" Bawa baju sampai besokkan? Kalau kemalaman kita nginap saja disana, Bram tadi pengennya kita nginap. ", Ucapnya.
" Bawa , siapa aja sih yang ada disana?"
" Yang pasti sih Bram, Tedi mungkin ada juga. Sebenernya kurang tau siapa saja."
" Oh... Ada perempuannya juga kan?"
" Ada harusnya, minimal Erina , Pacarnya si Bram."
" Hmmm..... Ok deh..... Aku ga pernah ngobrol kayanya sama Bram selama ini dari jaman sekolah juga. Jadi, agak bingung sekarang. Takut ga asik. Hahhahha dia ga keberatan kamu bawa aku?"
" Ga-lah. Malah dia yang ngajak duluan tadi siang. Kalau kamu ragu kita ga jadi berangkat juga gapapa-loh."
" Gapapa, toh liburan kenapa harus ragu, Cuma takut ga enak suasananya. "
" Ok, yakin ya? Klo dah yakin kita berangkat nih."
" Ndo, harus ijin mamih dulu ni. Rasanya takut dia ga ngijinin."
Sebenarnya Mella saat itu ragu akan dapat ijin dari mamih , kalau ia pergi menginap di luar rumah. Tapi, Mella sepertinya menurut saja dengan Ando. Mella hanya meminta Ando untuk meminta ijin ke mamihnya sebelum berangkat.
Saat Mella meminta hal itu, Ando mengatakan bahwa ia sudah mengantongi ijin. Ia telah meminta ijin lewat mamahnya.
" Mamihmu? Its ok, aku dah minta tolong mamahku buat mintain ijin tadi. Dan sudah ok koq mamih."
" Serius?"
Mella Pikir hanya mamihnya yang dapat membuatnya tidak lagi harus ikut. Tapi ternyata tidak seperti dugaanya. Oleh karena itu, 30 menit setelah membereskan baju dan beberapa kebutuhan, mereka –pun berangkat ke tempat yang dituju.
" Ok, kita Otw ya. Sebelum kita berangkat, doa bareng dulu ya."
Sejujurnya Mella saat itu baru pertama kali diajak berdoa bersama. Selama ini bahkan keluarganya juga tidak pernah mengajaknya berdoa saat akan pergi .
" Ayo, mau-kan berdoa bareng? Ayo...", Ando melanjutkan pembicaraanya dan meraih satu tangan Mella dan mulai membuat tanda salib . Lalu mereka berdoa.
Setelah berdoa-pun mereka berangkat.
Perjalanan ke tempat permandian air panas 3 jam dari kota, itupun jika tidak macet. Jadi kemungkinan mereka akan sampai pukul 7 malam. Saat perjalanan tidak banyak topik pembicaraan yang mereka bicarakan, semuanya seputar bagaimana kepribadian masing-masing mereka.
Sejujurnya Mella saat itu masih ada keraguan yang cukup besar dengan Ando. Rasanya mereka jalan terlalu cepat. Ini baru saja hari ketiga mereka bersama. Seolah perasaan ini hanya miliknya saja.
" Juara banget ya aku bawa kamu nginep padahal ni belum ada seminggu juga kita jalan bareng.", ucapnya yang seolah sama dengan pemikiran yang Mella tanyakan dalam pikirannya.
"Juara bangetlah kamu. Tapi aku juga ga abis pikir mau ikut sama kamu.", sahutku.
" ya deh , aku ini yang tidak benar bawa pergi anak orang. Tenang aku tangung jawab, atau aku die tar sama mamah aku."
" Jadi, tanggung jawabnya Cuma karena takut die aja?", sahut Mella dengan muka cemberut.
" aishhh..... Ga gitu juga sih. Tapi serius sebenernya akutuh agak ngerasa kita cepet banget sih? Cuma perasaan sih gitu.", ucap Ando.
" Serius aku juga lagi mikir itu di otak, Rasanya agak ragu. Banyak keraguan sebenernya, ini jujur ya."
" Gila ya, tapi aku juga mikir yang sama. Mamih sama mamah ga mendorong kita aja rasanya cepet banget. Tapi, lepas dari itu aku bersyukur loh . senang dan ragu bersamaan.", ucap Ando
" Anyway aku juga mikir gitu. Tapi, aku ga tau kenapa aku menikmati 3 hari ini."
" Serius-lah kalau menikmati, jelas aku juga. Tapi, ini kayanya bentar lagi kita sampai."
" O ya? Sekarang sudah dimana ini?
" 1 jam lagi sih. Tapi, aku minta maaf ya ngajak kamu ketemu Bram dkk."
" Minta maaf?"
" iya, kamu kan ga gitu akrab sama mereka. Aku takut banget kamu sebenernya ga mau kesana. Mereka tuh kadang ga tau tempat kalau ngomong. Beneran gapapa kan?"
" Loh kenapa ragu pas sudah sampai sini?"
" Ya enggak, aku ga enak hati. Kalau jadi ga enak hati mending kita main sendiri aja. Ga usah gabung mereka. Ketemunya pagi aja.", ucap Ando.
" Serius? Gapapa gitu? Terus kalau kamu mikir itu, kita mau kemana?"
" Kesana juga, tapi kita ga usah seresort sama mereka, jadi kita ga perlu berlama-lama sama mereka. Kalau kamu mau tapi."
Mella sekarang merasa galau memang benar dia tidak nyaman dengan Bram dan teman-temannya. Tapi hanya berdua dengan Ando? Apa yang akan dilakukan Pria dan wanita jika hanya berdua. Cukup lama Ando menunggu Mella tidak menjawab juga.
Ando bertanya lagi, " Gimana? Mending kesana atau mau misah aja ni? Toh memang ini sudah malam jadi kita juga ga akan berbincang malam juga. Toh kamu kurang akrab, jadi mending misah aja gitu."
" Anyway terus kita nginep dimana? Nanti bilang sama mereka apa?"
" Bilang aja pagi kita nyusul. Jadi janjian aja buat makan siang bareng aja. Gimana?
" Dia ga akan mikir aku ngelarang kan?"
" Ah bodo amat dia mikir apa."
" serius kamu mau gitu aja? Ga akan nyesel kan ga jadi rendem bareng ma mereka."
" Its ok. Toh kita tetep bisa reneman air panas tanpa perlu basa-basi juga sama orang. Gimana? Kalau kamu mau , aku harus book dulu sekarang."
"Oh ok kalau gitu. Kita nginep di resort apa? "
Setelah Mella memutuskan untuk tidak ke tempat Bram, Ando meraih teleponnya dan menelpon sesorang dan berkata, " Ali, tolong siapkan kamar 0215 dan 0214 di resort Bunga malam ini , Dua kamar ya. "
" Ga usah Dua kamar , sekamara aja tapi minta twin bed ya.", ucap Mella.
Mimik muka Ando sedikit kaku sambil meneruskan pembicaraan di Ponselnya.," HMmm ok kamar 0214 saja, siapkan ekstra bed ya. "
Suara di ponsel itu seperti terkejut saat Ando meminta ekstra kasur.
" Kamu gapapa, kalau kita sekamar? Kamar ini bukan twin bed jadi akan menggunakan ekstra bed saja. ", ucap Ando ke Mella.
" Gapapa-lah, sayang juga . Apalagi kita nginep di Resort Bunga. Kamu ga mikir yang aneh kan ?"
" Justru aku mikir aneh karena kamu minta satu kamar. Untung aja kamu kasih keterangan twin bed."
" ya kali. Lebih ke percuma pisah kamar toh kita kan ga sama siapa-siapa lagi jadi sedih juga kalau sendiri di kamar selain itu boros Ando.", Ucap Mella dengan ekspreksi sedikit canggung.
" Ya ok, 15 menit lagi kita sampai kesana. Sebenernya kamu ga nanya aku tuh kerjanya apa ? ", tanya Ando
" Kamu bakal cerita kan? "
" Jadi mau tahu sekarang apa ga?"
" Kalau mau cerita sekarang bisa juga koq, klo Ga kita masih punya waktu yang panjang."
" Kamu terlihat sangat berani Mella, kamu ga takut aku ngapa-ngapain kamu?"
" Kamu emang mau ngapain? Paling kalau iya aku tinggal nangis-nagis sama tante Astrid terus ya sudah deh kelanjutannya..." ucapan Mella terpotong dengan bunyi telepon dari ponsel Ando.
" Ya mah."
" Ya jadinya di Bunga aja, toh ga gitu enak sama Bram. Ando ga akrab-akrab banget. "
" Tenang , besok tetep ketemu dan ngomongin kerjaannya besok saja. Gapapakan?"
Setelah ucapan itu Ando setelahnya hanya menjelaskan bahwa mamahnya harus percaya mereka akan saling menjaga diri. Tapi ada kalimat mamahnya yang sedikit membuatku kaget ' ayolah aku tahu anak muda jaman sekarang, aku tahu itu anak nakal. Anak nakalku sudah besar , jangan lupa pakai pengaman. ', itulah ucapan Tante Astrid ke Ando, anaknya.
Dengan muka agak memerah Ando hanya tertunduk dan berdalih bahwa mamahnya itu kotor sekali pikirannya.
" Mamah ih.... Bersihin tuh pikiran, kami ga akan ngapa-ngapain. Ini pure karena Ando sama Mella ga nyaman kalau bareng Bram lama-lama. Toh bukan pure main juga sama Ando. Ando ga akan kuat kalu harus dengerin bualan Bram lama-lama. Sudah ya mah see you. Anyway mamah bilang Mamihnya Mella ga jadinya ga sama bram?"
' Tidaklah, mana ada aku berani bilang dia kalau anak perempuannya akan tidur dengan anakku berdua malam ini. Kamu pikir aku gila?', ucap mamahnya Ando.
Setelah pembicaraan itu panggilan di ponselpun selesai. Bertepatan denga panggilan berakhir, Ando dan Mella sudah sampai di lobby Resort Bunga.