Akhirnya, Yuuji tidak melakukan apapun. Dia hanya menonton televisi dan memakan cemilan. Rumah yang luas, fasilitas lengkap pelayan yang siap melayani. Dia benar-benar menjadi nyonya rumah sekarang.
Tak lama Yuuji mendengar derap kaki mendekatinya. Sudah dipastikan itu Souji karena sebelumnya dia sudah bilang akan segera kembali.
"Kau terlihat bosan." ucap Souji dibelakangnya, pria itu mencium puncak kepalanya dan berjalan sedikit memutar untuk duduk disamping Yuuji. Yuuji tidak menolak di cium oleh Souji, menurutnya walaupun mereka tidak saling suka tapi mereka sudah menikah jadi buat apa mempermasalahkannya. (di part 7 Yuuji tidak mempermasalahkan pernikahan tanpa cinta)
"Hm." tanpa permisi Yuuji menyenderkan tubuhnya pada Souji. "Kau tidak jadi ditangkap?" tanyanya. "Padahal aku sudah siap kalau harus pers konference." lanjutnya dengan nada malas.
Souji tersenyum, "Aku tidak tau kau memiliki selera humor seperti ini." Pria itu tampak asik memainkan rambut panjang Yuuji. Mereka terasa lembut.
Souji tidak menyangka kalau hidup dengan seseorang yang disebut istri itu menyenangkan. Dia tidak membenci, justru menikmati setiap interaksi normal bersama Yuuji. Bukan hanya interaksi seksual saja.
"Malam ini kita akan berangkat ke Irlandia. Aku memiliki pulau pribadi di pesisir kota Irishcottle. Kita akan honeymoon disana." Souji memberi tahu soal honeymoon mereka sambil memilin milin rambut Yuuji.
"Apa yang perlu aku siapkan?"
Souji tersenyum, "Cukup mempersiapkan diri saja."
"Baiklah."
***
Yuuji pergi bersama Souji menuju Irlandia menggunakan Pesawat Pribadi. Setelah Yuuji berjalan bersama Souji menuju pesawat pribadinya, dia baru menyadari kalau mansion ini sangat luas.
Dia sempat terpana saat melihat pesawat pribadi yang benar benar berada di mansion ini. Dia sempat ingin membeli pesawat pribadi namun karena menurut ayahnya tidak terlalu penting dan boros mereka hanya membeli beberapa helikopter untuk kebutuhan perusahaan.
"Walaupun aku terlahir kaya, aku baru merasakan hari ini jika aku benar-benar menjadi orang kaya sekarang." komentarnya saat memasuki pesawat yang dalamnya luar biasa mewah.
"Jadi kau bersyukur menikahiku?" Souji tersenyum dan merangkul pinggang gadis itu membawanya masuk lebih dalam.
"Mungkin, sedikit bersyukur?" ucap Yuuji dengan menunjukan sign tangan yang berarti sedikit dengan senyumnya.
"Berarti aku harus bekerja keras untuk membuatmu sangat bersyukur menikah denganku." timpalnya dan mengajak Yuuji untuk duduk.
***
Yuuji berangkat pukul tujuh malam dari Jepang, perkiraan mereka akan terbang selama 10 jam dan akan sampai di Irlandia pada pukul sepuluh malam waktu setempat.
Waktu mereka sampai di landasan pribadi milik Villa Murakami Souji yang berletak di Irishcottle langit masih gelap. Beberapa pelayan menyambutnya, membantu membawa barang bawaan mereka.
"Di sini masih malam, ingin tidur lagi atau kau mau kan sesuatu?" tawar Souji. Walau perjalanan panjang, dia terlihat masih segar. Lain dengan Yuuji, berjalan saja sudah malas.
"Aku ingin tidur." gumamnya. "Jika kau ingin menggendongku aku akan menerimanya dengan senang hati." lanjutnya.
Souji langsung menggendongnya dengan senang hati. Dia membawa Yuuji menuju dalam Villa. Design dari vila itu tidak jauh berbeda dengan mansion futuristik milik Murakami Souji yang ada di Jepang. Bagunan dengan bentuk simetris dan simple serta bayang menggunaan kaca pada dindingnya. Lampu-lampu berwarna pijar membuat rumah itu tampak hangat dari luar.
"Aku suka design properti milikmu. Tiba-tiba aku ingin membangun lapangan basket di halaman belakang. Sepertinya menarik jika suatu saat nanti aku punya anak laki-laki dan bermain bersama ayahnya di halaman belakang." racau Yuuji sembarangan. Tanpa melihat ekspresi Souji.
"Apakah itu kode bahwa kau ingin segera memiliki anak denganku?" balasnya dengan pandangan lekat.
"Ha?" Yuuji menatap Souji bingung. Mendadak lupa apa yang baru saja dia katakan. "memangnya aku mengatakan apa?"
"Jangan pura-pura bodoh." raut Yuuji tidak berubah. Dia bingung, memangnya dia mengatakan apa secara tidak sadar tadi? Souji tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membiarkan saja dan segera membawa Yuuji masuk ke dalam Villa. Tepatnya kamar mereka.
Yuuji terkejut saat tiba-tiba Souji melemparnya keatas ranjang. Belum sempat dia protes, pria itu sudah membungkam bibirnya. Menekan bibirnya kuat dan mengigit-gigit gemas. Tidakk terasa sakit, hanya rasa aneh yang menyebar pada perutnya.
Yuuji menahan lengan Souji saat tangan pria itu bergerak nakal diatas perutnya.
"Tidur?" ucapnya memohon.
"Memang kau masih punya mood untuk tidur?" tanya Souji sambil menggigit kecil telinganya. Yuuji tidak mengatakan protesnya lebih lanjut. Dia menutup bibirnya kuat-kuat menahan suara aneh keluar dari bibirnya.
"Kau tidak perlu menahannya."