Chereads / shadow is my husband / Chapter 10 - Bab -10 -

Chapter 10 - Bab -10 -

Jojo masih nampak asik berbincang bersama bang Ari membahas persiapannya untuk turun balap. Bang Ari yang juga merangkap sebagai montir Jojo, mereka pasti akan selalu melakukan persiapan dengan benar hanya berdua.

" Bang, mending pake si item aja?!" Ucap Jojo seraya berjalan ke arah motor yang di maksud. Motor yang Jojo beli dari hasil memenangkan juara balap, Jojo membeli motor itu sebagai motor cadangan nya, namun sudah pasti semua mesin, onderdil, dan body bukan asli lagi.

" Boleh juga...paling besok gue cek lagi!" Jawab bang Ari yang ikut mengamati motor itu.

" Oke berarti deal ya?!"

" Kenapa kaga Lo pake yang itu aja...?!" Bang Ari balik bertanya seraya mengangkat dagunya menunjuk motor yang biasa Jojo gunakan.

" Eits...jangan lah! Ini tuh khusus." Jawab Jojo cepat menggelengkan kepalanya.

Ya, hampir semua motor yang ada di gudang saat ini Jojo beli sendiri hasil ia mengumpulkan uang dari berbagai kompetisi, namun motor yang biasa ia pakai saat ini ia beli dengan mengumpulkan uang jajannya.

" Ywdh,berarti tinggal kita bongkar lagi besok. Di cek apa aja yang harus di ganti atau di tambahin.."

" Ya besok kalo gue gak bisa, Lo minta tolong Dimas aja!" Saut Jojo yang kembali duduk di sofa.

" Oke!" Jawab bang Ari mengangguk seraya terus memperhatikan motor yang di maksud.

Jojo pun nampak asik membahas masalah otomotif dengan bang Ari, mereka selalu menunjukan raut wajah senang saat membahas motor beserta aksesorisnya.

Sementara itu Rara yang masih nampak asik di kamarnya menonton tv seraya menikmati sisa martabaknya, ia nampak sibuk mengunyah.

' Jojo tuh pasti tau aja! ' Gumamnya senang.

Rara akan sangat senang jika Jojo sudah membelikannya makanan yang berbau keju, entah itu martabak atau bolu atau yang lainnya yang berbau keju. Moodnya akan kembali senang jika sudah menikmati itu.

Seperti saat ini, jujur saja memang tadi siang Rara marah pada Jojo, terlebih lagi moodnya yang sudah jelek karena Radit, di perburuk oleh Jojo yang kedatangan tamu tak di undang nya, yang membuat Rara semakin bad mood.

Untung Jojo peka, ia tahu betul jika Rara marah harus bagaimana.

Mungkin kadang memang Rara sedikit terlalu kejam pada Jojo, Rara terkadang tak perduli pada Jojo yang kadang sudah berusaha untuk melakukan hal yang menyenangkan. Namun sebenarnya Rara tidak pernah bermaksud seperti itu, Rara hanya ingin mengetes Jojo saja. Ternyata mereka mampu melewati tiga tahun bersama.

Rara juga yang awalnya tak menyangka akan menjadi pacar Jojo dan bisa bertahan hingga sekarang, ia terkadang hanya sedikit bingung saja.

Pasalnya pertama kali mereka menjalin hubungan Rara selalu judes dan tak pernah menganggap Jojo, malah terkesan cuek pada Jojo.

Rara tahu betul jika Jojo itu memiliki banyak penggemar, jadi ia sebenarnya hanya ingin tahu sampai mana ke sungguhan Jojo untuk menjadikannya pacar. Makanya Rara selalu mengacuhkan Jojo, hingga hubungan mereka pun tidak banyak yang tahu, hanya tertentu saja yang mengetahuinya.

Rara dan Jojo pun sepakat untuk tidak saling menuntut agar selalu bersama - sama atau harus selalu melakukan hal - hal romantis lainnya. Mereka terkesan sama - sama cuek satu sama lain, namun pada nyatanya keduanya peka terhadap perasaan pasangannya.

Rara pun sebenarnya merasa jika ia seperti bercermin jika menghadapi Jojo, ya bedanya hanya Jojo tidak moody seperti Rara.

Setelah menghabiskan semua martabaknya, kini Rara berjalan ke arah kamar mandinya untuk membersihkan tangannya. Setelah itu Rara kembali ke atas kasurnya menonton tv sebentar sebelum tertidur.

Jojo kini sudah di jalan pulang untuk kembali ke rumahnya, karena esok masih hari sekolah, jadi Jojo masih harus melaksanakan tugasnya. Meski terkadang Jojo bolos, namun karena ia sudah kelas sembilan, jadi mau tak mau Jojo harus mengikuti kegiatan sekolahnya dengan baik agar lulus dan melanjutkan pendidikannya.

Jojo memarkirkan motornya di garasi, tepat di sebelah mobil berwarna putih yang di hadiahi sang papah padanya beberapa bulan lalu. Jojo masih belum di perbolehkan untuk menyetir mobil sendiri, meski Jojo sudah lancar, namun karena umur dan Jojo belum memiliki SIM.

Hanya motor saja yang baru di perbolehkan itu pun masih di dalam pengawasan keluarga atau bang Ari tentunya.

Jojo melangkah masuk ke dalam rumahnya, ia melihat sang papah yang sedang asik mengobrol dengan kak Riko, jadi mau tak mau Jojo menghampiri mereka dan ikut bergabung.

" Baru pulang Jo?" Tanya sang papah saat Jojo duduk di samping nya.

" Iya, abis dari tempat bang Ari." Ucapnya seraya menyugar rambutnya ke belakang.

" Demen banget...!" Cibir kak Riko, Jojo hanya tersenyum mendengarnya.

" Kamu udah makan belom? ini udah malem loh!"

" Udah sih tadi, tapi masih laper.."

" Ywdh sana makan, masih ada ko. Minta di angetin aja lagi masakannya." Ucap papah Jojo menepuk pelan punggung Jojo.

Jojo pun tak memperdulikan omongan kak Riko, ia berjalan menuju meja makan, karena memang sebenarnya ia lapar. Saat Jojo melihat masih ada ayam goreng, sambel dan sayur Soup. Jojo pun menyalakan kompor dan memanaskan lagi makanannya sendiri.

Bu Ijah yang mendengar ada suara dari arah dapur buru - buru ia menghampiri dapur dan melihat Jojo yang sedang menunggu di depan kompor.

" De, kalo mau makan ko gak panggil Bu Ijah?" Ucapnya mendekat pada Jojo.

" Gak apa - apa ko, de bisa sendiri." Ucap Jojo seraya tersenyum ramah pada Bu Ijah yang berdiri di sampingnya.

Bu Ijah pun mengangguk, ia beralih pada makanan di meja, Bu Ijah menyiapkan piring dan minum untuk Jojo, tak lupa ia juga menyiapkan buah yang biasa di sajikan di meja makan itu.

Tak lama Jojo sudah menuangkan semangkuk soup panas dan membawanya menuju meja, setelah duduk dan menyendok kan nasi ke atas piringnya, Jojo mulai menikmati makan malamnya yang di temani Bu Ijah.

" Bu gak makan?" Tawar Jojo ramah, Jojo memang terbiasa ramah pada siapa pun bahkan pada Bu Ijah dan pak Mamat supir papah nya.

" Udah ko De." Jawab Bu Ijah seraya membereskan peralatan yang belum ia bereskan.

" Bener? kalo belom sini makan bareng. Gak apa - apa ko!" Jojo masih terus menawari makan pada Bu Ijah. Bu Ijah hanya mengangguk saja.

" Ywdh kalo gak mau." Ucap Jojo pasrah akhirnya ia terus menikmati makan malamnya sendiri.

Papahnya yang datang menyusul Jojo di meja makan, ia hanya tertawa melihat Jojo yang sedang makan dengan lahap, " Kamu kelaperan De?" Tanya nya.

" Gak juga sih, mungkin masa pertumbuhan pah..." Ucap Jojo.

" Bisa aja kamu ngelesnya" Saut papah Jojo tertawa.

" Gimana kerjaan hari ini?" Tanya Jojo di sela - sela makannya.

" Ya, sama kaya biasa De." Jawabnya mengangkat bahu santai.

" Hemmm...ribet ya jalanin bisnis?"

" Gak juga kalo kamu ngerti celah dan caranya." Jawab papah Jojo, " Kenapa? kamu mau gantiin papah?" Sambungnya lagi seraya menatap Jojo.

" Uhuk....uhuk...uhuk..." Jojo pun kaget dan tersedak makanannya saat mendapat pertanyaan itu dari sang papah.

" Pelan donk De!" Ucapnya seraya menyerahkan segelas air minum.

" Gak ko, De cuman nanya aja. Dede mana ngerti sih pah masalah bisnis kek gitu. Suruh kak Riko aja." Saut Jojo seraya kembali menikmati makanannya, Jojo saat ini merasa gugup entah mengapa sang papah menanyakan hal itu padanya. Entah lah!

" Papah tau kamu punya bisnis sendiri juga kan?" Tanya sang papah lagi, " Biar pun papah jarang di rumah, bukan berarti papah gak tau apa yang di lakuin anak - anak papah." sambungnya lagi.

Jojo diam membatu seketika dengan tatapan tak percayanya.

" Eh...Hem..itu.." Jawab Jojo bingung ia menghentikan kegiatannya dan mengambil nafas sejenak, " Ko papah tau?" Sambung nya lagi.

" Papah tau itu gak penting, tapi yang harus kamu tau. Papah seneng kamu mau belajar bisnis dari sekarang." Jawab sang papah mengelus kepala Jojo dengan sayang.

" Tapi pah, Jojo gak ngelakuin hal yang aneh buat bikin bisnis Jojo sendiri. Semua Jojo kumpulin dari uang yang mamah papah kasih." Jojo menjelaskan semuanya, Jojo tak ingin ada salah paham di antara ia dan papahnya.

" Papah tau ko, makanya gak usah khawatir. Papah bakalan dukung semua yang kamu lakuin selama itu bikin kamu bahagia." Ucapnya lagi seraya bangkit dari duduk nya dan pergi meninggalkan Jojo sendiri.

Jojo masih nampak sedikit terkejut mendengar semua ucapan sang papah. Padahal ia susah payah untuk menyembunyikannya, ternyata sang papah tau. Tapi di sisi lain Jojo bisa bernafas lega, sang papah tidak memarahinya dan bangga akan apa yang di lakukan ya.

Saat ini perasaanya antara senang dan juga bingung.

Senang karena sang papah tau dan mendukung nya sepenuhnya.

Bingung bagaimana jika kak Riko tahu jika ia mendapat dukungan penuh dari sang papah, maka sudah pasti ini akan membuat persaingan antara keduanya.

Untung saja makanannya sudah habis, kini Jojo meminum segelas air dan menyenderkan punggungnya di bangku manaruh tangannya di atas meja menopangkan dagunya.

.

.

.