Tok tok tok ...
Suara ketukan pintu yang membangunkan ku dari alam mimpi.
Aku pun segera berdiri sembari mengusap mata ku yang masih berat ini. Aku masih setengah sadar saat menuruni tangga. Aku sedikit pusing karena kelelahan setelah kemarin melalui hari yang sangat mengejutkan dalam hidup ku.
Saat aku membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Mata ku langsung terbuka lebar. Gadis jepang berambut merah dan membawa koper ada di depan ku.
Ngapain orang jepang ke rumah ku?
"Iya ada apa?", tanya ku dengan nada lemas karena bangun dari tidur.
"Apa ini rumah Okino Hiruya?", tanya gadis jepang itu tanpa ekspresi sama sekali.
Dia tau ayah ku?
"Hmm ... maaf ayah ku sudah meninggal", ucap ku menduga ia mencari ayah.
"Aku Shotaro Fumio", ia memperkenalkan diri nya dengan sedikit membungkukkan badan nya.
Nama keluarga nya membuat ku terkejut dan membuka mata ku dengan sangat lebar.
"Ha-apa? kamu ... anak nya pak Kei?", tanya ku memastikan.
Mirai hanya mengangguk tanpa mengubah ekspresi nya dari awal tadi.
"Ya udah masuk sini ...", aku mempersilahkan Fumio masuk ke dalam rumah ku yang berantakan ini.
Apa coba reaksi nya liat rumah ku?
Fumio melangkah masuk perlahan sembari melihat sekeliling nya. Keadaan menjadi sunyi sejenak. Aku juga tak peduli reaksi nya, dia juga datang mendadak begini.
"Dimana kamar ku?", pertanyaan pertama yang sangat mengejutkan ku lagi.
Apa dia punya sopan santun?
"Kamu mau tidur di atas atau di bawah?", tanya ku karena rumah ku memiliki dua kamar kosong yang terletak di lantai bawah dan lantai dua.
"Atas", jawaban singkat dan ekspresi wajah nya yang datar serta dingin itu.
Aku pun membimbing nya menaiki tangga dan menunjukan kamar yang dia inginkan yang berada tepat di depan kamar ku.
"Terimakasih", ucap nya lalu masuk ke kamar yang kutunjukan dan menutup pintu nya lagi.
He?! cuma gitu?
Adik tiri ku ternyata juga pendiam. Sebuah keuntungan bagi ku. Aku malah bersyukur dia tak cerewet seperti adik perempuan yang aku bayangkan. Aku kembali masuk ke markas ku yang aman dan damai.
Beberapa detik kemudian, saat aku ingin menghidupkan komputer ku. Aku menerima telepon dari ibuku. Ibu ku bertanya banyak hal. Mulai dari keadaan ku sampai bertanya tentang Fumio yang sudah sampai di rumah.
Sampai pak Kei mengambil alih telepon ibu ku. Pak Kei bercerita panjang tentang Fumio. Sebelum kakak nya meninggal dia sangat ceria dan periang. Tapi dia berubah jadi seperti ini ketika kakak laki laki nya meninggal.
Pak Kei meminta ku untuk mengembalikan Fumio seperti semula. Dan menjelaskan bahwa kami adalah satu keluarga utuh sekarang. Lalu telepon pun di tutup oleh ibu ku.
Sial! tugas ku makin banyak?!!
Sayang nya mata ku masih terasa begitu berat. Aku kembali berbaring di ranjang ku dan melanjutkan tidur ku lagi.
Duk ... duk ... duk
Suara aneh lagi lagi membangunkan ku dari alam mimpi ku yang damai. Suara itu terus berulang. Seperti orang yang sedang melompat lompat di atas lantai.
Aku pun segera berdiri dan mengecek kamar Fumio.
Greek ...
Aku membuka pintu perlahan dan mengintip ke dalam.
"Fumio? Apa ada masalah?", tanya ku.
Ternyata Fumio sedang membersihkan kamar. Dia sedang membersihkan bagian atas lemari yang tinggi dengan kemoceng nya. Itulah alasan suara aneh tadi keluar.
Dia melompat agar bisa menjangkau bagian atas almari. Dan juga dia hanya diam dan menatap ku dengan tatapan kosong nya. Agak sedikit menakutkan bagi ku. Tapi mau bagaimana lagi. Aku punya adik perempuan yang butuh perhatian.
"Butuh bantuan?", tanya ku dengan sedikit gugup.
"Iya ... bantu bersih bersih", ucap nya dengan nada dan wajah datar nya.
"Hmm ..."
Sial!!
Beberapa jam aku menghabiskan tenaga ku untuk membersihkan rumah ku yang ternyata benar benar kotor. Banyak sampah bekas makanan ringan dan debu debu di setiap sudut ruangan.
Saat tubuh ku mencapai batas nya. Aku pun duduk di anak tangga dan mengawasi fumio yang sedang mengepel lantai.
Aku tak menyangka aku akan tinggal berdua dengan gadis yang belum aku kenal. Entah kenapa aku merasa gugup dan tak bisa santai seperti biasa nya. Karena aku sudah lama tinggal sendiri di sini.