Chereads / HOLLA / Chapter 3 - 3

Chapter 3 - 3

"Good luck," gumam Kevin sembari mengamati Fandy yang sedang berjalan mendekati Mira dan Eva.

"Hai Mira, Eva. Apa kabar?" sapa Fandy pada Mira dan Eva, untuk memulai strateginya.

"Baik!" Mira dan Eva menjawab dengan kompak, membuat Fandy terlonjak mundur beberapa langkah saking terkejut karenanya.

"Ada apa? Kamu siapa?" tanya Mira sambil menyunggingkan senyumnya pada Fandy.

Dari senyum Mira, Fandy langsung bisa merasakan gadis itu memiliki sebuah aura spesial. Dan Fandy tahu, aura itulah yang membuat Kevin tertarik padanya. Disisi lain, Mira pun juga memiliki wajah yang manis. Fandy berpikir, Mira akan terlihat super cantik apabila ia mau memoleskan sedikit make up pada wajahnya.

"Gak papa, gue cuma nyapa kalian aja sebagai pendatang baru di SMA ini," kata Fandy seraya tertawa. Mira dan Eva pun ikut tertawa.

"Tapi asal kamu tahu ya, kita bukan pendatang baru di SMA ini," ujar Eva.

"Maksud lo?" Fandy langsung keheranan, namun ia membuang rasa penasarannya saat teringat akan tujuan awalnya. "Oh ya Eva, gue boleh gak ngomong sama lo?"

"Boleh. Ngomong aja," balas Eva.

"Maksud gue bukan disini, tapi di depan sekolah."

"Ooohh... Oke deh." Eva langsung setuju. "Ayo, Ra." ajaknya pada Mira.

"Tunggu! Mira tinggal disini aja, karena ini adalah obrolan penting antara lo dan gue, Eva," cegah Fandy langsung.

"Tinggal disini?! Enak aja! Aku pengen pulang, lah! Ngapain lama-lama di sekolah?" Mira langsung protes.

"Tunggu, Ra." Kevin segera berjalan mendekati Mira.

Kedatangan Kevin langsung membuat Eva seketika terperangah. Hampir enam belas tahun ia hidup di dunia ini, namun baru kali ini ia melihat seorang lelaki setampan Kevin. Rambut dengan tatanan sempurna, badan tegap, geraham tegas, dan tinggi yang memadai, perempuan normal manapun akan melongo dan berdegup saat berada di dekat lelaki semacam itu.

Sedangkan Mira hanya menatap Kevin dengan terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba.

"Eh... iya?" Mira meringis menatap Kevin.

"Gimana kalo lo pulangnya bareng gue aja?" tawar Kevin.

"W- Wah... M- Makasih banyak... Tapi- Tapi aku mau pulang naik angkot aja. Aku gak mau ngerepotin," tolak Mira dengan halus.

Kevin berdecak. "Naik motor gue gak bayar, kok. Lo itu bego, diajakin naik motor malah lebih milih naik angkot."

Fandy langsung tertegun mendengar ucapan Kevin. Barusan adalah kata terpanjang yang dikeluarkan Kevin sejak setahun terakhir. Ia pun tersenyum cerah menatap Mira, gadis yang ia percayai akan membawa perubahan pada temannya itu dengan segera.

"Kalo gitu... ayo aja deh. Selama ini bukan penculikan aja." Mira akhirnya menerima tawaran Kevin dengan malu-malu, membuat Kevin terkekeh mendengarnya.

Padahal belum beranjak lima menit sejak percakapan pertamanya dengan Mira, namun Mira sudah melemparkan sebuah ucapan yang receh. Tak bisa dipungkiri bahwa gadis itu memiliki sifat yang unik. Dan ia menyukai itu.

"Kalo gitu ayo," ajak Kevin.

Namun saat Kevin dan Mira hendak meninggalkan kelas, Eva tiba-tiba memekik.

"Tunggu, Ra! Trus aku pulang bareng siapa? Aku kan masih sering lupa jalan-jalan di Jakarta! Gimana kalo aku nyasar?" tanya Eva dengan panik.

"Oh, iya juga... Gawat juga dong. Trus kamu pulangnya bareng siapa, ya?" Mira berusaha berpikir dengan keras. "Atau... Aku terpaksa nolak ajakan Kevin buat-"

"Lo bareng sama Fandy," kata Kevin memutuskan.

"Iya, lo bareng sama gu- HAH??" Kevin segera menarik tangan Mira menuju area parkir sebelum Fandy sempat melayangkan protesnya. Setelah berjalan selama beberapa saat, Kevin dan Mira pun tiba di area parkir.

Disaat itu juga Mira langsung tercengang. Menurutnya, area parkir SMA 8 hampir tidak ada bedanya dengan showroom kendaraan mahal. Mulai dari mobil mewah hingga motor sport, semua ada disini. Kevin sendiri menuntunnya menuju sebuah motor sport hitam, yang Mira prediksi sudah pasti itu milik Kevin.

"Ini." Kevin menyodorkan sebuah helm pada Mira.

"Kamu selalu bawa dua helm kemana-mana?" tanya Mira sambil menerima helm dari Kevin.

"Enggak sih, tapi gue punya firasat kalau gue harus bawa dua helm hari ini. Dan sekarang firasat gue terbukti berguna."

"Hebat..." Mira tertegun, lalu mengenakan helmnya.

"Ayo naik," kata Kevin.

"Gak papa kan, Kev?" tanya Mira sekali lagi, sesaat sebelum menaiki motor.

Kevin tersenyum. "Iya, ayo."

"Makasih."

Dan selama di perjalanan, Mira hampir tak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Ia sungguh merasa tidak enak pada Kevin. Tapi ia juga bersyukur di hari pertamanya bersekolah di ibukota, dia bisa mendapat kebaikan dari orang lain yang baru dikenalnya seperti ini.

"Ra," panggil Kevin.

"Eh, i- iya?" Mira langsung gugup. Dan lagi, ini adalah pengalaman pertamanya naik motor berdua dengan laki-laki. Tak heran, ia jadi gugup sepanjang jalan.

"Lo kenapa baru masuk sekolah hari ini? Padahal kan sekolah udah dimulai sejak hampir sebulan yang lalu," tanya Kevin.

"Oohh... Soalnya aku sama Eva harus ngurus banyak hal, Kev. Kami harus ngurus ini itu buat pindah rumah sama daftar sekolah. Ribet banget, Kev," jawab Mira.

"Emang orang tua lo gak ada?"

"Ada, Kev! Aku justru pindah dari Solo ke Jakarta karena disuruh bapakku, Kev."

"Jadi bokap lo udah ada di Jakarta sebelum lo pindah?"

"Betul! Makanya aku disuruh nyusul," ucap Mira. Rasa gugupnya pun perlahan-lahan mencair. "Itu, Kev. Gang di sebelah sana belok kiri. Aku turunin disitu aja." kata Mira ketika melewati sebuah gang.

"Gak. Gue gak akan nurunin lo sekarang," kata Kevin sambil terus melajukan motornya.

Mira melongo saat Kevin benar-benar melewati gang rumahnya begitu saja. "Heh???? Ini mau kemana? Aku mau diculik ya, Kev? Tolong jangan dong! Aku mau tidur siang nih..." Mira langsung meraung-raung merengek.

Kevin hanya tersenyum mendengar rengekan Mira. "Tenang aja, Ra."

Kevin lalu memberhentikan motornya saat tiba di McDonald's. Mira sendiri lagi-lagi dibuat melongo. Namun kali ini, ada sebuah alasan logis mengapa Mira kembali melongo.

"Kevin! Aku udah gak punya uang buat makan disini!" Mira langsung panik dan histeris. Kevin makin tak bisa membendung senyumnya untuk tidak mengembang.

"Ayo masuk," ajak Kevin. Namun Mira hanya terdiam di tempatnya seraya menatap Kevin dengan ragu-ragu. "Ayo masuk, Ra." ulang Kevin.

Namun kali ini Mira hanya maju selangkah saja. Karena tidak tahan, Kevin akhirnya mendekati Mira lalu menarik tangannya untuk masuk ke dalam.

"Lo mau pesan apa?" tanya Kevin ketika berada di depan kasir.

"Aku gak punya uang, Kev... Paling-paling uangku cuma cukup buat beli struk bonnya aja..."

Kevin lagi-lagi tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. "Dua Big Mac, ditambah McNuggets dan dua Chocolate Float," pesan Kevin pada kasir.

"Baik, ditunggu, Kak," kata kasir.

"Nah, ayo duduk," kata Kevin pada Mira, lalu berjalan menuju sebuah meja kosong.

"Eh, Kevin!" panggil Mira sembari mengikuti Kevin menuju meja kosong tersebut.

"Ya?" sahut Kevin.

"Aku gak mau loh disuruh cuci piring gara-gara gak bisa bayar."

Kevin langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Mira.

"Kenapa? Obatnya habis, ya?" heran Mira melihat tingkah Kevin yang menurutnya cukup aneh tersebut.

"Ra... lo gak paham-paham juga, sih? Itu semua gue yang bayarin. Lo tinggal makan aja," jelas Kevin.

"Ooh... dibayarin?" Mira melongo, lalu kemudian tertawa terbahak seperti Kevin tadi. "Tapi kenapa?"

Bertepatan dengan pertanyaan Mira, pesanan Kevin pun tiba.

"Tadi gue dengar perut lo bunyi keroncongan. Gue gak mau cewek pertama yang gue antar pulang jatuh sakit," kata Kevin.

"Eh? Kedengeran ya?" wajah Mira langsung memerah.

"Banget."

"Kalo gitu, makasih udah mau nraktir aku. Kamu baik banget, aku jadi ngerasa gak enak."

"Iya, lo makan aja dan lo juga gak perlu ngerasa gak enak."

"Kalo gitu aku makan, ya?" kata Mira, dan dalam waktu dua menit, makanannya habis ludes tak bersisa.

***********

"Eva, kamu gak bakal percaya sama ceritaku ini!" ucap Mira dengan antusias.

"Hm?" sahut Eva singkat, sembari menuangkan air dingin di gelas lalu menengguknya.

"Kevin itu ternyata cowok yang baik buangett!! Dia rela nganterin aku pulang, udah gitu nraktir aku makan lagi. Makannya di McD loh! Itu lho, restoran yang sering bikin kita ngiler kalo kita lewat di depannya. Aduuh... Dia baik banget!" ucap Mira senang.

"Oh."

"Kamu kenapa? Kemasukan?"

"Gak papa."

"Atau jangan-jangan kamu marah gara-gara aku pulang telat?" Mira mencoba menebak. "Ya ampun, Eva... Kamu tau kan kalo rejeki itu gak boleh ditolak. Jangan ngambek gitu, ah!"

"Aku gak ngambek, Mira..."

"Syukur..."

"TAPI AKU MARAH!! BISA-BISANYA KAMU GAK MIKIRIN AKU! KAMU GAK NGERASAIN GIMANA RASANYA DIJEMUR DI BAWAH PANASNYA SINAR MATAHARI DI DEPAN RUMAH SENDIRI?! UDAH GITU AKU SAMPE DILIATIN ORANG-ORANG LAGI, SAMPE DISANGKA AKU INI MALING. AKU MALU, RA! AKU MALU!!" jerit Eva dengan penuh emosi karena ia terpaksa menunggu di depan rumah selama hampir satu jam karena kunci rumah dibawa oleh Mira.

"Yaaahh... Padahal aku bawa oleh-oleh buat kamu."

"Oh ya? Mana?"

"Nih!" Mira melempar bungkus Cheetos kosong ke arah Eva. Sedangkan Eva langsung mendengus kesal karena hanya diberi 'sampah' oleh Mira.

"Eh, tapi kamu kepengen tau suatu fakta gak?"

"Apa?"

"Gini." Eva memulai ceritanya. "Tadi Fandy banyak cerita ke aku tentang Kevin, cowok ganteng yang mau nganterin kamu pulang itu. Katanya, sejak dulu, Kevin itu dikenal sebagai cowok yang punya banyak penggemar. Banyak cewek coba deketin dia, tapi sikapnya selalu dingin ke semua cewek. Termasuk Alexa."

"Alexa siapa?"

"Yang blasteran Indo-Jerman itu, loh!"

"Hah!? Masak??? Padahal dia cantik banget, lho!" Mira langsung terkejut, namun juga tak merasa heran apabila mengingat wajah Kevin yang juga tampan.

"Iya. Trus menurut cerita Fandy lagi, Kevin itu orang yang irit ngomong. Wajahnya dataaarrrr banget, bahkan terkesan dingin," lanjut Eva.

"Waw..." Mira terperangah. "Padahal tadi dia gak begitu."

"Maksudmu?"

"Tadi dia banyak ngomong, kok. Trus aku sama dia ketawa bareng. Ngakak lagi."

"Eh??! Serius kamu??"

"Ya iyalah... Kamu gak percaya?" tanya Mira. Eva menganggukkan kepalanya. "Ya sama. Awalnya aku juga gak percaya. Tapi itu semua bener. Aku jadi makin percaya sama peribahasa 'tak ada yang tak mungkin di dunia ini'."

"Emang itu peribahasa?"

"Gak tau."

Eva menatap datar Mira. "Eh, tapi kenapa Kevin bisa sebaik itu ya sama kamu? Kamu pake susuk, ya?"

"Sembarangan!"

"Kalo gitu kenapa Kevin bisa punya perlakuan khusus ke kamu? Kenapa gak sama aku aja?"

"Ya gak tau. Kamu kurang beramal mungkin."

"Tapi tetep aja aku penasaran. Masak iya, cowok paling ganteng satu sekolah tiba-tiba mau deketin cewek ingusan kayak kamu?" Eva langsung berpikir keras. "Apa mungkin..."

"Mungkin...?"

"Mungkin..."

"Aduh! Udah, ah! Aku takut, Va!" kata Mira tiba-tiba.

"Hah?? Kok takut?? Takut apa??"

"Ya habis emangnya apa yang spesial dari aku? Matanya? Rambutnya? Semua sama kok kayak cewek lain. Standar!" kata Mira. "Jangan-jangan emang ada yang masang susuk sewaktu aku tidur?"

"Ya makanya itu aku juga penasaran."

"Denger ya, Eva. Selama hampir sepuluh taun kita temenan, gak ada kan sejarahnya aku deket-deket sama cowok?"

"Iya juga, sih..."

"Udah, ya? Jangan ngomongin ini lagi. Aku pusing," kata Mira, lalu berjalan menuju kamarnya.

"Tapi menurutmu Kevin itu ganteng gak, Ra?"

"Banget!" jawab Mira, lalu menutup pintu kamarnya.

~~~~~~~~~~~

Hai, terimakasih telah membaca. Aku harap kamu menikmatinya.

Untuk melihat kisah ini lebih detail lagi, silahkan kunjungi akun Instagram aku di @bimbim_brblk

See u next time~