Chereads / CAN YOU TRUST ME? / Chapter 9 - Volunteer

Chapter 9 - Volunteer

"Sadarlah Lee Yoonki. Yang kau lihat hanya dada anak kecil. Ya anak kecil" Yoonki menepuk pipinya sendiri.

"Oh tuan Lee, anda sudah datang?" Sapa suster yang baru saja membantu Jaera.

"Ah, iya suster"

"Anda memang suami yang baik. Aku iri sekali pada nyonya Jaera"

Yoonki hanya sedikit tersenyum, saat suster ini memujinya.

'Suster, jika kau tau yang sebenarnya mungkin kau akan berpikir berkali-kali untuk melontarkan pujian itu untuk ku' Batin Yoonki.

"Aku sering melihatmu di di koran bisnis, Anda pengusaha muda yang sukses tapi masih menyempatkan diri untuk merawat istri anda di tengah kesibukan anda" Lanjutnya yang hanya disenyumi Yoonki dengan senyuman kaku miliknya.

"Anda terlalu berlebihan suster"

'Apa aku harus bersandiwara sejauh ini? Cih, menggelikan' Yoonki terus saja membatin dengan apa yang diucapkan oleh suster ini.

"Apa di dalam sudah selesai?" Tanya Yoonki memastikan.

"Belum tuan, beruntung sekali anda datang tepat waktu. Nyonya Lee, sedikit kesulitan memompa ASI nya karna rumah sakit hanya menyediakan pompa manual. Karna saya melihat anda sudah datang, mungkin anda bisa membatu nyonya Lee"

'Gila, kenapa harus aku yang melakukannya? Aku harus memberitahu mereka yang sebenarnya sebelum kesalahpahaman ini berjalan terlalu jauh'

"Sejujurnya suster saya bukan..."

"Setelahnya anda bisa mengantarkan nya ke ruang bayi, karna ini sudah jamnya meminum susu. Kalau begitu, saya permisi dulu tuan. Saya harus mengecek pasien lainnya"

'Sial, kenapa aku payah sekali bicara hal ini. Biasanya aku sangat pintar adu argumen, hingga lawan bicara ku kalah telak. Tapi hanya menyampaikan kata-kata bahwa 'aku bukan suami gadis itu' saja omongan ku selalu dipotong oleh suster rumah sakit ini. Atau mungkin selain pintar merawat orang sakit, suster disini juga pintar menyela omongan orang lain. Aish, sudahlah'

"Jaera-ssi, apa kau sudah selesai" Yoonki bertanya dari luar, lebih baik ia memastikannya sebelum melihat hal itu lagi.

"Ya tuan"

"Mana botol susu nya, biar aku antar ke ruang bayi"

Gadis ini menyerahkan bobol susu yang hanya berisi seperempat nya. Yoonki hanya menatap gadis itu. Dan pergi mengantarkan ini.

"Suster ini botol susunya"

"Oh iya tuan" dia mengambilnya dan menatapku bingung. "Kenapa sedikit sekali tuan?"

Ya mana Yoonki tau. Suster ini pikir yang punya asi itu Yoonki? Kenapa dia bertanya seperti itu. Dan sialnya suster ini menatap Yoonki, menunggu jawaban seperti apa yang akan pria keluar kan dari mulut nya.

"Ah itu, itu karna..." Yoonki mendadak hilang akal. apa yang harus ia jawab, sementara suster tersebut masih menunggu Yoonki untuk berbicara.

"Karna ASI-nya tidak lancar. Iya begitu"

Bagus kau pintar Lee Yoonki, pujinya pada diri sendiri.

"Ah begitu. Itu wajar untuk ibu muda seperti nyonya Lee. Saya sarankan nanti agar nyonya Lee atau anda bisa memperhatikan nutrisi gizinya setelah keluar dari rumah sakit" jelasnya pada Yoonki

'Masa bodoh. Apa peduli ku'

"Dan yang paling penting jangan sampai nyonya Lee mengalami stress. Itu sangat berdampak besar bagi kelancaran asi. Dan lakukan pijatan ringan pada payudara agar saluran nya tidak tersumbat. Atau anda juga bisa membantu nyonya Lee melakukannya tuan Lee" Suster tersebut tersenyum penuh arti pada Yoonki.

'Gila. Benar benar gila. Tak ada yang waras di rumah sakit ini. Seharusnya ini bukan rumah sakit bersalin, tapi rumah sakit jiwa. Bagaimana bisa mereka membicarakan hal itu sefrontal ini' Jerit Yoonki dalam hatinya tidak paham situasi apa yang tengah menjebaknya saat ini.

Yoonki kembali ke ruang rawat gadis itu, menatapnya yang tengah berbaring bosan di ranjang rumah sakit ini. Pikiran bodoh Yoonki kembali melayang pada omongan suster tadi. Segera pria itu menampik nya. Lebih baik ia melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda tadi.

Tak terasa sudah jam 7 malam. Pantas saja ia lapar. Dan Yoonki tak perlu khawatir dengan gadis yang ia abaikan sejak tadi itu. Karna petugas rumah sakit sudah mengantarkan makanan untuknya. Yoonki lebih menghawatirkan lambungnya yang sudah mulai bersirik ini.

"Hyung..." Beruntung Jihyuk datang, jadi Yoonki ada teman untuk mencari makanan.

"Hallo Jaera-ssi" sapa Jihyuk semanis mungkin.

"Hallo juga Jihyuk-ssi"

"Jihyuk-ah apa kau sudah makan malam?" Tanya Yoonki.

"Belum Hyung" jawabnya seadanya.

"Ayo cari makan"

"Nanti dulu Hyung, aku baru sampai dan aku ingin mengobrol dengan Jaera"

Dasar Jihyuk bodoh, melihat gadis cantik sedikit saja. Jiwa playboynya sudah menguar begitu saja. Tanpa pikir panjang, Yoonki menarik kerah belakang bajunya. Dan menyeret pria Park ini keluar, mencari restoran dekat sini.

"Kenapa kau menarik paksa aku Hyung? Tidak bisakah kau membiarkan aku duduk dulu di sana?" Dumal Jihyuk yang sama sekali tak Yoonki tanggapi.

"Hyung, kenapa wajahmu terlihat frustasi begitu"

Tanya Jihyuk yang bingung karna Yoonki mengusap wajahnya kasar.

"Bagaimana tidak frustasi. Terjebak di keadaan konyol seperti ini"

"Harus nya kau senang Hyung, bertemu gadis seimut Jaera dan dikira suaminya"

"Sayangnya dia bukan tipeku"

"Yasudah kau acuhkan saja omongan orang. Biasanya juga kau masa bodoh dengan ucapan orang lain. Kenapa kau ambil using begitu"

"Bagaimana tidak pusing. Orang rumah sakit ini tidak waras semua"

"Apa maksud hyung, kau berbicara tidak jelas. Bicaralah yang jelas." Dengus Jihyuk.

"Mereka memberi tau aku agar aku menjaga pola makan gadis itu, jangan membuat nya stress agar ASI-nya lancar. Gila bukan?"

"Kau yang gila hyung. Tentu saja mereka menjelaskan itu padamu, karna mereka mengira kau suaminya Jaera. Rumah sakit manapun juga akan menjelaskan itu pada orang tua yang anaknya baru saja lahir"

"Bukan itu saja, mereka juga menyuruh ku memijat payudara nya saat ASI-nya tidak lancar. Benar-benar gila, aku tak habis pikir" kesal Yoonki mengusap kasar rambutnya.

Dan Park Jihyuk, tak dapat menahan tawanya mendengar Yoonki mengatakan hal itu.

"Jadi apa kau akan melakukannya?" Tanyanya masih tertawa dengan kedua alis yang sengaja ia turun naikkan.

"Tentu saja tidak. Aku tak tertarik dengan dada bocah 18 tahun" Ucap Yoonki meremehkan.

"Baguslah Hyung. Jaera tak punya suami dan keluarga untuk membantu nya melakukan itu. Jadi..."

"Mungkin aku bisa menawarkan diri untuk membantu nya melakukan itu"