Saat mereka kembali ke Villa, di Jepang sudah masuk tengah hari dan sedang terjadi kehebohan, berita tentang suami Yuuji yang merupakan pewaris sah Murakami Enterprise palsu. Berita jika Murakami Souji penipu sedang merebak luas.
Bahkan, dengan tidak tau malunya Kusaka Jumonji memberi pemberitahuan jika dirinya merasa bersalah sudah menipu perusahaan dan menyelidikinya lebih cepat. Membuatnya menerima simpati dari netizen.
Hana sedang kelimpungan bersama team PR untuk menangani masalah ini. Karena pemberitaan itu juga menimbulkan dampak pada Huang Enterprise.
"Team IT, kalian tekan berita itu dengan cara apapun. Buat berita baru yang lebih besar. Jangan hack apapun untuk saat ini. Citra kita sedang buruk sekarang. Aku tidak ingin ada pemicu lain yang membuat kita makin dalam masalah."
"Baik."
Hana meremas rambutnya frustasi. Yuuji masih dalam honeymoon. Dia sendiri tidak tau bagaimana menyampaikan masalah ini padanya. Dia hanya bisa menahannya hingga mereka kembali dan melakukan press conference.
"Cari sumber rumor itu. Aku ingin tau siapa yang memulainya."
"Baik."
Ponsel Hana berbunyi, dengan emosi yang sedang memuncak dia menjawabnya dengan kasar. "Ya!" sentaknya.
"Ini aku." Hana melihat pemanggilnya, ternyata pria agen yang punya janji date dengannya. Dia sudah menyimpan nomornya. Matsunaga.
"Aku sedang sibuk sekarang. Kau bisa menghubungiku lagi nanti." jawabnya.
"Aku ingin memberitahukan kepadamu sebelumnya, perihal hasil penyelidikan tentang penyerangan mafia waktu itu." Hana mengangguk. Walaupun dia tau jika orang yang menelponnya tidak bisa melihat.
"Katakan."
"Kami sudah mendapatkan dalang dari penyerangan itu. Hari ini, setelah surat penangkapan turun. Kami akan menangkap Kusaka Jumonji atas tuduhan percobaan pembunuhan."
Akhirnya Hana bisa bernafas lega. Dia menjerit tertahan saat mendapat berita itu. Tidak peduli sikapnya dipandang aneh oleh bawahannya. Setidaknya ini adalah obat sakit kepalanya yang manjur!
"Terimakasih. Ini berita yang sangat berarti bagiku. Sampai jumpa diakhir pekan." jawabnya kemudian mematikan panggilan.
Plok!
Hana berbalik memandang semua teamnnya dengan raut cerah. "Team IT aku ingin cari berita kesalahan Kusaka Jumonji sebanyak-banyaknya sekecil apapun dan membuatnya sebagai berita besar. Anggap saja ini berita sambutan untuk berita utama yang lebih besar."
"Baik!"
***
Hari kedua mereka berada di Irlandia, Souji membawa Yuuji ke Jameson Disttillery Bow St. Sebuah tempat yang menyediakan tempat tour bagi para penyuka anggur, tempat yang menunjukan cara pembuatan hingga peserta tour bisa mencicipinya di akhir perjalanan.
Tempat itu berada di Bow St, Smithfield Village, Dublin. Masih di wilayah Ibukota Irlandia. Setelah mereka mendarat di Ibukota, Souji mengemudi mobil sendiri menuju tempat itu karena letaknya cukup jauh dari tempat pendaratan.
Dia melihat pada spion. Mobil asing mengiringi mobilnya. Dia paham, itu bukan mobil pengawalnya. Pengawalnya masih di helikopter berikutnya. Lalu mengapa mobil penduduk lokal mendekatinya secara aggresif? Ini bukan pertanda bagus!
"Mobil dibelakang terlihat seperti mengejar kita.." komentar Yuuji saat menyadari pergerakan aneh Souji yang tiba-tiba bermanuver.
"Kau benar. Apakah kau memiliki kenalan di Irlandia?" tanyanya santai. tapi tangannya terus bergerak berbelok dengan tajam kakinya terus menekan gas. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi.
"Tidak. Perlukah kita menyapa?" jawab Yuuji sambil memegang holder diatas pintu mobil. Rautnya tidak terlihat setenang suaranya.
"Tidak. Tunggu sampai para pengawal datang." jawabnya. Masih melajukan mobil dengan cepat dan bermanufer tajam. Begitu mereka memasuki jalur perkebunan yang lurus tanpa ada belokan Souji mengumpat.
Mereka tidak bisa bersembunyi lagi. Ini sangat rentan jika mobil mobil sialan itu menembak mereka.
"Kita sepertinya tidak beruntung." ucap Souji. "Kau ambil alih kemudi." Yuuji menurut. Souji berpindah ke bangku belakang dan mengambil senjata yang dia sembunyikan dibawah jok mobil.
Yuuji memperhatikan Souji dibelakang. Kemudian bersiul, "Senjata yang bagus." itu bukan pujian. Melainkan ejekan. Tidak ada yang menduga jika pengusaha sepertinya memiliki senjata sejenis Mcmillan TAC Caliber 50mm. Kecuali jika itu Han Li Shang. Dia merupakan sniper terbaik dari Yu Long.
"Terimakasih pujiannya." tanpa membuka pintu, dia menargetkan ban mobil dari mobil terdepan. Peluru itu menembus jendeka mobilnya kemudian mengenai ban mobil tersebut membuat mobil yang mengikuti mereka dengan kecepatan tinggi berjalan tidak beraturan dan saling bertabrakan lalu berguling.
"Nice Shoot!" ini baru pujian dari Yuuji. "Ini akan menahan mereka." Yuuji melajukan mobil dengan cepat meninggalkan mobil-mobil yang saling bertabrakan di belakang. Begitu mereka keluar dari wilayah itu dan kembali ke jalan raya, ada yang mengejarnya lagi.
"Sialan! Mereka maunya apa!" umpat Yuuji. Souji hanya tertawa mendengarnya.
"Walaupun kau mengumpat, tapi kenapa wajahmu begitu senang?"
"Begitukah?" sanggah Yuuji acuh.
Saat Yuuji berbelok kiri, mereka memasuki wilayah tol. Gadis itu mengumpat lagi. Dia benar-benar tidak beruntung memilih jalan. Mereka berdua tepatnya.
"Jangan pikirkan apapun. Cukup jalan terus!" Souji menyiapkan senjatanya lagi membidik mobil mereka kembali.
Dor! Dor!
Itu bukan senjatanya. Mereka mulai menembaki mobil Souji dengan pistol. Souji lansung merunduk, tidak jadi membidik mereka.
Yuuji menambah laju mobilnya dan mereka mulai memasuki jembatan. Tembakan itu masih terdengar, sampai sebuah suara dengungan baling-baling helikopter menutupinya.
Yuuji mengumpat dalam hati. Siapa yang begitu niat membunuh mereka hingga mereka melakukan pengejaran dengan helikopter.
"Mereka orangku." jawab Souji saat mengenali helikopternya. "terus jalan." Helikopter itu mendarat dibelakang mobil Souji yang melaju. Yuuji melihat beberapa kelompok pria berjas hitam keluar dari helikopter itu dan baku tembak tidak bisa dihindari. Wah! Seperti drama action yang biasa dia lihat di televisi.
"Menikah denganmu tidak buruk juga!" ucap Yuuji dengan seringaian. "Aku sangat menyukai pertunjukannya." Souji tersenyum lalu kembali duduk di depan.
"Senang mendengarnya. Jadi, apakah kau mau mempertimbangkan hal ini sebagai ganti kebebasanmu?"
Yuuji tampak berpikir. "Baiklah!"