Chereads / Nyanyian Angin / Chapter 13 - Sahabat Wanita , Satu Pria Idaman

Chapter 13 - Sahabat Wanita , Satu Pria Idaman

Sahabat Wanita, Satu Pria Idaman

Di dalam mobil.

Mulai dari tadi kami masuk ke mobil sampai saat ini kami makan siang di hotelku, tempat kami bermalam. Aku sebenarnya kurang paham kenapa hati perempuan begitu mudah berubah. Rasanya hanya kurang dari satu jam aku tinggal dia dengan yang lain. Tapi, Mella pacarku ini sudah berubah menjadi kue odading yang manis tapi tembam tak bersuara.

" yank, kamu mau makan yang lain atau gimana? Daritadi kamu ga makan Cuma aduk-aduk sup sampai keruh gitu.", tanyaku khawatir tapi takut salah.

" hmmm....." hanya itu jawaban yang dia ucapkan.

"kamu kenapa sih?" tanyaku lagi, diamnya dia sungguh mengusik pikiranku.

" Gapapa Andoku....", jawabnya dengan cukup ngegas ucapannya. Sungguh aku tak paham apa yang ia pikirkan. Kata gapapa ini rasanya bukan real. katanya jika wanita bilang seperti itu artinya ada sesuatu. Tapi apa sih, kalau tau akan seperti ini kayanya mending tadi kutinggal dia jadi ga akan tuh dia diem gini abis ketemu mereka.

" Ando, ini tentang Aurel.", lanjutnya. Ah tidak ini karena ucapan antonkah? kenapa nama Aurel selalu mengusik hidupku. Wanita itu memang dahulunya aku yang suka. Tapi, ini saat kami SMA. Saat itu , wanita itu hanya melihat kakakku.  Jika saat itu Ia melihatku , mungkin kami akan bersama. Tapi , nyatanya wanita itu hanya melihat Kakakku. Bahkan mereka sudah bersama dan keluargaku dan keluarganya sudah menyusun hari pertunangan. Pertunangan yang Kakakku inginkan kendati Mamah tidak menyetujuinya.

Aurel, ya wanita itu melihatku karen aku saat ini pewaris hotel dan neberapa perusahaan ayahku. rasanya wanita ini parah banget suka sama kedudukannya. dipikir-pikir kasihan kakakku yang justru tulus smaa dia.

Aku hanyut dalam lamunan saat mella berucap kedua kalinya. " Ando, kamu kenapa diem aja? Kamu ga denger aku?", nada bicaranya tidka lagi ngegas tapi kali ini matanya seperti penuh pertanyaan dan kecurigaan.

"maafin aku yank. Bisa kamu ulang ga tadi kamu ngomong apa?", jawabku yang makin membuatnya bertanya dna curiga.

" oke , lagian ga penting juga. Ini tentang Aurel. Kamu inget dia?", dalihnya untuk menghindari konflik. mata ini jelas kukenali.

" Ingat. Kenapa dia?", tanyaku mencoba biasa aja.

" aku tadi denger dari anak-anak sesuatu yang sangat ganggu otakku. Hmmm aku rasanya ga percaya tapi nyatanya ini ganggu aku.", tanyanya

" Kamu dapet cerita apa?", dudukku rasanya kurang nyaman apalagi saat melihat sorot matanya yang curiga.

" Mungkin kamu yang mau cerita. Aku mau aku percaya sama kamu. Ya kali baru berapa hari kita udah ada ribut kan mana keren.", ucapnya sambil tertawa begitu manis tapi tersirat rasa tak percaya didalamnya.

" Aurel, anak teman papahku.  Sebenernya aku ga tau harus ngomong darimana ya ceritanya. ", sungguh kau g mau cerita tapi kayanya mereka bersahabat baik, jadi aku mending cerita dariapda dia denger versi Aurel yang entah akan dibumbui apalagi.

" Apa ada hubungan kamu sama dia?",tanyanya yang membuatku semakin gugup.

" Jelas ada. Dia itu dulu calon tunangan kakakku, Radit. Ya keluargaku sih sebenernya ga pernah serius setuju tapi ka radit suka banget sama dia. Terus...", rasanya aku sulit meneruskannya.

" terus?", tanya Mella. mata penasarannya itu imut, tapi nyatanya ini membuatku ragu meneruskan ceritaku.

" Ya terus tiba-tiba seteleah kakak ga ada dia ma keluarganya ngilang aja gitu, sampai taun lalu tiba-tiba kita ketemu di pesta nikahan salah satu teman papah juga. Minggu depannya papahnya tiba-tiba hubungin papah dan ngajak makan malam. Ya singkatnya pas makan malam itu kita makan malam, Aurel juga datang. Malam itu papahnya ngobrol bisnis sama papahku . Sedangkan aku dan aurel berbincang sambil jalan malem. Di malam itu ternyata papahnya minta papahku untuk menunangkan kami. Saat itu juga Aurel bilang sama aku kalau dia mau tunangan sama aku. Kamu tapi percaya kan sama aku?"

" kamu sama papah kamu jawabnya apa?",tanyanya.

" ya jelas papahku sih jawabnya gimana anak-anak. Tapi aku jelas jawab aku ga bisa. Tapi, beberapa hari berikutnya dia malah nyebarin kalau kami sudah bersama. Terus ya aku protes dong sama papah dan ternyata pas aku telpon papah , papah lagi sama papahnya yang kontan marah. Ya terus gitu deh harga saham papah langsung anjlok hari-hari berikutnya. Ini soalnya papanya dia batalin kerja sama. ", jawabku sejujur-jurnya.

" terus sekarang gimana dong?", mata curiga itu sudah tidak ada tapi aku jadi sedih melihat dia penuh rasa sedih.

" Tenang saja yank, aku ga akan sama dia. Sekarang aku harus ambil alih usaha papah. Papah kasihan kalau harus sendirian ngurus semua ini. ",menenangkan dia.

" Kamu tahu kalau aku sama Aurel sahabatan dari SMA?", nah kan dia bilang mereka sahabatan.

" Iya. Dari SMA aku tau kalian selalu bareng. Kamu ga mikir buat udahan sama aku kan gara-gara ini?", jelaslah aku tahu toh aku dulu emang naksir Aurel.

" Ando, gila aku ga kepikiran ke arah sana. Tapi, aku kecewa aja sama Aurel .", kali ini ia bicara dengan mata kecewa dan mata curiga itu sudha hilang sepenuhnya.

" Kenapa?" , tanyaku.

"Ya kamu bayangin deh aku tuh kayanya bukan siapa-siapa buat dia. Buktinya dari SMA aja aku ga tau tentang Kak Radit sama dia. Ditambah dua nyebar berita pertunangan juga, aku ga tau. Sedangkan Dia tahu aku cerita semuanya tentang kamu sama dia. ", ucapnya yang justru membuatku bertanya apakah dia percaya aku atau dia akan melakukan apa..

" Ya mungkin karena dia tau kamu sama aku.", ah lidah ini bicara yang tidka tepat.

" Tapi , aku ga pernah bilang kamu siapa sampai minggu lalu.", jelasnya.

" Serius? Tapi dia tahu loh kamu sama aku sering ketemu di Gereja. ", tukasku.

" Serius? Jad dia tahu tentang kita dari Awal?", nah kan dia tanya balik lagi.

"entahlah... tapi yang jelas mending kita ga usah bahas dia deh. Aku tuh ga mau dia aa diantara kita. ", serius aku sudah takut slah bicara dan malah bikin makin runyam hubungan yang baru ini.

"...." , Mella tidak menjawabku , dia hanya memandangiku dengan sejuta pemikirannya yang aku ga paham.

Aku tidak lagi bicara apapun , dia juga. Aku menggeser kursiku kesampingnya dan memeluknya dan meraih kepalanya dan kudekap didalam dadaku. Entah apa yang dia pikirkan tapi mungkin aku juga yang salah tidak bicara tentang Aurel ke dia. Tapi kami juga belum lama bersama . Jika aku cerita dengannya dari awal aku takut ia hanya akan menjadi orang lain untukku. Bagaimana tidak Aurel dan Mella bersahabat . Masa aku harus cerita ke dia kalau sahabatnya ingin bersamaku , bahkan minta bertunangan dengan aku, yang notabene calon pacarnya.

Tiba-tiba Mella mengatakan," Ando, sayang. Kamu serius ga ada apa-apa kan sama Aurel?"

" Iyalah Ga ada apa-apa. Dari Awal juga harusnya dia kaka iparku.", jelasku.

" Bukan Aku yang rebut kamu dari dia kan?", mella aku sudah mulai tidak tahan dengan ucapanmu.

"Mella, sayang. Kamu tuh ga rebut aku. Siapa juga dia. Lagian akutuh punya pikiran dan rasa ga mungkin aku disamain kaya barang gitu.", sejujurnya aku agak tersinggung dengan ucapan Mella seolah aku ini barang, tapi ya mau gimana lagi. Toh emang kenyataanya aku dari awal udah suka sama dia.

" Mella, dengerin aku ya. Aku sayangnya sama kamu. Kali aku sama dia ngapain juga aku ke gereja menggumimu selama ini tapi aku sama dia. Serius. Jangan mikir apa-apa lagi ya yank. Hubungan yang dia sebar ke anak-anak itu pikirannya sendiri dan aku ga mau sama dia.  Atau gimana caranya supaya kamu percaya sama aku?", kuharap kamu tidak melanjutkan topik ini lagi mella.

Mella hanya tersenyum dan kembali dalam pelukanku dan mengatakan, " tetaplah bersamaku, walaupun ia sahabatku tapi kamu priaku. Ingat itu."

Kami pun berpelukan cukup lama dan menikmati malam sambil berbincang tentang masa SMA kami.