Chereads / shadow is my husband / Chapter 11 - Bab - 11 -

Chapter 11 - Bab - 11 -

Jojo masih nampak larut dalam pikirannya tentang ucapan sang papah. Namun ia tak ingin ambil pusing akan hal itu. Karena saat ini baginya masih terlalu jauh untuk bisa menggapainya.

Dua Minggu sudah sejak obrolannya bersama sang papah.

Kini Jojo nampak asik santai setelah menyelesaikan pertandingan balapnya, Jojo memenangkan pertandingannya yang memang sudah mereka rencanakan. Kini Jojo, Akmal, Alfian, Dimas dan yang lain nya sedang asik berkumpul di tempat bang Ari, mereka nampak asik merayakan kemenangan Jojo.

Meski sudah yang kesekian kali, namun tetap saja ada rasa kepuasan tersendiri jika Jojo bisa memenangkan setiap tantangannya.

" Lo lama - lama gue yakin di tantangin Rossi Jo!" Seru Akmal.

" Oh iya donk, gue gitu loh. Rossi sama gue kan beda - beda tipis lah..." Saut Jojo dengan bangga nya ia membusungkan dadanya seraya memukulnya dengan kepalan tangan.

" Rossi mana ni?" Kini bang Ari mulai mencibir.

" Itu bang, si Rossi. Yang suka di kuncir dua giginya yang pake kawat, kek pager sekolahan." Jawab Akmal yang langsung di sambut tawa bang Ari dan yang lainnya.

" Kampret!! Itu mah Lo aja!" Pekik Jojo melemparkan tutup botol ke arah Akmal.

Cibiran demi cibiran pun tak terelakkan, mereka nampak saling mencibir satu sama lain. Meski begitu mereka tidak pernah merasa kecewa atau sakit hati, karena pada dasarnya ya memang seperti itu lah pertemanan mereka.

Jojo yang biasa melakukan pesta kecil - kecilan jika ia memenangkan lomba setidak nya begitu lah mereka menikmati sedikit hasil yang mereka dapatkan. Namun satu hal yang pasti meski pun Jojo di gandrungi banyak fans, ia tetap berusaha untuk setia pada Rara.

Kini waktu sudah hampir pukul lima pagi, saat ini yang lain sudah terlihat lelah dan mengantuk karena melakukan pesta kecil - kecilan. Mereka semua nampak asik tertidur bersama di satu ruangan yang memang sudah di sediakan bang Ari. Entah bagaimana menjelaskan keadaan mereka saat ini, satu hal yang pasti mereka tidur bagaikan ikan pindang.

Dengan posisi yang tidak menentu, mereka nampak akrab dan hangat dengan keadaan seperti itu. Begitulah persahabatan. Susah senang saling berbagi dan saling support. Setidaknya itu lah yang saat ini mereka rasakan, sebelum mereka benar - benar beranjak dewasa dan menjalani kehidupan masing - masing.

Karena hari ini hari libur jadi mereka tidak perlu memikirkan untuk sekolah, jika Jojo di tawari tanding ia sudah pasti akan memilih hari libur, karena jika hari sekolah sudah pasti itu akan mengganggunya.

Disaat Jojo dan teman - temannya nampak masih asik bermimpi, Rara dan Isna sudah cukup berkeringat pagi ini. Mereka melakukan jogging bersama setiap weekend, karena mereka masih di satu lingkungan perumahan jadi sangat mungkin bagi keduanya untuk selalu bermain bersama.

" Tiap pagi suasana nya kek gini aja ya, adem bener." Seru Isna seraya menghirup udara segar pagi ini.

Di tempat mereka memang masih banyak terdapat sawah dan juga hutan - hutan yang lumayan lebat, sehingga mereka bersyukur karena masih bisa menikmati udara sejuk dan melihat pohon - pohon dan sawah yang menyejukkan mata.

" Tiap pagi kagak macet lebih adem na!" Seru Rara merentangkan kedua lengannya menikmati dingin nya udara pagi.

" Hemmm....rasa nya gak kebayang ya, kalo kita tinggal di Jakarta...huffttt!" Ucap Isna.

" Hemm...pasti gue bakalan kangen banget deh suasana kek gini" Ucap Rara dengan wajah sedikit sedih, Isna membulatkan matanya tak percaya mendengar ucapan Rara barusan.

" Maksudnya? Emang Lo mau kemana?" Cecar Isna.

" Rencana nya gue mau lanjutin SMA di tempat nenek gue..." Jawab Rara berjalan santai yang di ikuti Isna.

" Loh, ko Lo baru bilang? Terus kita gak bisa nge ghibah bareng lagi donk?"

" Lo tuh ya, demen banget ghibah. Herman gue!" Rara mencibir.

" Yeh, kek Lo gak suka aja. kan kalo gue dapet bahan ghibah, Lo jadi orang pertama yang tau!" Kilah Isna membela dirinya. Rara tertawa mendengar pembelaan Isna.

" Yeh malahan ketawa lagi Lo! Gue serius Ra!!"

" Ya gue juga serius Risna Addera!" Sunggut Rara membulatkan matanya, " Tenang aja sih, kan masih di Indonesia ini, lagian kalo libur gue balik ko!" Sambung Rara lagi.

" Serius Lo?! Gue pikir, gue bakalan keilangan si Oneng."

" Laknat emang Lo!"

Isna hanya tertawa mendengar makian dari Rara.

Jalanan yang biasa nya ramai lalu Lang kendaraan dan orang - orang uang bersiap untuk memulai kegiatan mereka sehari - hari, kini berganti dengan para pejalan kaki yang menikmati waktu libur sambil berolah raga atau sekedar berkumpul jalan santai bersama keluarga. Mereka semua nampak menikmati hari libur ini.

Rara dan Isna kini tengah menikmati sarapan semangkuk bubur ayam yang kebetulan mangkal tak jauh dari tempat mereka, mereka nampak asik hingga seseorang datang mengusik ketenangan sarapan mereka.

" Hay Ra!!" Sapanya.

Rara yang mendengar namanya di panggil ia mengangkat kepalanya mencari asal suara itu, saat Rara menoleh ke arah samping kirinya ia melihat seorang laki - laki yang sedang tersenyum riang melihatnya.

" Waduh Ra, kenapa kita bisa ketemu dya sih?" Gumam Isna yang juga melihat ke arah yang Rara tuju.

laki - laki itu tak lain adalah Mas Tyo yang tempo hari datang secara tiba-tiba dan memberikan Rara banyak coklat.

Rara nampak acuh ia tetap menikmati sarapannya tanpa memperdulikan sang tamu tak di undang itu.

" Kalian juga joging?" Tanya Tyo yang kini sudah berdiri di samping Isna. Isna hanya tersenyum untuk membalas sapaan nya.

" Gak ko, kita lagi jigong!" Saut Rara sekenanya, Isna berusaha untuk menahan tawanya mendengar Rara. ' Dasar somplak!!' gumam Isna.

" Hahahaha...bisa aja kamu Ra!" Tyo juga tertawa mendengar Rara, " Kalian berdua aja atau sama keluarga?" Tanya nya lagi berusaha untuk terus membuka pembicaraan dengan Rara.

" Ini sama satu RW mas!" Saut Rara lagi masih dengan nada dinginnya yang sedingin es campur. Hehehe.

" Loh ko bisa?" Tanya Tyo lagi yang masih kekeuh untuk mendekatkan diri pada Rara, Isna hanya bisa menahan tawa nya menyunggingkan senyuman - senyuman kecil di bibirnya.

Rara menggeram kecil, ia masih menahan kesalnya sambil terus meminum teh hangat nya, Rara tersenyum miring. " Bisa lah mas, malahan keknya tadi kita kesini satu kelurahan deh, iya kan na?!" Ucap Rara yang memberikan kode pada Isna lewat kedipan matanya.

" Ah...iya pokoknya kalo gak salah sama pak lurah N Bu lurahnya deh kesini!" Ucap Isna menanggapi Rara.

" Kadang kamu aneh ya Ra!" Jawab Tyo yang kini sudah tertawa terkikik.

Sedang kan Isna? Jangan ditanya ia yang sejak tadi menahan tawanya, kini seketika ia ikut tertawa terbahak - bahak. Rencana Rara untuk membuat kesal Tyo malah menjadi bumerang baginya. Kini ia yang terdiam kesal.

" Ko diem aja Ra? kenapa? Apa dia sakit na?" Tanya Tyo lagi tanpa menyadari perubahan wajah Rara yang kini sudah Bad mood akibat ulahnya.

" Hemm...keknya sih iya, ywdh kita balik aja yuk Ra?!" Seketika Isna mendapat kan celah untuk mencairkan suasana dan membawa Rara pergi menghindar, jika tidak sudah pasti Rara akan ngamuk.

Isna menarik tangan Rara dengan cepat setelah mereka berpamitan dan membayar makanan mereka, keduanya berjalan cepat tanpa menoleh kebelakang.

Setelah di rasa sudah cukup jauh mereka pun berhenti dan duduk di sebuah bangku yang memang sengaja di sediakan.

" Haishh...pagi - pagi ada biang kerok!" Ucap Rara kesal.

" Lo tuh marah - marah Mulu, kasian anak orang di marahin terus." Saut Isna sambil menengguk air mineral yang tadi sempat di belinya.

" Biarin, lagian siapa suruh..."

" Ywdh terserah Lo aja lah!"

Akhirnya setelah berbincang - bincang sebentar mereka pun memutuskan untuk kembali ke rumah, lagi pula matahari sudah mulai muncul dan memberikan kehangatannya. Rara dan Isna hanya berjalan kaki saja karena tempatnya tidak jauh dari dari rumah mereka.

" Ywdh gue balik ya, nanti sore gue kerumah Lo!" Pamit Rara saat mereka berpisah dan kembali ke rumah masing - masing.

" Oke, gue tunggu ya?!" Saut Isna seraya melambai ke arah Rara.

Rara melangkahkan kakinya yang sedikit lelah menuju rumahnya, ia melihat Raka yang sedang bermain sepedah di teras rumah. " Orang mah olah raga ka, jangan main sepedah di rumah aja!" Seru Rara menjahili Raka yang sedang mengendarai sepedanya.

" Ini juga kan Raka lagi olah raga, mau jadi pembalap..." Saut Raka seraya melajukan sepedah nya dan menirukan suara seperti motor balap.

" Hahahah...itu kan sepedah, masa suaranya motor." Rara kembali menggoda Raka.

" Ihh...biarin aja! Wlleee!!" Saut Raka menjulurkan lidah nya dan melajukan sepedah nya memutari halaman teras rumah nya.

" Dih, awas ya lewat sini kakak tangkep kamu!!" Rara pun sedikit berlari mengejar Raka yang semakin kencang melajukan sepedah nya.

" Jangan kenceng - kenceng ka! Nanti jatoh nabrak!" Rara berkacak pinggang memperingati Raka yang nampak asik berputar - putar dengan sepedah nya.

Raka hanya tertawa saja melihat Rara yang sedang memarahinya, meski terkadang ia lebih takut pada Rara, namun tidak jarang mereka nampak akur.

Setelah puas menggoda Raka, Rara masuk ke dalam untuk mencuci muka nya terlebih dulu, ia bersantai di halaman belakang asik dengan novelnya.

.

.

.