Chereads / Nyanyian Angin / Chapter 12 - Bertemu Teman Lama

Chapter 12 - Bertemu Teman Lama

Bertemu Teman Lama

Malam Kemarin Mella akhirnya tertidur dipelukan Ando. Tidur yang sangat pulas setelah malam yang canggung.

Pagi hari Mella bangun dan ia masih dalam pelukan Ando Ia malu ia justru tertidur semalaman dengan pulasnya yang tersisa kini hanya malu dan perasaan kasihan pada Ando. Ia yakin lengan Ando pasti lelah menjadi bantal kepalanya. Ia menyadari sudah beberapa bulan melihatnya  atau bahkan sudah menjadi kekasih Ando beberapa hari ini, Mela merasa wajah itu sungguh tampan, garis mukanya yang tegas memberikan rasa aman selain tubuhnya yang gagah. Saat itu, ia merasakan lengan Ando bergerak dan gerakan itu justru menariknya lebih dalam masuk ke pelukan Ando. Seketika tubuh mella membeku dan beberapa detik berikutnya justru mella juga memeluk Ando dan membenamkan mukanya di dada Ando.

Sebaliknya Ando sebenarnya juga sudah bangun daritadi, lengannya sudah sangat pegal. Saat ingin menggeser lengannya , Mella malah terbangun dan iapun langsung memejamkan matanya. Iapun tertawa dalam batinnya. Ia tidak menyangka kalau ia bukannya mengucapkan selamat pagi tapi malah menghindar. Ia merasakan ada pandangan mata yang tak lepas menatapnya sekian lama. Ia hanya dapat mengeratkan pelukannya , Namun setelah melakukannya Ando merasakan Tangan Mella juga memeluknya dengan hangat lalu membenamkan mukanya di dadanya. Gerakan Mella ini membuat Ando tidak lagi menahan senyumnya  seraya mengacak rambut mella .

Mendapati Ando melakukan sesuatu , Mella membeku dan malu yang justru membuatnya semakin mengeratkan pelukan karena ingin bersembunyi.

Sebaliknya Ando hanya tersenyum dan segera meraih ponselnya. Ia melihat waktu di ponsel dan membuka kamera dan ia malah mengabadikan momen mereka berdua tanpa mella sadari.

"Ando , kenapa difoto? Nanti kalau ada yang lihat nati mikir yang engga-engga loh.", protes Mella.

"kan Cuma buat di galeri aja , Mella sayang", jawaban yang tentu saja membuat Mella tersenyum malu.

" Actually , ini udah siang sayang. Gimana kalau kita siap-siap Bram sama yang lain dah nunggu."

" sebenernya ada apa sich ketemu dia? Kepo nih aku"

" Ketemu teman saja, sekalian demi kontrak kerja sama hotel dan persahaan bokapnya. "

" Oh,sekalian ya?"

"Iya, kamu ga nyaman? Kalau ga mau ikut gapapa, nanti aku kesini lagi. ", tukas Ando sambil tetap memeluknya dari belakang.

" it's ok. Aku ikut saja. Toh mana enak ga ketemu, dia kan udah tahu aku sama kamu. ", jawab Mella sambil membalikkan badannya dan tersenyum menatap Ando.

" Sekarang lepasin dulu ni tangan, mau mandi terus siap-siap aku.", ucap Mella sambil melepas pelukan Ando dan berjalan ke kamar mandi.

60 menit kemudian.

Ando an Mella sudah berada di tempat parkir sebuah resort permandian air panas yang tidak kalah menakjubkan. Ya tempat ini merupakan tempat teman mereka, Bram dan lainnya berkumpul dari semalam.

Kami berjalan dan berhenti di  resepsionis dan kami iantarkan ke tempat dituju menggunakan mobil golf.

Sampai di sebuah cottage kecil yang cukup untuk 8 orang. Cottage mewah yang dilengkapi area rendam pribadi dengan area barbeque. Tidak seromantis tempat kami bermalam, tapi ini nyaman.

Kami masuk ke area taman samping tempan berendam. Di tempat itu kami disambut hangat dengan pandangan genit bram dan beberapa pasang mata lainnya.

" Bro, ampir aja kita tinggal", ucap Bram

" Sori, kesiangan ni kita.:, ucapku seraya menyesalinya di detik berikutnya.  Betapa menyesalnya aku menjawab, pandangan mata itu sungguh membunuh karakter. Tanpa bisa dijelakan mereka membuat asumsi sendiri. Semakin dijelaskan semakin rumit.

" Hahhaha.... Sori jadi pada nunggu. ", ucap Ando menambahkan sambil mengacak rambutku dan tertawa dengan lepasnya.\

" Jadi ngapain saja semalem sampai telat?" , sungguh aku tidak tahan dengan mata usil bram.

" Sttt.... kepo banget sich. Anyway laper nih mana makanannya?", ucap Ando mengalihkan sambil jalan kearah meja makan dan mencicipi sandwich tuna di meja yang entah miliki siapa.

" Yang,kenapa berdiri saja disitu. Sini duduk samping aku, ga usah dipeduliin tuh si bram. ", lanjut Ando sambil meneruskan makannya. Dan akupun jalan duduk disampingnya.

Kami semua akhirnya duduk dimeja yang cukup besar itu bersama dengan yang lainnya. Rasanya ini baru kusadari kalau  liburan singkat ini liburan pasangan. Semuanya juga teman kami saat SMA.

Bersenda gurau selama sarapan dan dilanjutkan dengan perbincangan serius Ando dan Bram di ruangan lain . Sedangkan kami tetap saling bercengkrama di taman sambil aku duduk merendam kakiku di samping kolam rendam.

Tidak banyak yang diperbincangkan denganku karena aku memang tidak dekat dengan mereka.

Rasanya seperti aku berada di tempat asing yang seolah aku baru mengenal mereka. Sejujurnya tempat indah ini ingin cepat aku tinggalkan. Aku harap Ando dan Bram cepat selesai urusannya.

Ditengah pergumulan batinku,

" Mell, Kamu sama Ando sudah lama?", tanya sanny salah seorang dari temanku.

"belom lama, Sann. "

" Dia kelihatan sangat berbeda sama terakhir dia main sama Bram. "

" O ya? Kurasa dia selalu seperti itu. Saat ketemu tante Astrid juga gitu. Ga ada bedanya."

" hmmm, kamu udah ketemu tante Astrid? Dia terkenal jutek. Gimana dia?"

" Biasa saja koq, tante astrid kemarin malam nelpon juga biasa aja." Timpalku. Yang dibalas dengan tatapan heran dari lainnya.

" Juara birarti kamu sudah dapet lampu ijo tuh mel. Hahhaha...." , ucap Anita pacar Bram.

" ...." , aku hanya mampu tertawa garing.

Dari perbincangan selanjutnya aku tahu kalau Ando itu anak semata wayang tante Astrid. Ya setelah kakanya meninggal karena kecelakaan tiga tahun yang lalu. Bahkan dari pembicaraan itu aku tahu kalau Aurel sahabatku sangat menyukai Ando. Lebih tepatnya Aurel disuruh orang tua nya untuk mengejar Ando walau itu hanyalah sebuah bisnis semata.

Bagaimana mungkin Aurel tidak pernah cerita apapun denganku tapi mereka mengetahuinya rinci. Ada perasaan aneh saat aku mendengarkan mereka bercerita tentang Aurel yang melakukan segalanya agar bisa bersama Ando. Hal ini menydarkan aku kalau aku tidak tahu apa-apa dan aku bahkan sahabatnya.

Tidak berselang lama Ando dan Bram kembali berkumpul bersama kami dan suasana tampak lebih bersahabat . Tapi tidak dengan hatiku. Ando sepertinya menyadari itu.

Ando melangkahkan kakinya padaku dan memelukku dan bertanya apakah aku sehat. Aku  masih terdiam dan hanya mampu memintanya untuk membawaku pergi dari tempat ini. Sungguh tidak nyaman.

" Bro , kita jalan duluan ya. Takut kemaleman ni. ", ucap Ando ke Bram dan teman-teman lainnya.

"eh cepet amat. Makan siang juga kita balik kenapa ga bareng aja. ?"

"Next lah sekalian kita yang traktir . Gimana?"

"ok Bro, ditunggu traktirannya. "

" Btw Bro, gue minggu lalu ketemu Aurel.", celetuk Anton. Sunny yang membaca ekspresiku seraya mencubit lengan Anton.  Tapi sayangnya mood ku semakin buruk rasanya. Ando yang ada disebelahku memeluku semakin erat. Aku harap ia akan menjelaskannya. Tapi batinku juga tahu itu tidak penting.

Ya setelah hal itu kami berdua berpamitan setelah sedikit bercengkrama karena tidak ada habisnya obrolan mereka setiap kami pamit, walaupun hal itu sedikit berhasil memperbaiki moodku saat itu, karena saat di dalam mobil kami tidak saling bicara, tepatnya aku yang membuat suasana kurang baik.