengianatiku. Aku mengankat panggilan itu tanpa kusadari.
" Melaa, kamu dengerin aku kan?, tanya lagi suara itu saat aku belum juga membalas ucapannya.
" Hmmm, ya Ando?, aku mencoba biasa saja.
" Kamu sudah ingat aku?", ucapnya sangat ramah. Pertanyaan itu mengagetkanku.
" Arghhh.... dari awal ketemu di Gereja , jangan bilang kamu sudah ingat aku ya?, sahutku masih mencoba berdamai dengan perasaanku yang bercampur.
" Tidak yakin. Saat kamu duduk dibelakangku hari itu aku Cuma merasa kita dekat, nyaman. Percaya kan?", ucapnya singkat.
" Kamu ga nanya aku kenal kamu ga?", tanyaku padanya.
" Kelihatan jelas kamu ga kenal aku. Tapi kaget aku pas 2 minggu yang lalu Bram , dia mencoba memanggilmu saat aku dijemputnya di parkiran Gereja. Anyway kamu inget Bram ga?", tanyanya padaku.
Tak kujawab apa yang ia tanyakan. Bagaimana aku tidak ingat Bram. Bram itu slah satu cowo populer dimasanya itu. Aku tidak pernah tertarik dengan pria populer macam dia. Saat itu aku terlalu gila mengejar nilai, percayalah itu benar.
"Apa kata dia? Dia memanggilku?", dua pertanyaan itu yang kuucapkan untuk membalas ucapannya.
" Tidak banyak. Dia hanya memberiku tahu kalau kita teman sekolah. Serius, aku senang sekali saat tahu kamu mella. Hahhaha..... malu mengakuinya tapi aku sungguh senang saat itu. ", ucapnya dan ucapannya itu terdengan sangat bahagia.
Haruskah aku bahagia akan hal itu? Tak banyak yang bisa aku jadikan topik. Aku hanya bilang , " Juara ya kita pernah sekelas tapi tidak lagi saling mengenal. Tapi, tidak heran karena aku dulu gendut ya. Hahahhaha"
" Hahhaha..... aku juga sempat ragu saat Bram memberitahuku. Tapi seingatnya waktu itu, ia bilang kamu tidak pernah berubah. Dan kupikir kamu pasti tambah cantik, karena kamu itu cantik dan aku tak mengenalimu.", ucapnya.
Pembicaraan terus berlanjut seputar kami heran lenapa kami tidak saling ingat. Tapi semua itu tetap saja tidak membuatku nyaman. Aku terlihat sangat memalukan jika ada yang tahu apa yang terjadi.
" besok kemana Kamu?", tanya Ando .
" Ke proyek sebentar dan entahlah. ", itu ucapku singkat.
" Besok makan siang bareng ya. Kita harus banyak berbincang. Proyekmu di jalan apa? Kita makan di dekat tempat itu saja." , tuturnya.
" ok, see you then.. Anyway kayanya kita harus udahan dulu deh ngobrolnya. Sudah terlalu larut rasanya. ", putusku mengakhiri perbincangan.
Ia juga tidak memanjangkan kembali pembicaraan dan meng-iyaka kami akan ketemu besok untuk makan siang bersama .
Malam itu aku tidur setelah aku mengakhiri telepon itu.
Malam berlalu dan fajar menyingsing tahtanya. Tak banyak aktifitasku di pagi hari ini. Ini hari senin jalanan macet sekali. Aku memutuskan untuk berangkat ke proyek pukul 9.30 berharap jalanan sudah sedikit lengang.
Saat hendak bersiap aku ingat kalau nanti siang aku akan pergi makan siang dengan Ando. Maka, kuraih daun pintu lemariku. Ku ambil baju kemeja bunga berwarna rose dengan leher v dan kuraih celana rok yang menutupiku sampai bawah dengkulku.
Setelah mengenakannya aku jalan ke sudut kamarku untuk berkaca seluruh badan . Harus cantik dan tetap sopan. Setidaknya itu yang aku inginkan . Tetap sopan karena harus menjaga diri untuk ke proyek tetap santun apalagi bertemu tukang di proyek (ini untuk menjaga kesopanan mereka terhadap kita apalagi aku perempuan walau aku sedang cek proyek.
Tidak selang beberapa lama aku meraih kotak make-up yang sudah lama aku beli tapi tak pernah kusentuh. Aku meraihnya dan menggunakannya . riasan sederhana dengan sedikit perona pipi. Aku berhenti ketika riasanku sudah cukup sesuai dengan apa yang aku inginkan.
Setelah beres merias aku meraih lemari tas dan memilih tas yang akan kugunakan hari ini. Harus cantik dan sesuai dengan baju yang kukenakan.
Rasanya ini seperti kencan pertama . Padahal ini hanya makan siang teman. Kuyakinkan diri seperti itu.
Akankah Ando meyadari jika aku berdandan? Bahkan sebelum aku tahuaku tak pernah berdandan sekalipun walaupun akan bertemu dengannya di Gereja.
Setelah aku siap , aku meraih androidku dan memesan taxi. Kali ini aku tidak lagi menggunakan Ojek Online tapi menggunakan taxi. Ini supaya penampilaku tidak berubah saat melepas helm, ini tidak akan merusak kerapihan rambutku.
Sekarang pukul 09.28 saat aku sampai di proyek. Aku menuju sebuah meja yang ada di gazebo halaman proyek. Aku selalu duduk di gazebo itu sambil memperhatikan jalanya proyek hari itu. Aku selalu mengecek proyek setiap hari, bergantian tiap harinya tidak selalu di proyek yang sama tiap harinya.
Bagi sebagian orang apa yang aku lakukan itu membosankan . Tapi ini tidak se simple yang kamu pikirkan , karena aku cukup sibuk jika di proyek, dari memastikan material tetap ada sampai memastikan jalannya proyek sesuai desain atau memutuskan jika kondisi di lokasi tidak sesuai dengan gambar agar tetap tidak jauh berbeda dengan desainyang disepakati.
Singkat itu tentang pekerjaanku saat ini.
Tak terasa waktu sudah mendekati waktu makan siang. Kuraih androidku dan berkaca denga kamera, memastikan tetap rapi dan cantik menurutku.
Saat sedang berkaca, panggilan dari Ando masuk, dia bilang sudah dekat dan minta alamat persisnya.
15 menit kemudian ....
Mobil sedan itam itu parkir dihalaman dan aku berdiri tersenyum ke arahnya saat melihatnya. Aku menghampirinya setelah berpamitan ke kepala tukang.
Tidak berselang lama kami sudah sampai di sebuah kafe cantik yang terkenal dengan couple bingsu nya.
Ahhhhh...
Kafe ini tempat yang selalu aku ingin datangi. Aku pergi dengan ando. Ini cukup membuatku lupa dengan kekesalan kemarin. Kami memsan makan siang masing-masing dan setelah pramu saji bertanya apa ada pesanan lain, Ando bertanya apakah mau makan bingsunya. Tentu aku tersenyum meng-iya-kan.
Siang itu kami makan siang dan berbincang mengenai kegiatan kami masing-masing. Tidak banyak sampai ia bertanya apakah aku sudah memiliki pasangan.
" belum dapat yang sesuai , Do.", jawabku.
" Ga nanya sama aku kalau aku sudah punya atau belum ?", tanyanya
" Kan nanti kamu cerita juga. Bener ga?", ucapku sambil tersenyum.
" Ia juga sih. Aku mau ke poin nya aja. Aku disuruh pulang , aku juga ga mau menyia-nyiakan waktu. Aku mau serius, apalagi setelah tahu kita itu teman sekolah dan kita juga selalu beribadah bersama. Aku mau kita serius , aku tidak akan mengejar seperti orang gila, tapi aku mau jalan kita pertahap dan serius arahnya. Bagaimana menurutmu?", ucapan panjangnya cukup membuatku terpana dengan kejujuran yang ia ucapkan dengan lancar dan penuh pesona.
Tubuhnya yang tegap mengakhiri kalimatnya seraya tersenyum begitu manis.Aku seperti tersihir. Dan dengan tersenyum aku tak sanggup menolak tawaran prian ini. Tidak kenapa ia begitu indah.
"Mella, ini hari pertama kita ya.", ucapnya tersenyum sambil menaruh sendok ke tanganku untuk menikmati bingsu kami.