"Baguslah. Aku bisa menjadi ayah dari anaknya dan memutuskan Seorin" ucap Jihyuk enteng dan membuat Yoonki me-rem mendadak.
"Ya Hyung, kau mau mati huh?"
"Karna Kau gila Park Jihyuk. Makanya aku kaget"
"Gila dimananya? Itu ide bagus bukan? Dia tak punya siapa-siapa, dan anaknya juga butuh seorang ayah. Dan aku siap dengan itu"
"Terserah kau saja Jihyuk-ah"
Daripada berdebat dengan Jihyuk, alangkah baiknya Yoonki kembali fokus menyetir dan sampai di kantor tepat waktu. Karna Yoonki tau, berdebat dengan Jihyuk akan memakan waktu yang 'sedikit' lama.
Beginilah kesibukan Yoonki setiap hari, menjabat sebagai CEO di MG Coorp. Sebenarnya bukan menjadi CEO impian Yoonki, saat masih duduk di bangku sekolah Yoonki bermimpi menjadi seorang musisi. Namun ia harus mengubur mimpi dalam-dalam karna ialah anak satu-satunya di keluarga Lee. Dan sejak ayahnya meninggal 4 tahun yang lalu, Yoonki harus turun tangan mengelola perusahaan saat umurnya masih 21 tahun. Yoonki berusaha keras untuk mempertahankan semuanya, hingga sekarang Yoonki sangat dikenal sebagai pengusaha muda sukses.
"Yoonki"
"Nenek, ada apa kesini?"
Pintu ruang kerjanya terbuka, Yoonki kaget karena ibu dan neneknya yang datang tiba-tiba. Tidak biasanya mereka datang kesini.
"Cepat kerumah sakit!"
" Untuk apalagi aku kesana nek?" Yoonki masih fokus pada pekerjaan nya.
"Temani Jaera di rumah sakit. Kau tak kasihan padanya?"
"Kenapa harus aku? Dan untuk apa aku kasihan padanya, bahkan dia bukan siapa-siapa"
"Dasar anak keras kepala. Apa kau tidak sadar, bahwa kau tertulis sebagai ayah dari bayinya. Apa kata orang - orang nanti? Jika kau terlihat menelantarkan mereka"
"Masa bodoh dengan omongan orang orang nek" elak Yoonki.
"Aku tidak mau, pokok nya kau harus kesana. Aku tidak mau nama keluarga Lee jadi buruk"
"Tidak aku sibuk"
"Aku sudah menyuruh Jihyuk dan Jiseok menghendel pekerjaanmu. Jadi pergi sekarang juga"
"Sekali tidak, tetap tidak. Kenapa bukan ibu dan nenek saja yang kesana?" tolak Yoonki lagi.
"Kami akan shooping keperluan bayinya" sahut ibu Yoonki.
"Apa? kenapa kita harus repot-repot membelikan nya?"
"Kau pikir duit dari mana dia bisa membelikan pakaian bayi?" Sengit ibunya.
"Berikan saja baju Yoori yang sudah tak terpakai"
"Ya Tuhan. Pria kaya macam apa kau yang memberi kan pakai bekas anakmu pada anak yang baru lahir. Dasar pria kikir. Dan lagi, bayi itu laki-laki Yoonki, bukan perempuan seperti Yoori"
"Terserah lah. Aku tetap tidak akan pergi" Yoonki masih bersikeras.
"Apa kau mau aku mati perlahan karena ulahmu yang merusak nama baik keluarga?" Ancam nenek.
"Nenek...? Baik. Aku pergi sekarang. Tapi jangan lagi mengancam ku dengan mengatasnamakan kematian" Yoonki mengalah untuk kesekian kali nya.
Setelah kepergian Yoonki, nenek dan ibunya ber-high five ria merayakan kemenangan mereka melawan sikeras kepala Lee Yoonki.
"Ibu mertua, memang yang terbaik" ibu Yoonki mengacungkan kedua jempol pada mertuanya.
"Ayo, ayo kita pergi ke baby shop"
****
Dengan perasaan berat hati Yoonki harus ke rumah sakit karena permintaan nenek yang tak bisa ia tolak. Dan mengingat perkataan neneknya tadi bahwa bayi itu lahir dengan nama nya sebagai ayah. Dan Yoonki tidak mau mengorbankan nama baik keluarganya hanya karena terlihat menelantarkan mereka di rumah sakit. Setidaknya ia mau tak mau harus mengorbankan waktunya yang berharga sampai wanita dan anak bayi itu keluar dari rumah sakit.
Sebelum ke ruangan wanita yang bernama Jaera itu, Yoonki menyempatkan diri untuk berkunjung ke ruang bayi. Melihat keadaan bayi laki-laki itu. Dia masih tidur dengan nyenyak disaat bayi-bayi yang lain terlihat rewel. Bayi pintar.
"Oh, tuan Lee. Kau datang?" Sapa seorang suster yang memang tau dengan Yoonki karena ia yang membantu persalinan nya semalam.
"Ah ya, bagaimana keadaan bayinya?" Tanya Yoonki basa basi.
" Untuk ukuran bayi yang lahir prematur, anak anda sangat kuat tuan. Kemungkinan besok dia sudah bisa keluar dari inkubator dan bisa dibawa pulang"
"Baguslah, terimakasih suster" Akhirnya Yoonki tak akan terikat lagi besok.
Berita bagus, besok ia tidak lagi membuang buang waktu berharga nya yang berharga lagi untuk datang ke sini.
"Ah ya, satu lagi tuan. Pastikan nyonya Lee memompa ASI nya setiap 2 atau 3 jam sekali"
"Ah, y-ya suster. Kalau begitu saya permisi dulu"
"Apa yang dia bicarakan, dan bodohnya kenapa juga aku harus gugup seperti itu" Gumam Yoonki tak percaya.
Yoonki berjalan santai ke ruangan gadis itu, memikirkan apa yang harus ia lakukan saat terjebak di dalam satu ruangan dengan gadis asing itu. Ah, Beruntung ia membawa leptop jadi Yoonki bisa melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi.
"Astaga" Pekik Yoonki kaget dan segera menutup kembali pintu itu.
'Oh tuhan, apa yang barusan aku lihat?' Jerit nya membatin.
Sebagai pria normal, Bohong jika Yoonki tak tergiur dengan pemandangan tadi. Tapi, oh ayolah Lee Yoonki, itu hanya gadis 18 tahun tidak ada apa-apanya dibandingkan gadis-gadis berdada besar di klub. Tapi jujur gadis 18 tahun itu juga punya sesuatu yang bagus dibanding yang besar.
"Sadarlah Lee Yoonki. Yang kau lihat hanya dada anak kecil. Ya anak kecil" Yoonki menepuk pipinya sendiri agar sadar dari kegilaan otaknya.