Tak terasa bulan sudah menaiki tahtanya. Angin malam sudah menusuk kulit. Aku baru saja menyelesaikan kegiatan beres-beresku.
Aku ingat di androidku tertulis pukul 21.18. waktu yang tidak kurang untuk menikmati indahnya langit malam. Bulan memang tidak penuh tapi ini cukup menghiasi langit malam seusai hujan.
Hari ini, hari sabtu. Untuk aku bukanlah hari spesial memang karena aku tidak bekerja. Setiap harinya aku bermain , tapi tidak seperti hari-hari sebelumnya malam minggu ini aku begitu menyesali keberadaanku di atas kasurku ini.
Kupandangi kamar yang kenal dengan gaya oriental ini, ukurannya tidak besar tapi cukup besar dan dapat dilihat sebagai unit apartemen studio. Kamarku ini bahkan memiliki kompor listrik yang membuatku mudah jika lapar.
Tak kusadari mataku terpejam dan hilang membawaku ke alam mimpi.
Ya aku bermimpi.
Hahahaha....
Sepertinya aku sedang duduk bersama seseorang yang tak kukenal, tapi ia begitu hangat dan menyejukkan saat berbicara. Setidaknya itu yang aku ingat dari mimpiku malam itu. Tentu tak ada artinya karena itu hanya bunga tidur.
Dalam mimpi itu aku bersama dengan pria itu duduk dan menikmati malam . ketika sedang menikmati malam , ada satu kejadian yang lebih tepat sebagai kerusuhan berlarian kulihat ke berbagai arah sampai tidak kupahami mengapa ada mereka yang ada di depan jendela kamarku. Entah bagaimana pria itupun ikut hilang seolah mereka semua hanya halusinasiku.
Seketika itu aku terbangun dan hatiku terasa begitu kosong. Hal ini membuatku takut akankah aku mengalami syndrom takut sendiri. Ya aku pikir itu alam bawah sadarku, kalau aku sudah mulai ingin seorang teman. Minggu lalu Heni , mengirmkan sebuah artikel yang membahas ketakutan-ketakutan yang biasa di alami seorang wanita single di umurnya yang menginjak 25 tahun. Awalnya itu bukanlah masalah untukku. Tapi rasanya hal itu sudah merasukiku. Bagaimana tidak, aku mimpi buruk dan seoalah berkata aku bukan ingin tapi butuh.
Setelah mimpi singkat dan lamunanku berakhir, aku memaksa tubuhku bangun dan mandi sebelum melanjutkan tidurku. Setelah mandi aku tertidur dan mimpi itu terulang kembali.
Pagi harinya ,
Aku bangun dan mempersiapkan diri untuk ke Gereja, aku selalu ke gereja yang agak jauh dari tempatku. Aku selalu duduk di tempat yang sama selama beberapa bulan ini dan selalu di jam yang .
Hahhaha.....
Aku selalu duduk di depan seorang pria yang sama selama berbulan- bulan ini. Kami selalu misa bersama tanpa saling betegur sapa. Mungkin untuk beberapa orang aku aneh. Aku bahagia selama aku melakukannya. Ia pun selalu duduk sendiri sama sepertiku. Pria dengan perawakan cukup tinggi, beramut pendek rapi dengan lesung pipit di pipi kananya, begitu manis.
Hari minggu ini, aku tidak melihatnya. Ini cukup membuatku bertanya. Apalagi setelah mimpi itu, walau aku tak ingat siapa pria di mimpi itu.
Hari itu aku bertanya mengenai organisasi mudi Katolik, kupikir aku perlu lingkungan baru. Dan setelahnya aku masuk ke ruang Adorasi . di ruang itu tak kusangka , pria itu berada disana, mukanya begitu kusut . akupun hanya melihatnya dalam tanya, tapi akupun berdoa untuk diriku yang lebih baik.
Berbeda dengan sebelumnya aku berdoa tidak khusuk dan was-was ia akan selesai duluan dan meninggalkanku. Aku butuh tahu namanya, itu pikirku.
Dan...
5 menit berselang ia bangkit berdiri dan keluar ruang. Aku tidak mungkin langsung berjalan karena aku terlalu malu dan lagi terlalu mencolok saat itu. Ku lihat dari siluet pria itu sedang menulis permohonan doa di meja. Aku menunggunya. Ini karena privasinya ya. Setelah cukup lama menuggunya selesai aku keluar dan menulis di buku daftar pengunjung ketika aku melihat sebuh notes kuning. Kurasa kertas itu milikku. Kupikir itu pesan untukku.
' Maaf Mella, aku pikir kita akan sulit misa bersama lagi. Aku senang sekali punya seseorang yang menemaniku saat misa. Tapi aku harus pulang ke kampung halamanku, di Kota S. Kuharap kita bisa bertemu dan saling berbicara tidak hanya seperti selama ini. Kamu bisa menghubungiku di no 082xxxxxx . Ando' itulah kalimat yang ia tulis di notes itu.
Aaaaaa....
Dia tahu namaku.
Selama ini ia tahu namaku. Aku tersenyum dan semua yang kutanyakan terjawab dalam satu notes. Senyum ini ada sekaligus mejadi satu tanda bahwa ia tak akan lagi berada bersamaku selama misa.
Haruskah kusimpan nomor di kertas itu?
Seriuskah ia dengan notes itu?
Kenapa ia tak pernah mengajakku berbincang selama ini?
Mengapa ia tak mengatakannya langsung?
Hahaha...
Sekali lagi aku kehilangan seseorang yang aku butuhkan. Padahal aku baru saja berani mau menyapanya.
Seelah membaca dan menulis permohonan dan memasukkannya ke dalam kotak permohonan, aku pun pergi memakai sepatuku seraya melangkah keluar dengan perasaan yang tidak cukup jelas ini.
Kisah cinta yang miris, atau kisah cinta yang layu sebelum berkembang?
Hahaha aku berjalan tidak cukup semangat, apalagi kalau mengingat lusa aku wawancara.
Hahhaa , orang mungkin senang jika ada panggilan wawancara tapi ini tidak denganku.
Saat aku berjalan menuju gerbang , aku terdiam di depan sebuah mobil. Jendelanya terbuka dan seolah ada tatapan diari kursi kemudi itu. Ya, Ando yang duduk di kursi itu dan memandangiku. Cukup lama sampai aku tersadar tatapan itu begitu hangat. Selama beberapa bulan ini, ini pertama kalinya kami bertatap di luar misa. Sapaannya menggetkaku.
" Mella, mari kita pulang bersama." , rasanya aku ingin sekali bilang iya . tapi aku bingung aku hanya tersenyum dan diam saja saat dia keluar mobilnya dan mendorongku masuk ke mobil. Seketika hanya ngeri yang kupikir.
Di dalam mobil ia tak banyak bicara . ia menanyakan alamatku, dan aku mengucapkan alamat orang tuaku. Ini karena rasa ngeri yang menyeruak dipikiranku.
Harusnya aku bahagia jika ia dan aku mulai ke tahap saling bicara. Tak banyak kami bicara, tapi ia membuka obrolan dengan ,"aku tak akan minta nomormu, tapi kamu bisa menelponku jika ingin kita lebih mengenal."
"O...aku mau tanya, darimana kamu tau namaku?" sambil menatapnya penuh tanya
"Kita sudah beberapa bulan melakukan aktivitas yang sama. Setiap pagipun kita selalu bertemu setiap kita berdoa pagi di ruang Adorasi. Aku melihatmu menulis namamu di buk pengunjung. Maaf jika aku membuatmu takut."
"kamu juga, berdoa di ruang adorasi setiap pagi?"
" Tentu, aku selau melakukannya . setidaknya aku dapat melihatmu."
"serius? Kenapa ga ngajak ngobrol?"
"bahkan kamu ga pernah nyadar aku ada disampingmu setiap pagi."
Hanya kaget yang kurasa. Adakah ini salahku?
"Mella, maaf aku ingin melakukan ini lebih lama . bahkan setiap harinya. Tapi aku ditelpon orang tuaku untuk pulang ke kota S. Kondisi ayah tidak cukup baik dan aku harus membantu mereka. Aku putra merka satu-satunya. " lanjutnya.
"akankah kamu tidak akan kembali ke kota ini lagi?"
" aku akan berkunjng tapi rasanya sulit untuk menetap lagi. Tapi kuharap kamu mau memberiku ksempatan. Aku menunggumu."di akhirinya kalimatnya dan tersenyum sembari memberitahuku bahwa telah sampai ke rumah orang tuaku.
Akupun berterima kasih sambil meminta androidnya yang selanjutnya kuketikkan nomorku dan berkata, " kurasa besok akan menarik, terima kasih dan sampai ketemu lagi." Sambil keluar mobil dan menutupnya dengan senyuman.
Aku tak tahu itu langkah yang tepat atau bukan.
Adorasi merupakan suatu devosi dan tindakan sembah sujud sebagai tanda penghormatan akan Tuhan tritunggal yang ada pada agama Katolik Roma, Anglo-Katolik dan beberapa tradisi Lutheran.