Chereads / HOLLA / Chapter 4 - 4

Chapter 4 - 4

Seorang gadis dengan tampilan modis memasuki kelas. Beberapa orang di kelas menatapnya segan, namun gadis itu tetap menebar senyumnya kepada siapapun yang telah menatapnya. Gadis itu tampak begitu segar dan cantik pagi ini.

"Fanny!"

Gadis itu menoleh begitu mendengar namanya dipanggil. "Apaan, Stev?"

"Gue punya breaking news!" kata Stevia dengan gemas, lalu tanpa basa-basi lagi segera membisikkan sesuatu pada telinga Fanny.

"Apa, Stev?? Lo kemarin liat Kevin berduaan sama cewek?" pekik Fanny tidak percaya.

"Iya. Gue liat pakai mata kepala gue sendiri," ucap Stevia meyakinkan. Ia lalu menoleh ke sekitarnya untuk memastikan keadan betul-betul aman untuk 'bergosip'. Di kelas saat ini hanya terdapat tujuh orang termasuk Fanny dan Stevia sendiri. Lima orang lainnya nampak sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Tiga orang sedang tidur, sedangkan dua sisanya sedang bermain ponsel dan memasang headphone di telinga mereka. Keadaan aman.

"Dimana lo liatnya?" tanya Fanny.

"Di McD. Waktu gue diajakin jalan Ricky."

"Pacaran lo?" selidik Fanny penuh curiga.

"Iya dong. Makanya lo buruan cari cowok juga. Gak jaman tahu anak SMA gak pacaran," ujar Stevia. "Keliatannya Indra, anak IPA E suka sama lo deh."

"Idih! Ogah! Mending gue pacaran sama Fandy," ucap Fanny seraya menyebutkan nama saudara kembarnya sendiri, sedangkan Stevia hanya terkekeh. "Ya udah. Pokoknya jangan sampe Alexa tahu. Bisa ada perang kalo dia tau tentang ini."

"Iya, Kevin kan cowok idolanya. Dia bisa ngamuk kalo ada cewek lain yang deketin Kevin," cetus Stevia. "Gue jamin Alexa gak bakal-"

"Gak bakal apa?"

Fanny dan Stevia hampir terlonjak mendengar suara tersebut.

"Alexa??"

"Guys... Maaf kalo gue ganggu. Tapi kalo boleh tahu, kalian lagi ngomongin apa sih?" tanya Alexa.

"Kita lagi ngomongin..." Stevia nampak gelisah memikirkan jawaban untuk pertanyaan Alexa.

Sementara Alexa menunggu manis jawaban dari temannya dan Stevia kesulitan mencari jawaban tersebut, Fanny pun segera ikut berpikir. Disaat yang sama, seseorang memasuki kelas dengan satu cup kopi dan sebungkus roti dari kantin. Dua benda itu segera mengilhami Fanny.

"Alexa! Lo gak tahu kalo di kafetaria ada menu kopi baru?" ujar Fanny ketika teringat Alexa adalah penggemar minuman berkafein tersebut.

"Oh ya? Apaan emangnya?" tanya Alexa dengan antusias.

"Kopi susu pandan."

"Itu menu kan udah lama..." Alexa memasang tampang cemberut.

"Tapi enak, kan? Gue aja nagih!" kata Fanny, yang segera diiyakan Stevia.

"Lo berdua aneh banget hari ini," kata Alexa sembari meletakkan tasnya di bangkunya. "Kalian mau ke kafetaria gak? Si Nadia sama Naomi udah nungguin disana."

"Iya, lo duluan aja deh. Kita masih ada urusan sebentar disini. Kita pasti nyusul kok," kata Fanny.

"Okay!" Alexa mengangguk setuju, lalu segera berlari kecil keluar kelas. Kelakuannya betul-betul seperti kelinci yang menggemaskan.

Sementara di benak pikiran Fanny masih dipenuhi berbagai pertanyaan. Siapa gerangan gadis yang makan bersama Kevin kemarin? Apakah dia anak gadis orang kaya? Apakah dia seorang model? Apakah dia seorang artis? Segala asumsi perempuan yang pantas disandingkan dengan Kevin tak luput dari pikiran Fanny, namun pertanyaannya tetap sama. Siapa gerangan gadis tersebut?

Secara kebetulan disaat Fanny sedang memusingkan jawaban tersebut, Fandy datang memasuki kelas.

"Fandy!" Fanny segera memanggil saudara kembarnya tersebut.

Fandy menoleh ke arah Fanny dengan malas. "Apaan?" decaknya.

Fanny pun mendekati Fandy dengan antusias bersama Stevia. "Lo tau gak siapa cewek yang kemarin pergi berduaan sama Kevin?" tanya Fanny dengan berbisik.

"Hah? Lo ngomongin apaan sih? Yang kenceng dikit napa? Gue gak kedengaran!" kata Fandy, sedangkan Fanny langsung merasa kepalanya pusing seketika.

"Plisss deh, Fan. Lo bantuin gue dikit napa? Gimana kalo pertanyaan gue dan jawaban lo sampe didenger sama Alexa? Lo tau kan apa akibatnya?" ucap Fanny dengan nada memohon.

"Iya, Fan. Bantuin kita napa?" Stevia mendukung Fanny.

Fandy menghela nafasnya. "Lo berdua bener-bener pengen tau jawabannya?"

Fanny dan Stevia pun mengangguk-anggukkan kepala mereka dengan girang.

"KEPO!!"

Berikutnya dengan santai, Fandy berlalu meninggalkan Fanny dan Stevia yang wajahnya nampak shock setelah mendengar jawaban Fandy. Fanny pun segera meremas tangannya sendiri dengan gemas, sedangkan Stevia hanya bisa mendesah.

"Gue pecat lo sebagai adek gue! Bener-bener adek gak guna!" desis Fanny geram.

"Udah deh, kita cabut ke kafetaria yuk," ajak Stevia.

"Iya." Fanny mengiyakan, lalu berjalan mengikuti Stevia keluar kelas.

Fandy tersenyum menatap kepergian dua gadis tersebut. Tak lama kemudian, Kevin datang memasuki kelas. Beruntungnya pagi ini pintu kelas dalam keadaan terbuka sehingga tak akan terdengar lagi suara bantingan keras seperti beberapa waktu lalu.

"Bro!" Fandy memanggil Kevin.

"Hm?" Kevin menyahut.

"Gimana nih proses PDKT lo? Sukses? Kalo sukses, siapa yang duluan nembak? Lo? Atau dia? Kalo lo duluan yang nembak, dia terima apa enggak?" tanya Fandy beruntun.

"Gue gak pernah bilang tuh kalo gue mau PDKT sama Mira."

"Udah deh! Gak usah ngeles gitu. Ngomong jujur aja, gue gak bakal cerita ke siapapun kok," kata Fandy. Namun saat ia sadar, tatapan Kevin tak lagi terfokus padanya. "Oi, lo dengerin gue ngomong gak sih?"

Sementara Kevin sendiri tak memperhatikan Fandy karena sedari tadi perhatiannya terfokus pada Mira yang baru memasuki kelas. Kali ini bukan wajahnya yang menarik perhatian Kevin, namun tingkah lakunya. Gadis itu nampak keluar masuk kelas tanpa tujuan yang jelas. Mungkin ia masih kesulitan menghafal sekolah barunya. Dan saat tatapan Mira bertemu dengan tatapan Kevin, ia langsung berjalan mendekatinya. Jantung Kevin langsung berdansa saat itu juga.

"Kevin," panggil Mira.

"Ya...?" Kevin segera mengatur kembali nadanya supaya tak terlihat bahwasanya ia sedang gugup.

"Aku mau bilang makasih buat kemaren itu. Kamu betul-betul cowok baik deh. Aku gak tau gimana caranya bales perbuatan kamu. Tapi suatu hari nanti, pasti bakal aku bales kok," ucap Mira yang rupanya berterima kasih atas kejadian kemarin.

Sementara Fandy langsung gugup sendiri. Ia buru-buru mengecek apakah Fanny, Stevia, ataupun Alexa sudah pergi? Ia tak ingin mereka mendengar ucapan Mira. Untungnya Fandy tak menemukan sosok ketiganya di kelas karena mungkin ketiga gadis itu benar-benar telah berada di kafetaria sekarang ini.

"Iya, sama-sama," tanggap Kevin dengan singkat. Mira lalu tersenyum padanya, lalu juga pada Fandy. Namun Kevin merasa bahwa senyum yang diberikan Mira padanya lebih manis daripada senyum yang diberikan Mira pada Fandy.

"Mira!" Eva menyeru seraya memasuki kelas. "Ini bolpoinmu! Tadi aku nemu di konter pembayaran SPP!"

"Wah makasih!" Mira menyahut dengan girang, lalu sekali lagi memberikan senyuman dan menganggukkan pelan kepalanya pada Kevin dan Fandy sebelum ia pergi.

"Bro, kayanya lo cocok sama dia." Fandy memberikan komentarnya. Namun tak ada tanggapan dari Kevin. Pandangan matanya nampak kosong selepas kepergian Mira. "Bro, lo kok jadi sering ngelamun sih?"

"Gimana?" lamunan Kevin buyar.

Fandy berdecak. "Udah deh, pokoknya awas aja kalo semisal nanti gue dilupain cuma gara-gara Mira," godanya dengan iseng.

"Bacot lo!" desis Kevin, namun dalam hatinya ia sedang bahagia. Bahagia atas segalanya. Atas senyuman yang diberikan Mira. Atas tatapan penuh dari Mira. Atas raut wajah Mira. Gadis itu benar-benar membawa sesuatu yang berarti dalam hidupnya.

***********

"Maaf ya kemarin kita gak sempat kenalan sama kalian. Habis kalian berduaan terus sih, dan terkadang ketawa kalian keras banget. Itu kan bikin kita jadi takut."

Mira dan Eva melongo melihat tujuh orang gadis tiba-tiba menghampiri mereka. Mira dan Eva pun saling bertatapan, kemudian menghela nafas lega. Kehidupan baru mereka disini benar-benar akan segera dimulai.

"Syukur deh kalo gitu. Saya pikir kita udah berbuat yang bikin kita gak disukai sama yang lain," kata Mira.

"Ya gak lah! Kalian gak usah malu-malu buat temenan sama kita. Kita semua disini keluarga. Gak ada saling jauh-ngejauhin," kata salah seorang gadis.

"Kalo begitu, maaf, nama kalian siapa aja?" tanya Eva yang sedari tadi sibuk menerka-nerka siapa nama mereka.

"Aku Tika."

"Aku Sisca!"

"Gue Rahma."

"Gue Karina."

"Aku Oki."

"Aku Seikha."

"Wow..." Mira dan Eva melongo, merasa tak sanggup menghafal beberapa nama dalam waktu singkat.

"Hai guys!" satu lagi seorang gadis memasuki kelas. "Liat nih gue bawa apa."

"Wahh... Ini kan cupcake dari bakery yang baru buka itu, ya?"

"Yups!"

"Kita mau dong!!" semua segera berebut cupcake. Entah seenak apa rasa cupcake tersebut hingga membuatnya menjadi rebutan.

"Sstt!! Namanya siapa?" Mira berbisik pada Seikha untuk menanyakan nama gadis yang baru memasuki kelas dengan cupcake tersebut.

"Fina," jawab Seikha.

"Hai." Fina menyapa Mira. "Kamu mau?" tawarnya sembari menyodorkan boks cupcake pada Mira.

"Iya, makasih." Mira menerima tawaran Fina, lalu mengambil sebuah cupcake dengan krim biru. Entah rasa blueberry atau tutty fruity. Sedangkan saat Mira melirik Eva, gadis itu tengah lahap menyantap cupcake strawberry.

"Ke kantin yuk! Gue laper, nih."

"Ayo!" semuanya segera menyahut kompak, lalu bergegas menuju kantin bersama-sama.

Saat Mira hendak berjalan menyusul yang lainnya, ia melihat seorang cowok sedang sibuk menulis di sudut kelas. Cowok itu betul-betul serius menulis meskipun keadaan kelas sudah kosong. Maka Mira pun berniat menyapanya.

"Hai manis, siapa namamu?" sapa Mira pada cowok itu.

Cowok itu mendongak menatap Mira. "Oh, gue Satrio."

"Oohhh... Satrio... Nama yang autentik," ujar Mira. "Kamu gak ke kantin?"

"Nanti, habis gue selesai nyatet."

"Oh ya, kamu tahu siapa namaku?"

Satrio tertawa kecil. "Sorry ya, tapi gue gak tuli. Emangnya gue gak dengerin waktu lo perkenalan kemaren?"

"Ya santai aja dong jawabnya." Mira dibuat keki. "Ayo ke kantin. Ntar pinjem aja catatan punya orang lain. Lagian hari gini kok masih rajin nyatet, emang catetanmu dihargai berapa sih sama guru-guru?"

"Ya tapi kan-"

"MIRA!! KAMU KEMANA AJA, SIH?! AKU PIKIR KAMU UDAH DI KANTIN, GAK TAUNYA MASIH DI DALEM KELAS!" Eva dengan teriakan khas penghuni hutannya tiba-tiba memasuki kelas. "Eh, hai manis. Siapa namamu?" nada bicara Eva mendadak melunak saat melihat Satrio.

"Tolong kasih tau dia dong, Ra," pinta Satrio.

"Cowok ini namanya Satrio." Mira menuruti permintaan Satrio.

"Thank's, Ra." Satrio berterima kasih. "Ayo ke kantin. Gue udah selesai." ajak Satrio, lalu berjalan menuju kantin bersama Mira dan Eva.

"Selesai apa?" tanya Eva tidak mengerti.

"Selesai ngirim SMS ucapan semangat sekolah ke pacarnya," sahut Mira.

"Sembarangan lo!" desis Satrio.

"Ngomong-ngomong kantinnya dimana sih?"

"Kalo waktu kaya gini sih... keberadaan kantin ibarat keberadaan stadion saking ramenya," ucap Satrio.

"Oh ya? Emang kantinnya dima... na...?" Mira dan Eva melongo saat ucapan Satrio terbukti benar.

Ribuan orang berkerumun disini. Memang betul-betul seperti stadion. Bahkan, keramaian di kantin saat ini bisa diibaratkan seperti sarang semut.

"Wah... kalo pesen makan kira-kira perlu nunggu berapa lama sampe makanannya dikasihin ke kita?" ujar Eva shock.

"Kita harus segera pesen kalo masih mau makan sebelum jam istirahat habis," ajak Satrio.

Dengan bersusah payah, ketiganya berusaha menyempil di antara kerumunan yang dapat menyebabkan asma tersebut. Satu demi satu kepala mereka lewati hingga mereka tiba di hadapan ibu penjaga kantin.

"Sat, menunya apa aja?" tanya Mira.

"Gak ada waktu buat milih menu! Lo berdua ngikut gue aja, ya?" sahut Satrio.

"Oke deh."

"Bu Jum, batagor tiga dong! Minumnya es teh!" pesan Satrio.

"Eh, tapi aku mau susu kuda poni."

"Gak usah rewel, Ra!"

"Batagor tiga, es teh tiga." ibu penjaga kantin menyerahkan pesanan Satrio, yang mana Satrio juga langsung menyalurkannya pada Mira dan Eva.

"Nah, sekarang masalah kita adalah nyari tempat duduk. Kalo gak kebagian tempat duduk, kita terpaksa harus makan di taman atau kelas," kata Satrio.

"Tapi kita mau duduk dimana, ya?" ucap Mira kebingungan, melihat hampir tak ada satupun bangku yang tak diduduki oleh orang.

"SAT! SINI, SAT!"

~~~~~~~~~~~

Hai. aku harap kamu menikmati cerita yang aku persembahkan untuk kalian. Untuk melihat kelengkapan cerita ini, cek IG aku ya di @bimbim_brblk

See u next time!