Mbak Yul memanggil Rara, namun sebelum memberitahukan Rara ia lebih dulu memberitahukan mamah Rara, " Bu di depan ada Jojo." Ucap mbak Yul.
Kebetulan keluarga Rara yang sedang berkumpul di ruang tv, jadi mbak Yul memberitahukan mereka terlebih dulu, sebelum memanggil Rara. Raka yang sedang asik bermain mobil - mobilan, ia nampak antusias saat mendengar nama Jojo. Raka buru - buru keluar untuk menghampiri Jojo yang di susul mamah dan papah nya.
" Assalamualaikum...om, Tan!" ucap Jojo seraya mencium kedua tangan orang tua Rara, " Hay Raka!!" Tak lupa Jojo menyapa Raka sambil memberikan sebungkus es krim yang kebetulan tadi ia beli sebelum ke rumah Rara.
" Waalaikumsalam...wah, repot - repot kamu Jo." Saut papah Rara yang melihat beberapa bungkus makanan yang di bawa Jojo, " Ke enakan Raka donk!" Sambung nya lagi. Jojo hanya tersenyum.
" Masuk Jo, sini mari.." Ajak mamah Jojo seraya berjalan masuk.
" Ga usah gan, di luar aja. Ini Jojo bawa makanan buat ngemil..." Ucap Jojo seraya memberikan bungkusan pada mamah Rara.
" Makasih, kamu repot jadinya!" Saut nya basa - basi, setelah itu memberikan pada mbak Yul.
" Kak Jojo, makasih es krimnya!" Ucap Raka yang sedari tadi sudah asik dengan es krim.
" Tunggu aja dulu ya Jo, nanti juga Rara turun." Ucap papah Rara, " Silahkan duduk aja dulu ya." Sambung nya lagi mempersilahkan Jojo untuk duduk.
" Sini kak, duduk sama Raka." Seru Raka yang duduk di bangku teras, Jojo pun mengangguk duduk di sebelah Raka.
" Enak ga ka es krimnya?" Tanya Jojo pada Raka yang terlihat sangat menikmati es krimnya, dengan mulut penuh dengan es krim yang sudah mulai mencair.
" Pelan - pelan ka, makannya. Berantakan kan jadinya!" Ucap Jojo seraya membersihkan mulut Raka dengan tisu yang memang selalu ada di atas meja depan.
Rara berjalan turun untuk menemui Jojo, setelah tadi di panggil mbak Yul, saat ia melintasi meja dapur Rara berbelok untuk mengambil seporsi martabaknya yang sudah di bawakan Jojo.
" Kak, ko di bawa?" Tanya sang mamah yang melihat Rara membawa sepiring martabak.
" Jojo bawa dua kan?" Sautnya seraya nyengir kuda. Sang mamah hanya tertawa melihat tingkah Rara yang selalu antusias jika menyangkut keju.
Rara berjalan kedepan dengan wajah senang karena di tangannya sudah ada martabak favoritnya.
" Dih, Raka doank yg di kasih es krim?" Ucap Rara dengan wajah merengek.
" Kan Lo udah martabak!" Ucap Jojo sambil terus mengelap mulut Jojo yang di penuhi es krim.
" Enak tau kak, tadi Raka di kasih es krim." Ucap Raka seraya memamerkan es kirimnya yang sudah mau habis.
Jojo hanya tertawa melihat Raka yang nampak senang saat ia memberikan es krim, mungkin saja jika Jojo mempunyai adik ia bisa berlaku seperti ini pada adiknya. Sayang Jojo anak bungsu.
" Ywdh, jangan minta martabaknya ya. Punya kakak semua!" Ucap Rara mengancam.
" Biarin, kan udah ada es krim!" Mereka masih nampak asik berdebat tentang makanan. Jojo tertawa mendengarnya.
" Kalo aku punya adik, kek gini kali ya?" Tanya Jojo sambil mendekap Raka.
" Gak enak Jo, ribet!"
" Raka juga ribet, punya kakak yang suka marah - marah! wleee...!" Jawab Raka seraya menjulurkan lidahnya.
" Tuh kan, rese. Nyebelin!!"
" Emang kak Jojo, gak punya adik?"
" Gak, kak Jojo punya nya kakak."
" Oh, terus suka marah - marah juga gak, kaya kak Rara?" Tanya Raka dengan wajah polosnya. Seketika Jojo hanya bisa tersenyum mendengar pertanyaan Raka.
" Awww....!" Pekik Raka yang menjewer kuping Raka. Jojo pun langsung melerai antara adik kakak itu.
" Kakak nya kak Jojo itu gak suka marah..." Saut Jojo.
" Enak donk. Berarti baik." Ucap Raka cepat.
" Hemm...tapi sukanya bikin ulah kek Raka!" Sambung Jojo seraya mencubit hidung Raka.
Rara tertawa menang atas ucapan Jojo.
Mereka tampak asik saling bercanda dan tertawa di teras depan rumah Rara.
Raka meninggalkan mereka ia masuk kedalam untuk mencuci tangannya dan wajahnya nya yang terkena es krim.
" Makasih buat martabaknya!" Ucap Rara senang seraya memasukan sepotong martabak kedalam mulutnya.
" Enak?!" Tanya Jojo yang melihat Rara memakannya dengan mata yang berbinar.
" Banget..!!" Seru Rara masih dengan martabak di mulutnya.
" Jangan marah - marah lagi ya?!"
Rara hanya nyengir kuda menganggukkan kepalanya, karena mulutnya yang masih sibuk menikmati martabak.
Jojo hanya diam seraya tersenyum bahagia melihat Rara yang menikmati makanannya, entah mengapa Jojo selalu heran di buatnya. Padahal hanya martabak atau makanan lainnya yang berbau keju, mood Rara akan kembali membaik. Seperti saat ini.
Setelah menghabiskan hampir separuh porsi, Rara sudah merasa kenyang.
" Kenyang?!" Tanya Jojo yang melihat Rara mengelus perutnya. Rara mengangguk malu.
" Kalo kurang, nanti gue beliin lagi!"
" Lama - lama gue gendut Jo!" Rara mengerucutkan bibirnya.
" Giliran udah mau abis separo, baru inget gendut!" Cibir Jojo.
" Gak tau, kalo udah makan ini suka lupa...heheheh."
" Gak apa - apa lah, yang penting Lo seneng."
Jojo masih terus menatap Rara dengan tatapan sendu, rasanya melihat Rara tersenyum seperti ini membuatnya sedikit rileks. Meski Jojo sadar ia masih terlalu kecil untuk memulai sebuah hubungan yang serius, namun ia masih ingat dan berusaha untuk selalu menjaga Rara dengan baik.
Jojo hanya ingin menjaga Rara hingga nanti mereka tumbuh dewasa bersama dan menikmati masa depan mereka. Setidaknya itu lah yang selalu Jojo pikir kan sejak hari ini.
Saat sedang asik mengobrol, ponsel Jojo berbunyi dan menampilkan nama bang Ari di layarnya, Jojo pun menjawab panggilan itu.
' Hallo bang'
'....'
" Oke, gue otw!" Ucap Jojo seraya memutuskan sambungan teleponnya.
" Siapa Jo?" Tanya Rara.
" Bang Ari, biasa lah..."
" Oh, Lo ada janji?"
" Gak ko, tapi dia ada perlu sama gue." Ucap Jojo dengan wajah sedikit sedih.
" Ywdh, siapa tau aja penting!"
" Hemm....oke deh, gue balik ya? oh iya nyokap Lo mana.?" Pamit Jojo.
" Bentar gue panggilin dulu ya!" Rara pun masuk kedalam dan memanggil sang mamah.
Tak lama Rara keluar bersama dengan sang mamah, " Mau pulang Jo?" Tanya sang mamah berbasa - basi.
" Iya Tan, gak enak juga udah malem." kilah Jojo. " Khenzo pamit dulu ya gan, Assalamualaikum..." Pamit Jojo setelah mencium punggung tangan mamah Rara.
Rara mengantarnya hingga depan gerbang rumahnya, " Hati - hati ya kang ojek!"
" Sabar ya, gue mau ngojek dulu!"
" Dasar Bajuri!!"
" Udah sana masuk, takut Lo di culik!"
" Hahahahahahaha...." Rara tertawa mendengar perdebatan mereka yang tak penting.
" Gue balik ya, dah...!" Tak lama Jojo pun sudah melesat meninggalkan rumah Rara. Rara masih tertawa mengingat perdebatannya dengan Jojo.
Setelah mengunci pintu, Rara membereskan sisa - sisa piring dan gelas, ia pun masuk dan menutup pintu rumahnya. Menaruh gelasnya di dapur dan membawa sisa martabaknya ke dalam kamarnya.
" Kak, mau di bawa kemana tuh?" Goda mbak Yul yang melihat Rara membawa sisa martabak menuju kamarnya.
" Mau di buang!"
" Di buang ke perut ya?!"
" Hahahaha...biarin!" Rara melanjutkan langkahnya dan menutup pintu kamarnya tak ingin di ganggu.
Sementara itu Jojo kini dalam perjalanan menuju tempat bang Ari, entah apa yang membuat bang Ari memintanya untuk datang ke tempatnya.
Bang Ari adalah seorang yang Jojo anggap seperti kakak kandungnya, ia jauh lebih menyayangi dan lebih nyaman bersama bang Ari. Hampir semua yang Jojo lakukan bang Ari selalu mendukungnya, meski terkadang mereka berbeda pendapat dan saling bertengkar .Namun entah mengapa di antara keduanya tak pernah merasa marah apa lagi kecewa, berbeda jauh dengan apa yang Jojo rasakan pada kak Riko. kakak kandung nya sendiri.
Jojo percaya segalanya pada bang Ari, ia pun selalu meminta bang Ari untuk menjaga dan membantunya menjalani bisnis kecil - kecilannya. Bang Ari juga sering menjadi asisten jika Jojo bertanding balap, dari mulai yang legal sampai yang ilegal pun semua bang Ari yang mengatur.
Jojo memasuki sebuah gedung yang sudah tak terpakai layaknya gudang, Jojo memasukan motornya menuju pintu utama dan membunyikan klakson motornya.
Tak lama pun bang Ari pun membuka pintu untuk Jojo.
" Kenapa bang?" Tanya Jojo saat sudah memarkirkan motornya.
" Gak apa - apa, ada perlu aja."
Jojo berjalan menuju sofa yang sudah di sediakan oleh bang Ari, meski gudang ini terlihat sedikit kumuh dari luar, namun berbeda jauh jika sudah di dalamnya.
Bang Ari dan Jojo sengaja membeli gudang itu untuk menaruh semua motor - motor dan segala keperluan otomotif Jojo. Jojo memang hobby balap jadi ia tidak ingin jika hobby nya di ketahui orang rumah.
" Jo, ada tawaran tanding ni. Ambil jangan?!" Tanya bang Ari seraya melemparkan sebotol air mineral.
" Apa dulu ni mainnya?"
" Biasa lah!!"
" Dimana? Kapan?"
" Minggu depan, tempat biasa!"
" Oke, ambil aja!" Jawab Jojo setelah diam sejenak dan memikirkan tawaran bang Ari.
" Oke jadi.!"
.
.
.