Cerita Sebelumnya:
Maura terkejut dengan permintaan hantu aneh yang tiba-tiba saja hadir dalam kehidupannya.
"Bantu aku.."
"Apa yang harus ku bantu?"
"Jadilah pacarku!"
Chapter 2
"Tidak! Kau gila!"
Maura langsung menolak permintaan tersebut. Ia tak mau mengabulkan permintaan konyol itu. Dia adalah hantu atau apapun itu. Maura bahkan tak mengenalnya, mereka bertemu beberapa jam yang lalu. Sekarang dia berada di kamar Maura yang entah datang dari mana. Kemudian meminta Maura menjadi pacarnya? Yang benar saja! Ini sangat konyol, benar-benar konyol!
"Aku tidak menerima penolakan!" ujar hantu itu terdengar seperti paksaan.
"Aku tidak mau! Kita bahkan tak saling kenal, pergilah jangan menggangguku lagi. Kau bilang kau hantu, 'kan? Menghilanglah sekarang juga!"
Lelaki itu menghela nafas panjang.
"Hhh... sudah kubilang aku bukan hantu, dan namaku.." ada jeda sebelum ia melanjutkan perkataannya, "..panggil aku Bara." lanjutnya.
Maura terdiam, ia tak tahu apa yang harus ia katakan saat ini. Kenapa hantu itu tak datang pada orang lain saja?
"Kenapa harus aku? Arggghh.. ini membuatku gila!" Maura menjambak rambutnya frustasi.
"Karena kau yang aku suka."
Dan jawaban tersebut berhasil membungkam Maura. Seringai muncul di wajah pucat Bara.
***
Waktu terus berlalu sejak kejadian aneh yang dialami Maura. Sejak saat itu, Bara selalu muncul di hadapan Maura. Ia selalu muncul tiba-tiba. Awalnya, gadis beriris coklat itu merasa risi dengan kehadiran Bara. Namun akhirnya, Maura mencoba mengabaikannya. Gadis itu berpura-pura tidak melihat sosok tak kasat mata tersebut.
Tentang permintaan Bara, Maura tidak mau mengingatnya. Ia tak menjawab apapun malam itu. Walau sebenarnya Maura tidak bisa melupakan perkataan Bara waktu itu.
"Akan kubuat kau menyukaiku."
Maura tersadar dari lamunannya. Ia menggelengkan kepala. Apa yang sebenarnya ia pikirkan, apa Maura sudah gila sekarang?
Pelajaran olahraga sebentar lagi akan dimulai. Hanya tinggal Putri dan Maura yang belum berganti baju dan asyik berbincang.
"Ahh.. aku malas sekali mengikuti pelajaran olahraga, apa kita bolos saja, Ra?"
Putri mengusulkan ide gilanya. Maura memaklumi sifat Putri yang terkadang di luar perkiraan. Meski begitu, Putri adalah sahabat terbaik Maura. Maura beruntung memiliki sahabat yang selalu ada saat ia terpuruk sekalipun. Seperti saat ayahnya meninggal dulu, hanya dengan Putrilah gadis itu bisa tertawa kembali.
"Kau mau Pak Rudi menyuruh kita membersihkan kolam renang? Sudah cepat ganti baju!"
"Iyaa iyaa.."
Belum sempat Maura mengganti seragamnya, sosok Bara tiba-tiba saja muncul di hadapannya. Maura terlonjak kaget.
"Aaaaaa..."
Putri terkejut mendengar teriakan Maura. Ia bergegas menghampiri Maura.
"Ada apa? Kenapa kau berteriak?"
"Kau! Apa yang kau lakukan di sini, dasar mesum! Pergilah!"
Maura membentak Bara yang muncul begitu saja. Ini ruang ganti perempuan, tak seharusnya hantu itu ada di sini.
Putri mengernyit heran, ia tak paham dengan perkataan Maura barusan.
"Aku tak tahu kalau kau sedang ganti pakaian, lagipula siapa juga yang mau mengintip orang sepertimu?" jawab Bara dengan wajah datar.
Kedutan muncul di dahi Maura. Ia kesal dengan perkataan Bara yang tidak merasa bersalah sama sekali.
"PERGILAH SEKARANG JUGA!"
Putri masih tak mengerti dengan apa yang dilakukan Maura saat ini. Siapa yang dia maksud?
"Kau berbicara padaku, Ra?" tanya Putri memastikan.
"Bukan kau, aku berbicara pada hantu mesum ini." jawab Maura menunjuk ke arah Bara.
Putri tak melihat apapun di sana. Mendengar kata hantu, seketika bulu kuduknya berdiri.
"H-hantu? Jangan bicarakan hal itu di sini, aku takut." ucap Putri mengusap tengkuknya.
"Dia bukan tipe hantu yang menyeramkan, tapi lebih kepada hantu mesum, Put!" seru Maura.
"Ya ya ya terserah kau saja, Ikal." Bara menimpali perkataan Maura yang ditujukan pada Putri.
Kedutan kembali muncul di dahi Maura.
"Apa kau bilang? Ikal?"
"Iya, lihat rambutmu! Oh iya Ikal, besok sore aku akan mengajakmu kencan, aku tidak menerima penolakan." ujar Bara.
Bara menghilang tanpa mendengar jawaban Maura. Ia selalu seenaknya, bahkan Bara tak meminta maaf pada Maura. Benar-benar menyebalkan, bukan?
Sementara itu Putri menatap Maura nanar. Ia kasihan pada Maura yang menjadi aneh setelah pingsan tempo hari.
***
Ucapan Bara soal bekencan terus terngiang ditelinga Maura. Bagaimana mungkin dia berpikir untuk mengajak Maura berkencan? Dia adalah hantu, semua ini terdengar konyol!
Sibuk dengan lamunannya, Maura tak sadar jika Bara sedari tadi mengikutinya. Bara terus memperhatikan gadis beriris coklat di sampingnya itu.
"Kau memikirkan apa?"
Perkataan Bara barusan berhasil membuyarkan lamunan Maura.
"Kau? Sejak kapan kau di sini?"
"Sejak kau melamunkan aku hahaha,"
"Ishh.."
Maura berniat menanyakan hal yang mengganggu pikirannya sejak tadi.
"Apa kau benar-benar hantu?"
"Aku punya nama. Dan lagi, sudah kubilang aku bukan hantu." tukas Bara.
"Lalu kenapa orang lain tak bisa melihatmu? Siapa kau sebenarnya?"
Bara terdiam sejenak. Kemudian tangannya mengusap lembut puncuk kepala Maura. Bibirnya mematri sebuah senyuman.
Bara menghela nafas sejenak.
"Aku tak bisa memberitahumu semuanya. Yang jelas aku bisa menyentuh apapun sepertimu, hanya saja orang lain tak bisa melihat diriku, hanya kau yang bisa melihatku."
Maura terdiam, ia tak tahu harus mengatakan apa sekarang.
Bara melepaskan usapan tangannya.
"Jangan lupa besok kencan pertama kita." ujarnya kemudian menghilang dengan tiba-tiba seperti sebelumnya.
To be Continued