Sore itu langit senja begitu indah. Cahaya yang terpantul begitu menyilaukan mataku, sampai aku terbangun walau rintik hujan masih belum pergi.
Kamarku ada di lantai 2 rumah ini. rumah dua lantai yang ada di salah satu jalan jantung Kota Kembang. Rumah ini kental dengan gaya Tionghoa baik dari arsitektur maupun interiornya. Hanya ada satu kamar di lantai 2 ini, ya itu kamarku dengan jendela kaca berderat sepanjang dinding luar, indah dan juga panas saat terik tapi tidak hari itu.
Beberapa hari ini hujan terus datang tiap hari, membuat hari-hariku cukup indah sebagai pengangguran. Aku selalu berkata "Aku koq ga dapet2 kerja ya." , padahal selama ini aku memang tidak pernah melamar kerja.
Keluargaku tidak pernah menuntutku bekerja, ya setidaknya itu membuatku nyaman, apalagi teman se-gengku memang bukanlah pekerja. ku ucap aku seorang freelancer interior dessign, tapi prakteknya aku tak punya job itu.
Ada sich, tapi tidak banyak.
Selama ini aku bekerja magang tapi akan selalu berhenti jika disodori kontrak kerja, setidaknya itu alasammya, tidak cukup logis untuk orang tapi buatku komitmen sangat penting sampai aku harus berpikir masak-masak untuk setiap halnya.
Kembali...
Matahari senja sore itu walau silau tapi terasa hangat. ku lihat jam di androidku menunjukan sekarang sudah pukul 16.15 ,sebentar lagi drakor favoritku mulai. akupun bergegas turun ke lantai 1, saat hendak menunggu drama itu mulai.
Androidku berdenting.....
bip.....
bip....
bip....
setidaknya 3baris chat masuk dari Rita. Kuintip 3bar chat itu lewat notif, ah kurasa malas karena itu seputar pencarian kerja. Kupikir dia paham aku bukan pekerja.
Nyatanya 15 menit setelahnya tetap kubuka,
" Mella, lagi apa kamu ?"
"mel, aku barusan dipanggil interview, di Plaza I . Tapi, kan kamu tahu kalau aku sekarang lagi di T. apadayaku, aku harus menolaknya. Tapi mereka memintaku merekomendasikan orang, kupikir aku bisa merekomenkan kamu. kami berminatkah? notes: itu tempat yang cukup bagus"
"mel, ini kesempatan bagus untukmu. cobalah jika sempat. "
kira-kira itulah pesannya. dan entah mengapa aku mulai berpikir tapi masih hanya seputar berpikir. Nonton drakor pun sangat tidak asik sore itu.
2 minggu berlalu.....
26 juni 2015
Sore itu ,sama rasanya seperti waktu lalu. Senja indah yang kumanfaatkan dengan membuat portofolio , siapa tahu aku besok akan melamar pekerjaan. Tawaran Rita dua minggu yang lalu sudah tidak lagi kupikirkan . Aku hanya membuat tanpa tujuan yang jelas.
tak terasa bulan sudah naik, dan jendela kaca juga belum aku tutup tirainya, saat portofolio baru selesai aku bermalas-mlasan di kasurku. waktu itu pukul 20.00 , tiba-tiba....
kring....
kring....
kring....
(sebenarnya nada deringku lagu k-pop yang favoritku).
dengan semaangat aku angkat saat Rita menelponku via chat.
"halo"
"Mellaaaa , sedang apa kamu? apa yang kamu pikirkan?" sahut suara itu seperti sedang menebak ke gundahanku hari itu. Suaranya ringan tapi seperti sedang mengadiliku.
"Rit, aku ga ngapa-ngapain. ini aku lagi tiduran. kenapa nanya aku lagi mikir apa? yang jelas aku ga akan mikirin kamu." sahutku sambil terkikik.
Bukannya membalas candaanku, Rita meninggikan suaranya, " Kamu ga respon pesanku 2 minggu lalu, apa yang kamu pikirkan. tidakkah kamu sayang membuang kesempatan yang ada?! aku sudah bilang itu tempat yang cukup bagus, aku pikir dengan kemampuanmu , kamu pasti bisa. aku sudah gila merekomdasikanmu tapi kamu tidak juga mengirim lamarn kerja."
"Kuikir kamu hanya memberikanku info, tanpa harus kurespon , dan lagi aku ga bales pesanmu karena kupikir akan kubalas tapi aku lupa. sudahlah lagi pula mungkin sudah diambil orabg kerjaannya, huft aku tidak dapat kerja lagi." dalihku hari itu, aku tipe orang yang tidak mungkin tidak membalas pesan tapi entah mengapa dua minggu lalu aku malas menjawabnya seolah tidka ada chat itu
"kamu itu aneh ada kesempatan tapi kamu malah membuat kesempatan itu berlari. pekerjaan itu belum ada yang menempati. aku tidak mau tahu hari ini kamu kirim lamaran dan portomu!" , suaranya melembut dari sebelumnya kendati diakhiri kalimat perintah.
Aku tidak pernah marah kalau Rita melakukan itu padaku, aku selalu merasa ia seperti kakaku yang membuatku aman jika pergi keluar malam hari juga dia . Aku juga pernah berdebat dengannya bahkan sampai aku malas melihatnya. Tapi itu tidak berlangsung lama karena memang mencari sahabat yang membantu kita jadi pribadi yang lebih baik itu sulit.
"baiklah, kamu tahu bnaget aku baru bikin porto, ok aku kirim setelah menutup telpon ini, aku mibta alamat emailnya. tapi aku ga yakin tempat itu akan menerimaku. aku juga ga akan bilang ke orang tuaku, nanti uang jajanku berhenti lagi. Kan sayang kalau hilang" sahutku sambil terkikik dengan celotehku sendiri.
"baguslah, aku kirim via chat alamatnya. setelah kamu kirim kirim fotonya padaku dan aku harap kamu bisa diterima setidaknya kamu butuh pakai ilmu mu walau aku tidak yakin kamu mau bekerja sebenarnya," ya kalimat akhir Rita menjawab bahwa ia tahu aku tidak cari kerja tapi kerjaan itu membuatku lebih untuk menilai diriku sendiri.
setelah kalimat itu kami berbincang snatai sekedar tentang kabar ataupun tentang keasikan beberapa hari ini. dan saat panggilan ini diakhiri, aku segera menyelesaikan portoku ,juga dengan surat lamaran dan file itu ku sematkan di email yang kutuju ke kantor B.
Aku ingat sekali saat terkirim di layar androidku tertera tanggal 27 Juni 2015 pukul 00.39
Sengaja kukirim jam segitu seolah aku harap tidak dipanggil tapi yang penting Rita tidak lagi marah padaku. setelah kukirim aku foto sudah terkirim ke Rita, yang dibalasnya dengan emoticon smile.