"Mau minjem ponsel ku lagi?", tanya ku.
"Enggak ... itu, gak enak mau ngomong", kata Rui dengan sedikit senyum dan menggaruk rambut nya.
Perasaan ku kok gak enak ...
Disaat yang sama air hujan mulai menetes jatuh dari langit. Sebelum hujan semakin lebat aku segera menarik tangan Rui dan berlari menuju halte bus yang ada di pinggir jalan di depan sekolah.
Kami berdua pun berteduh di bawah atap halte bus didepan sekolah.
"Cih ... pake hujan segala", gumam ku dengan wajah kesal.
"Ano ... Kazumi, aku mohon .... tolong aku", ucap Rui sembari membungkukkan badan nya.
"Eh?! ... kenapa?, kamu sakit apa?", aku terkejut sekaligus khawatir karena tak pernah melihat gadis memohon pada ku sampai seperti ini.
"Bukan ..., tapi ... tolong antar aku ke game center ... aku mohon!", kata nya memohon dengan tetap membungkukkan badan nya.
He?! ga-game center?!
"Harus sekarang?", tanya ku.
"Tolong!", Rui tetap membungkuk dan membuat ku tak bisa berbuat apa apa.
"Oke oke, tapi bukan nya kamu dilarang main game?", lanjut ku bertanya.
"Aduh ... gimana ya?!", wajah nya mulai terlihat panik dan bingung seperti pagi tadi.
Loh? ... ini cewek gimana sih?!
Seketika aku ingat kejadian beberapa hari lalu saat aku ke game center bersama Takumi dan Hina. Aku ingat saat aku kembali melihat Renai di depan mata ku saat ada dalam game [RE]START. Mungkin Rui juga ingin bertemu kembali saudara nya yang sudah meninggal dalam game itu.
"Rui ... gimana kalo kita beli online aja Device nya?", aku tau pasti tak banyak Device yang tersisa di game center kota.
Lagi pula keadaan saat ini sangat tak mendukung. Angin kencang dan hujan saat ini membuat kami tak bisa berbuat apa apa.
"He? ... tapi ...",
"Tenang aja, aku yang pesenin", ucap ku lalu mengambil ponsel dari saku seragam ku.
Aku pun membuka toko online resmi dari game center di kota. Dan ini adalah alasan ku selalu membenci takdir..
"Payah!, Device yang di jual online habis ... tapi ... masih ada sepuluh Device yang ada di game center kota", aku mulai memikirkan cara agar Rui bisa mendapatkan Device itu.
"Ohh ... ya udah ... gak perlu maksain ... makasih", kata Rui dengan nada lemas seraya menundukan kepala nya.
"Kenapa kamu tiba tiba pengen beli game sialan itu?", tanya ku.
"Kata orang orang ... aku bisa bertemu saudara ku lagi", jawab Rui dengan tetap menundukan kepala nya.
Cih ... kenapa??!!
Tu-tunggu ...
Aku merogoh kantong celana ku dan menemukan kartu nama Riku. Game Master dari [RE]START yang kemarin menawari ku pekerjaan. Aku segera menyalin nomor telepon nya dan segera menelepon Riku.
"Halo ... siapa ini?", Riku mengangkat telepon ku.
"Aku Kazumi ... dengar!, aku butuh satu Device untuk hari ini ... apa kau bisa menyimpan nya untuk ku?", jelas ku.
"Wo ... santai dulu Kazumi ... kayak nya Device nya tinggal satu", kata Riku yang membuat emosi ku meluap.
"Jangan bercanda!!! ... kalian pasti masih punya banyak kan?!, aku tau kau masih ada di sekolah ... dan jika aku menemukan mu aku akan menghajar mu!", emosi ku yang tak tertahan ini pun keluar.
"Santai dulu Kazumi ... aku akan menyimpan Device nya untuk mu, tapi dengan satu syarat", ucap Riku.
Inilah yang ku benci jika berurusan dengan perusahaan ...
"Oke ... apa pun itu ...", aku terpaksa menerima syarat Riku.
"Kau harus kembali aktif dalam game [RE]START dan menjadi Game Master kami", syarat yang di berikan Riku.
"Cih ... oke! ... jika aku tak menerima Device itu hari ini di rumah ku, aku tak akan menyetujui syarat mu", kata ku lalu memutus sambungan telepon ku.
Huff ... pada akhirnya aku akan kembali ke game busuk itu ...
"Ka-Kazumi ...", Rui melihat ku dengan tatapan kosong nya.
"Kenapa?", tanya ku bingung.
"Apa kamu yakin? ... ngelakuin semua itu cuma gara gara aku?", Rui sadar bahwa kami baru saja kebal beberapa hari.
"Eh?! ... ini cuma permintaan maaf ku buat kejadian tadi pagi", aku tetap berusaha terlihat tenang walau aku sebenarnya tak tahu harus menjawab apa.
Aku tak punya alasan yang tepat saat menolong nya. Aku takut jawaban ku akan membuat nya salah paham terhadap ku. Entah kenapa takdir kembali membawa ku dalam game sialan itu lagi.