Chereads / The Boss Who Marrying Enemy / Chapter 34 - Part 16C - Date

Chapter 34 - Part 16C - Date

Shinji bukan remaja lagi. Dia menyadarinya. Dia sudah memasuki usia 27 tahun. Sudah sepantasnya dia segera menikah. Adiknya saja sudah mendahuluinya.

Awalnya dia tidak memikirkan pernikahan karena mengkhawatikan Yuuji. Dia tidak ingin perhatiannya terbagi jika dirinya menikah. Maka dari itu dia menunggu ada seseorang yang bisa memperhatikan Yuuji.

Namun, setelah Yuuji menikah dia masih tidak bisa tenang. Dia tidak ingin ada sesuatu yang terjadi. Apalagi setelah percobaan pembunuhan Murakami Souji saat hari pernikahan mereka. Jika itu terulang lagi, Yuuji akan dalam bahaya. Dia tidak ingin itu terjadi.

Dia juga harus mulai memikirkan cara berbaikan dengan Yuuji. Mereka tidak bisa selamanya seperti ini. Tapi jika dia memaafkannya, lalu bagaimana dia melindungi rasa percaya kepada ibunya?

Apakah dia bisa menerima jika kenyataannya benar. Haruskah dia mencari tau?

Shinji mematikan komputernya dan bersandar pada kursi. Dia tidak bisa melanjutkan pekerjaannya. Terlalu banyak yang dia pikirnya. Awalnya dia mengisi akhir pekannya dengan pekerjaan untuk menghilangkan pikiran tentang kencan Hana.

Tapi kemudian, pikirannya berkelana hinga memikirkan berbagai hal. Ya, dia khawatir. Dengan kehidupan Hana dan juga Yuuji. Dia memahami rasa khawatir atas hidup Yuuji karena dia kakaknya. Lalu bagaimana dengan Hana? Dia bukan adiknya, tapi mereka sudah bersama hampir seumur hidupnya. Apakah selama ini dia menganggapnya sebagai adik?

Ichijou juga sudah memperingatinya tentang bagaimana dia bersikap terhadap Hana. Gadis itu memang terlihat menyukainya dalam arti lebih. Sebagai pria. Tapi sikap Shinji yang pengecut mengabaikan itu semua.

Apa dia akan membiarkan Hana menangis di depannya untuk mengatakan jika gadis itu mencintainya. Atau membiarkan gadis itu mengubur perasaannya dan berpaling pada pria yang lebih mengerti tentang dirinya dan juga mencintainya?

Shinji menutup wajah dengan lengannya. "Hanya memikirkannya saja aku bisa gila." gumamnya

***

Di sisi lain, Hana tampak menikmati kencannya dengan Matsunaga. Dari mulai menaiki wahana roller coaster, membeli makanan ringan, memasuki rumah hantu yang ternyata setelah keluar dari wahana itu wajah Matsunaga tampak memucat. Hana menertawainya sepanjang jalan.

Mereka berakhir berjalan di sebuah gedung aquarium. Berjalan di bawah aquarium raksasa yang berada di sisi sisi jalan.

"Terimakasih sudah meluangkan waktu untukku." ucap Matsunaga berdiri di samping Hana yang sedang menatap ikan.

Hana menoleh, "Tidak. Aku sudah berjanji denganmu. Aku sudah mengakui kekalahanku." saat Matsunaga mengatakan mengatasi 13 orang, Hana hanya bisa melumpuhkan 10 orang. Dan karena dia yang sudah menawarkan taruhan, dia harus menepatinya karena kalah.

Mereka diam saling menatap. Namun kemudian, Hana memalingkan wajah menatap kembali ke aquarium. "Kenapa kau bisa ada di sana saat itu?"

"Aku sedang menyelidiki mafia." jawabnya.

"Kau sedang menyelidiki Yuuji kan? Apa ini karena masalah Invasi?" Matsunaga menoleh menatap Hana kaget.

"Sejauh mana kau tau tentang itu?" Tanyanya.

"Aku tidak tau detailnya. Cuma itu yang bisa aku simpulkan."

Matsunaga menghela nafas. "Kami masih menyelidikinya. Dan juga, kami sedang mempertimbangkan sumber dari rumor tersebut."

"Sumber rumor?" tanya Hana penasaran.

"Ya, berita itu sebenarnya berasal dari informan freelancer FBI. Bukan informan formal dari lembaga kami. Kami masih melacak dari mana asalnya. Sudah satu bulan kami mengobservasi tapi tidak ada apapun yang kami dapatkan mengenai ini. Hanya beberapa orang di team kami untuk menyelidiki kasus tersebut. Karena ini bukan kasus prioritas FBI untuk ditangani."

Hana tampak berpikir benar juga, mereka tidak memikirkannya. Dari mana rumor itu berasal hingga Interpol mulai melakukan penyelidikan terhadap mereka. Apa mungkin pihak Murakami Souji sengaja menyebarkannya. Tapi jika sampai satu bulan mereka belum ada pergerakan untuk apa dia menciptakan rumor itu jika belum siap? Tujuan rumor itu untuk membuat kepanikan publik kan?

Matsunaga memperhatikan Hana yang tampak berpikir. Dari sudutnya dia melihat, Hana tampak cantik saat dia sedang serius. Dahinya berkerut dan dia mengulum bibir merahnya. Entah itu disebut cantik atau imut, tapi bagi Matsunaga mereka tampak menarik dipandang.

"Bagaimana jika sekarang kita makan siang?" tawar Matsunaga.

"Ha?" Hana mendongak dengan pandangan sedikit bingung. Mungkin dia terkejut karena dia sedang berpikir lalu di intrupsi tanpa permisi.

Matsunaga mencubit pipinya gemas, "Makan." ulangnya dengan senyum.

"O-oke."