" Sopan banget Lo?!" Pekik Jojo dengan nada kesal dengan kelakuan si wanita.
Jojo menatapnya tajam tak suka karena mengganggu nya, ini lah hal yang paling tidak di sukai Jojo dari cewek - cewek manja yang biasa mendekatinya. Terlalu berani melakukan hal - hal aneh hanya untuk menarik perhatiannya. Padahal Jojo hanya bersikap biasa saja namun itu malah membuat mereka menjadi bertingkah seolah - olah Jojo menyukai mereka. Padahal tidak.
" Gue gak sopan?" Ucap sang tak kalah sengit.
" Mau apa lagi Lo?" Tanya Jojo yang mengenal siapa sang pembuat onar itu.
" Kenapa Lo gak hubungin gue lagi? Hah?!"
" Buat apa? Lo cewek gue bukan? Siapa - siapa gue bukan?" Jawab Jojo santai seraya menyenderkan tubuhnya di kursi yang saat ini Jojo duduki.
" Brengsek!!" Maki si wanita kesal karena ucapan Jojo yang menyebutkan bahwa dirinya tidak lah penting.
" Dim, udah belom tuh motor? Kalo udah, gak usah bayar juga gak apa - apa!" Saut Jojo pada Dimas yang sedang menambal motor.
Wanita itu hanya lah angin lalu bagi Jojo, ia sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti itu. Jadi bagi Jojo ini bukan lah hal yang baru, Siska yang sejak tadi sudah emosi karena Jojo, ia hanya bisa diam menatap Jojo geram.
" Kalo udah buruan pergi, gratis buat Lo!" saut Jojo lagi tanpa perduli dengan tatapan tak suka Siska.
Siska hanya bisa mendengus kesal dengan ulah Jojo, kali ini ia harus mengalah sejenak untuk mendapatkan simpati Jojo. Dimas yang baru menyelesaikan pekerjaannya, ia mengangguk pada Jojo, " Ini udah motornya. Silahkan.." Ucap Dimas ramah.
Dengan gerakan cepat Siska mengambil kunci motornya yang tadi ia banting di etalase dan langsung menyalakan motornya untuk keluar dari bengkel Jojo, namun sebelum ia benar - benar pergi Siska kembali menatap tajam pada Jojo, " Lo inget ya Jo, suatu saat Lo bakalan jadi cowok gue!" Ucap Siska penuh percaya diri.
" Inget ya markonah, berhenti berharap. Jangan suka ngaku - ngaku kalo Lo cewek gue!." Saut Jojo cepat sebelum Siska benar - benar pergi.
Jojo kembali berjalan ke dalam dan kembali duduk di singgasananya tadi, ia nampak tetap tak perduli pada ucapan Siska tadi. Dimas hanya bisa menepuk jidatnya geram, pasalnya bukan sekali dua kali Jojo bersikap seperti itu pada cewek, ya terkecuali Rara.
Jojo memang terkenal dingin pada siapa pun, namun bagi mereka yang mengenal Jojo lebih dalam barulah ia akan tahu bagaimana sifat Jojo yang sebenarnya. Jojo bersikap seperti itu bukan lah tanpa alasan, ia menjadi dingin dan cuek karena kak Riko dan mamahnya tentunya yang membuat Jojo jadi sedikit membentengi dirinya.
" Jangan kek gitu Jo!" Ucap Dimas berusaha untuk menasehati Jojo.
" Giliran gue baik dikit, di anggep lebih. Gue kasar katanya brengsek! ahhh....tau lah!" Saut Jojo seraya mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas.
" Ya tapi kan gak gitu juga Jo!" Saut Dimas masih berusaha untuk menasehati Jojo.
Namun Jojo tetap tak menghiraukan omongan Dimas, ia masih tetap berperinsip pada pendapatnya. Mereka tetap asik berdebat dengan pendirian masing - masing. Alfian datang dan langsung mengambil botol minum yang sedang di pegang Jojo.
" Paijo!!" Pekik Jojo yang melihat Alfian menyambar botol mineralnya.
" Bodo amat!! Gue haus!" Jawab Alfian menghabiskan air mineralnya.
" Telen sama botolnya biar Lo kaga haus - haus lagi." Sambung Dimas yang melihat Alfian ke hausan seperti habis marathon.
" Lo pikir gue debus?!" Saut Alfian kesal.
" Ya begitu lah!" Jawab Jojo santai.
Kini mereka nampak lebih asik saling melemparkan cibiran pada masing - masing.
Sementara itu Rara yang sedang di angkutan umum bersama Isna, mereka nampak asik ngerumpi bersama yang lainnya. Namun satu hal yang Rara tak sukai jika menaiki angkutan umum, apa lagi jika bukan cewek - cewek lain yang lebih suka ngerumpi tentang Jojo.
Meski Rara cuek bukan berarti ia bisa terus - terusan tahan jika mendengar mereka membicarakan Jojo, Isna yang biasanya selalu membuat Rara sedikit lupa akan hal itu, Isna selalu berusaha untuk mencari topik yang bisa mengalihkan pendengaran Rara.
Mereka asik - asik saja bercerita dan berkhayal tentang Jojo, biasanya mereka selalu berkhayal bisa di bonceng naik motor berdua dengan Jojo, atau jalan bersama meski hanya ke kantin. Ya seperti itu lah biasanya mereka akan berkhayal. Bukan tanpa sebab mereka seperti itu.
Jojo yang biasa mengendarai motor gde nya ke sekolah, membuat para siswi yang lain biasanya bersorak girang jika Jojo sudah memasuki halaman sekolah. Dengan motor gde nya, helm yang menambah kesan cool Jojo, di tambah lagi muka ganteng yang sudah pasti menjadi daya pikat paling ampuh, dan tak lupa sifat dingin yang membuat banyak orang penasaran akan dirinya, yang membuat Jojo semakin di sukai banyak siswi. Tidak hanya di sekolahnya saja, luar sekolahnya pun banyak yang menggandrungi ya.
Namun lain hal bagi Rara yang notabene nya pacar Jojo, ia tahu betul bagaimana sebenarnya sifat dan watak Jojo, Rara hanya bisa tersenyum mendengar mereka membicarakan Jojo yang menurut mereka sempurna. ' Coba aja Lo jadi pacarnya' ucap Rara pada Isna dengan suara rendah tentunya.
Isna hanya bisa tertawa mendengar ucapan Rara yang kesal karena gosip - gosip yang bertebaran di angkutan umum, Isna tahu betul bagaimana Jojo yang sebenarnya, ia juga hanya tak sengaja mengetahui sifat Jojo yang sebenarnya. Karena Rara sahabatnya jadi sudah pasti Isna tahu semua informasi tentang Jojo dari sahabatnya itu.
" Coba sekali - kali Lo kasih kesempatan sama yang lain ngadepin sifatnya Jojo?" Ucap Isna yang lansung mendapatkan pukulan di lengannya.
" Sial!! Lo pikir apaan?" Saut Rara sewot mendengar ucapan sahabatnya yang sedikit aneh.
" Ya biar mereka pada ngerasain gimana idola mereka yang sebenernya. Gesrek!!" Jawab Isna mencibir Jojo.
Sontak mereka pun tertawa terbahak - bahak.
Tak lama mereka pun sampai di depan gerbang perumahan, buru - buru mereka turun dan membayar ongkosnya. Setelah itu mereka masih harus berjalan kaki untuk sampai rumah mereka masing - masing. Beruntung bagi Rara yang rumah nya tak terlalu jauh, sial bagi Isna yang rumahnya berada di tengah - tengah kompleks.
Rara dan Isna mereka biasa berpisah di pertigaan jalan dekat rumah Rara. " Mampir na, makan, tidur dulu.." Ucap Rara mencibir Isna. Isna hanya mengibaskan tangannya seraya tetap berjalan. Rara pun memasuki rumahnya dan langsung duduk di bangku teras.
" Huft....panasnya!" Gumam Rara seraya membuka sepatu dan berjalan masuk, namun saat ia hendak membuka pintu rumah nya, seseorang memanggilnya.
" Ra...!" Ucapnya menghentikan Rara untuk membuka pintu rumah, Rara seketika menoleh dan mencari asal si pemilik suara.
Jojo yang sedang berdiri di depan gerbangnya seraya menampakan senyum mautnya, membuat Rara terkejut. Dengan cepat Rara memutar badannya dan berkacak pinggang melihat Jojo.
" Ngapain Lo?" Tanya Rara dengan nada dan wajah yang bossy.
" Cuman mau ngecek aja, Lo udah sampe rumah belom?" Kilah Jojo santai.
" Pasti Lo bolos?!"
" Gak tuh, sotoy!" Saut Jojo berbohong.
Rara yang masih berdiri di depan pintu rumahnya, ia masih enggan untuk membuka kan pintu untuk Jojo, alhasil Jojo yang berdiri di depan gerbang merasa keringatnya sudah mengalir deras di balik baju nya, sesekali Jojo mengelap keringatnya yang muncul di wajahnya. Rara masih cuek meski Jojo sudah kepanasan.
" Bohong banget Lo! Pasti bolos, kalo bolos mending Lo balik aja!" Hardik Rara masih nampak dengan posenya.
Jojo sudah menduga hal ini, meski ia sering di usir Rara karena ia bolos namun itu tak pernah membuat nyalinya ciut. Jojo merasa itu memang hukuman yang pantas untuk dirinya, hal ini lah yang membuat Jojo menyukai Rara.
" Ywdh, gue emang bolos. Gue balik ya?" Pamit Jojo akhirnya menyerah, Jojo pun kembali berjalan menuju motornya.
Rara yang sedikit melunak ia hanya tersenyum menanggapi Jojo, Rara sebenarnya tidak tega jika memperlakukan Jojo seperti itu namun jika ia tidak bersikap tegas, maka sudah di pastikan Jojo akan terus - terusan bolos lebih parah.
Sebelum benar - benar pergi dan meninggalkan rumah Rara, Jojo melirik sekilas dari balik helmnya tersenyum pada Rara, ia mengangguk dan mulai menjalankan motornya. Rara tahu jika dibalik helm Jojo tersenyum padanya, jadi ia pun tersenyum membalas nya.
Rara kembali berputar dan membuka pintu rumahnya, ia masuk kedalam namun tak melihat siapa pun di dalam rumahnya, Rara menuju dapur dan halaman belakang lagi - lagi ia tak melihat sang mamah maupun Raka, adiknya. Rara hanya melihat mbak Yul yang tengah tertidur di gazebo belakang.
Rara pun memutuskan untuk langsung menuju kamarnya saja dan beristirahat. Karena hari ini matahari bersinar lebih terik dan udara terasa panas, jadi Rara memutuskan untuk tidur siang dulu saja. Setelah mengganti seragamnya kini ia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya.
Sementara itu Jojo yang masih di perjalanan pulang ia sedikit merasa moodnya lebih baik setelah bertemu Rara, meski Rara terkesan mengusirnya namun itu tak membuat mood Jojo semakin turun, justru Rara lah mood booster bagi Jojo. Tadinya Jojo yang hendak pulang kerumah, saat di jalan ponselnya tiba - tiba saja berbunyi Jojo pun meminggirkan motornya untuk menjawab panggilan itu.
Sedikit bingung saat melihat layar ponsel nya yang menunjukan nama sang papah, ' Tumben papah telepon, ada apa ya?' gumam Jojo masih menatap ponselnya.
" Hallo..." Jawab Jojo saat ia akhirnya mengangkat panggilan itu.
'....'
" Oke pah, De juga lagi di jalan ni. Bentar lagi sampe nanti De kabarin lagi kalo udah di cafenya." Ucap Jojo seraya memutuskan sambungan teleponnya.
Jojo masih menatap ponselnya ia sedikit bingung karena papahnya mengajak untuk bertemu di cafe. Apa yang sebenar nya ingin di bicarakan? Apa menyangkut hal - hal keluarga? Atau ada hal lain? Entah lah, saat ini Jojo nampak bingung.
Sebenarnya Jojo ingin menolak ajakan sang papah, namun ia tak sampai hati untuk menolaknya karena Jojo tahu sang papah tak punya banyak waktu luang. Namun jika ia menerima ajakannya, hal apa yang sebenarnya ingin di bicarakan?.
Meski enggan Jojo pun akhirnya memutuskan untuk menuju cafe yang dimaksud, ia mengendarai motornya santai masih dengan berbagai macam pikirin di kepalanya.
.
.
.