Chereads / RESTART / Chapter 16 - [RE]SEKAI -1.5

Chapter 16 - [RE]SEKAI -1.5

[Satu tahun lalu]

Langit malam yang menyelimuti game [RE]SEKAI saat ini adalah saat paling ku benci. Tak ada satu pun cahaya bintang. Hanya ada sang rembulan yang bulat sempurna terdiam di tengah langit.

Lepas dari keadaan yang terasa sangat nyata ini. Aku berdiri di samping Renai dan sedang memikirkan strategi untuk mengalahkan pria berkacamata yang gila itu. Game Master yang entah mengapa ingin membunuh semua pemain game ini.

"Hei bocah ... apa kau sedang berpikir?, Hmm ... ternyata kalian masih terlalu bodoh untuk disebut pahlawan dalam game ini", ejek pria berkacamata itu.

"Cih ... BERISIK!!!", teriak ku seraya berlari ke arah nya dan bersiap memukul wajah nya dengan tangan ku sendiri.

Tapi sebelum aku bisa menyentuh nya, aku sudah terlempar lagi ke tempat ku semula.

"Apa?! ... kenapa?", aku bingung dan tetap berusaha kembali berdiri tegak.

"Aku bisa mengendalikan game ini tau?, dan aku sebenarnya bukan sang penebar virus itu", kata kata pria berkacamata itu yang membuat ku semakin bingung.

"Apa maksud mu?!", tanya ku.

Boomm!!! ...

"Takumi!!!!"

Suara ledakan dari arah dalam hutan dan disertai teriakan Hina memanggil Takumi.

"Sepertinya teman mu itu baru saja terkena virus ... hahaha", ucap pria berkacamata itu dengan senyuman jahat nya disertai tawa yang membuat aku semakin marah.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun aku menggunakan kekuatan cahaya ku. Aku membuat tubuh ku menjadi cahaya dan bergerak dengan kecepatan cahaya.

Swush!!!

"Apa kau mencari ku?", tanya ku sembari bersiap memukul nya dari belakang.

"Tentu saja aku mencari mu", ucap pria berkacamata itu dengan santai.

Bruak!!!

"Sial!!!"

Aku kembali terlempar ke depan Renai tanpa bisa menyentuh pria itu. Entah kenapa aku benci saat merasakan sakit di dalam game ini. Rasa nya seperti terjatuh sungguhan.

"Kazumi ... cukup!!, apa kau ingin mati?!", kata Renai mencoba menghentikan usaha ku yang selalu gagal ini.

"Sudah cukup main main nya! ...", pria berkacamata itu menodongkan pistol nya ke arah kami berdua.

Duar!!!

"Aaaghh!!!"

Suara dentuman keras beserta teriakan Hina mengambil perhatian kami. Kami melihat Hina yang terlempar ke atas langit. Renai pun terpaksa menggunakan kekuatan cahaya nya yang sama seperti milik ku. Renai langsung terbang dengan kecepatan cahaya dan menangkap Hina.

Swush!!!

Renai dan Hina tiba tiba sudah ada di belakang ku.

Disaat yang sama pria berjubah lengkap dengan penutup kepala nya kembali berada di samping pria berkacamata itu.

"Dimana Takumi?!", pertanyaan pertama yang muncul di kepala ku.

"Oh ... si pirang payah itu?, itu dia", kata pria berjubah itu menunjuk ke arah pepohonan.

Tak lama kemudian Takumi melangkah keluar dari pepohonan dan membakar setiap pohon yang ia lewati. Pinggiran bola mata Takumi berwarna hitam. Bola mata nya merah bersinar. Ditambah tubuh nya terbakar oleh api hijau yang seperti nya tak melukai nya sedikit pun.

"Ka-Kazumi ... biar aku yang menahan Takumi ... kalian fokus lah pada penjahat itu", Hina berusaha berdiri sembari memegangi bahu nya yang sakit.

"Ta-tapi ...",

"Jika aku tak menahan Takumi lalu siapa yang melawan penjahat nya Renai", kata Hina menyela kata kata Renai.

"Hina ... aku mengandalkan mu", aku memberikan semua kepercayaan ku pada Hina.

Hina langsung mengeluarkan pedang belian warna merah milik nya dari tanah.

"Aku ... aku pasti akan menyelamatkan Takumi", Hina mencabut pedang nya dari tanah dan berlari ke arah Takumi.

Hina menendang Takumi kembali masuk ke hutan agar aku dan Renai bisa bertarung dengan leluasa. Keadaan menjadi sunyi sejenak.

"Teman mu itu akan terus terbakar ... dia akan terus merasa panas ... sampai dia membunuh diri nya dengan cara meledakan diri sendiri", pria berkacamata itu menjelaskan apa yang akan terjadi pada Takumi.

"Virus ku itu menghilangkan akal nya ... sekarang dia seperti zombie sungguhan ... dan jika jarum dari Device masih tertancap di kaki dan tangan nya. Syaraf nya akan rusak karena jarum itu terus mengeluarkan panas yang luar biasa", tambah pria berjubah itu.

"Ka-Kazumi ... apa Takumi ...",

"Renai ... jangan mikir yang enggak enggak ... yang penting sekarang kita kalahin mereka dulu", aku mencoba meyakinkan Renai.