Chereads / shadow is my husband / Chapter 4 - Bab -4-

Chapter 4 - Bab -4-

Bukan tanpa sebab Rara melakukan itu pada Tyo yang datang berkunjung, pasalnya beberapa hari lalu Rara mendapatkan kabar dari Isna jika ada yang menanyakan perihal dirinya. Rara hanya tersenyum cuek mendengar informasi dari Isna.

Rara nampak asik menikmati kuehnya saat mamahnya ikut bergabung, " Loh kamu makan apa De?" tanya sang mamah yang melihat berbagai macam coklat.

" Itu tadi aku dikasih sama kakak" jawab Raka sambil menikmati coklatnya dan tersenyum melirik sang kakak.

" Kamu dapet dari mana kak? kan banyak makanan?!" saut sang mamah lagi menatap Rara yang tak di hiraukan. " Dih...orang kakak juga dapet!" jawab Rara cepat.

" Kamu dapet dari mana? emang ada yang cuma - cuma?!" tanya sang mamah lagi masih penasaran.

" Hadeh...mamah, kakak dapet dari mas Tyo ga tau tapi rumahnya di blok mana. Dia Dateng tau - tau ngasih itu. Udah gitu ceritanya!" cerocos Rara panjang lebar menjelaskan bungkusan coklat yang di makan Raka. Mamahnya hanya mengangguk saja mendengar ucapan anaknya.

Karena coklat yang lumayan banyak, Rara juga memberikannya pada mbak Yul yang ikut asik menonton tv. Meskipun mbak Yul seorang asisten rumah tangga namun mereka tidak membedakan statusnya, mbak Yul pun nampak asik bergabung dengan mereka Rara juga yang akrab dengan mbak Yul ia juga kadang tak sungkan untuk saling berbagi cerita atau apa pun.

Tak akan ada yang menyangka jika mbak Yul bukan lah kakak kandung, hanya karena kedekatan mereka yang membuat keduanya seperti adik kakak.

waktu sudah menunjukan pukul lima sore Rara yang saat ini merasakan kantuk ia malahan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya untuk beristirahat, " kak mau kemana?" tanya mbak Yul yang melihat Rara membuka pintu kamarnya, " Mau tidur bentar, ngantuk mbak!" jawab Rara tak memperdulikan mbak Yul.

" Heh..!! jam segini ngantuk" ucap Rara merebahkan tubuhnya di atas kasurnya, tak butuh waktu lama Rara pun sudah mulai berselancar ke alam mimpinya.

Jojo yang masih asik di bengkel ia hanya asik dengan bukunya dan tak memperdulikan Alfian dan Akbar yang dengan ponsel mereka, entah apa yang membuat mereka begitu antusias. Namun tetap saja Jojo tak menghiraukannya.

" Woy!! gue laper" ucap Jojo menutup bukunya dan menghampiri mereka, " Lo mau kaga?!" sambungnya lagi.

" Lo mau beli apaan emang?" jawab Alfian mendongak kan kepalanya menatap Jojo yang sedang menyisir pandangannya ke arah sebrang jalan.

" Ga tau juga sih...Lo mau apa?" Jojo balik bertanya bingung pada Alfian, " Padang aja " usul Dimas yang kini ikut bicara.

" Ywdh Lo aja Yan yang beli!" ucap Jojo sambil mengeluarkan selembar lima puluh ribuan dari dalam sakunya.

" Kurang lah, masa lima puluh?" ucap Alfian dengan wajah serius, sontak saja Jojo menaikan alisnya menatap Alfian, " buseh..! emang harganya berapa? pas lah buat bertiga mah!" saut Jojo sengit tak percaya dengan ucapan Alfian.

" Kurang Khenzo, kan gue mau ke Padang buat ongkosnya mana?!" ucap Alfian santai.

" Bangke!!" pekik Jojo memukul lengan Alfian, Dimas hanya tertawa mendengar Jojo yang di kerjain Alfian.

" Gue pikir serius!" sambung Jojo lagi sambil tertawa. Alfian pun bergegas menuju warung Padang yang di maksud.

Tiga puluh menit kemudian Alfian kembali dengan tiga bungkus nasi lengkap dengan es jeruk untuk mereka, tak perlu waktu lama mereka pun langsung menikmati makan siang dan sore mereka dengan sesekali di selingi cibiran dan tawa ketiganya.

" Ah...kenyang gue!" ucap Alfian mengelus - elus perutnya yang sudah terisi penuh.

" Yaealah kenyang! sebungkus nasi Padang!" cibir Jojo sambil menikmati rokoknya.

Mereka pun nampak asik nongkrong dan saling melemparkan cibiran meski ada beberapa pelanggan yang datang. Jojo yang bertugas sebagai kasir ia duduk dengan tenang seraya memutarkan lagu dari YouTube agar suasana nya sedikit lebih ramai.

Setelah keadaan sedikit sepi dan langit yang sudah gelap, Alfian dan Jojo kini pulang meninggalkan bengkel dan Dimas, Dimas yang Jojo percaya untuk mengelola bengkelnya, ia pun bermalam di bengkel itu karena pada dasarnya Dimas yang tak mempunyai rumah yang tetap. Jadi Jojo mengizinkan Dimas untuk tidur di bengkel.

Jojo melajukan motornya dengan sedang sambil mengobrol dengan Alfian mereka cukup menikmati suasana jalan malam ini, karena Alfian yang bertetangga dengan Jojo jadi mereka pun berboncengan.

setelah lima belas menit mengendarai motor Jojo mengantarkan Alfian terlebih dulu, " Thanx Jo!" ucap Alfian sambil berlalu memasuki rumahnya. Jojo pun kembali melajukan motornya menuju rumahnya. Rumah Jojo tak terlalu jauh dari rumah Alfian, hanya terpisah lima rumah saja.

Jojo memasuki pekarangan rumah mewah bertingkat yang cukup besar, mungkin bisa di bilang kastil. Dengan gaya klasik minimalis dan warna putih serta abu - abu membuatnya terlihat sejuk. Jojo memarkirkan motornya di garasi yang cukup luas, yang mampu menampung segala kendaraan yang di miliki si empunya rumah.

" Hallo mah!" sapa Jojo saat melihat mamahnya sedang asik santai di ruang tengah di temani berbagai macam majalah fashion, karena memang mamah Jojo yang sejatinya adalah seorang designer jadi sudah pasti ia harus sering - sering melihat up date terbaru model - model pakaian.

" Dari mana De?!" tanya sang mamah yang memang memanggil Jojo dengan sebutan ' Dede '. " Dari rumah Alfian mah!" jawab Jojo singkat sambil menuangkan air ke dalam gelas.

" Oh, kamu udah makan?" tanya nya lagi.

" Udah ko mah tadi, oh iya pada kemana?" tanya Jojo seraya menyisir pandangannya mencari papah dan kakaknya.

" Belom pada pulang, mungkin masih banyak kerjaan kali" Jawab sang mamah santai sambil terus melihat majalah.

" Oh ywdh kalo gitu Dede mau istirahat dulu ya?" pamit Jojo pada sang mamah. Namun saat Jojo hendak melangkah, langkahnya terhenti karna sang mamah lagi yang memanggilnya.

" De, sini bentar?"

" kenapa mah?" tanya Jojo sambil memutar badannya kembali duduk di samping sang mamah.

Sang mamah hanya menepuk - nepuk sofa kosong yang ada di sampingnya mengisyaratkan Jojo untuk duduk, " Mamah mau ngomong sebentar, bisa?" ucap sang mamah dengan lembut membelai rambut Jojo.

Entah apa yang ingin di bicarakan sang mamah namun sepertinya Jojo paham akan arah pembicaraannya. Jadi Jojo menurut dan duduk di sebelah sang mamah sambil mendengarkan dengan baik, " Mamah mau ngomongin apa? " ucap Jojo bingung, ia sengaja menampilkan wajah bingung.

Dengan lembut mamahnya mulai membuka suara, " De, kamu udah mulai besar sebentar lagi kamu SMA, kuliah. Abis itu kamu mulai kerja, mamah harap kamu bisa tumbuh jadi anak yang baik, dewasa dan bijak sana ya? kamu tau kenapa mamah bilang kaya gini?!"

Jojo hanya menggelengkan kepalanya seolah - olah tak mengerti. Padahal ia jelas mengerti mengapa sang mamah mengatakan itu semua, semua karna ulah kak Riko yang terlalu di manjakan orang tuanya, sehingga seperti saat ini. Kak Riko sering sekali berulah dan tak jarang kadang menyulitkan orang tua mereka. Jadi sudah pasti mereka mempunyai harapan yang lebih terhadap Jojo.

" Mamah yakin kamu tau, tapi kamu pura - pura ga tau kan?" ucap sang mamah lagi yang membuat Jojo tersenyum kikuk. " Emang dari awal harusnya mamah & papah bisa tegas sama kakak kamu, mungkin sekarang bisa lebih baik. Tapi waktu ga bisa di putar lagi De, jadi mamah sama papah cuman bisa berharap kamu lebih dewasa dari pada kakak kamu, mamah harap kamu bisa terus tutup mata & kuping dengan semua ulah kakak kamu." ucap sang mamah panjang lebar.

Ya, sudah ratusan kali sang mamah berbicara seperti itu, ratusan kali pula Jojo berusaha untuk menuruti permintaan orang tuanya. Namun entah sampai kapan ia harus melakukan itu, padahal Jojo tahu betul bahwa sang kakak sangat tidak menyukai kehadirannya. Terlebih lagi Jojo yang lebih di sayang dan lebih berpeluang untuk menjalankan bisnis sang papah, membuat kak Riko semakin membencinya.

Namun mereka masih berusaha untuk nampak akur dan saling membantu, meski terkadang masih ada sedikit pergesekan, Jojo masih bisa mengalah. Walaupun ia adik tapi Jojo cukup dewasa untuk mau mengalah pada sang kakak.

" Iya mah, Dede tau ko. Mamah sama papah tenang aja, doain terus Dede sama kak Riko biar bisa jadi anak yang mamah & papah mau ya!" jawab Jojo dengan tulus. Sang mamah semakin lembut mengusap kepala Jojo di sertai tatapan terharu dan bangga.

Setelah adegan yang sedikit melow itu, Jojo kembali berpamitan untuk istirahat. Jojo melangkah meninggalkan sang mamah yang masih nampak asik dengan majalahnya, ia membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju balkon kamarnya. Tempat yang paling Jojo sukai di saat ia ingin sendiri dan merenung.

Setelah mengganti pakaiannya sebentar dan membersihkan diri, Jojo kembali berjalan untuk duduk di santai di sofa balkonnya, di temani rokok, musik dan buku sketsnya. Jojo kembali menggambar untuk menenangkan pikirannya.

" Harus bisa jadi laki - laki yang lebih baik Jo! Buat keluarga & buat masa depan Lo sendiri nanti!" Ucap Jojo pada dirinya sendiri sambil menghembuskan asap rokoknya ke arah langit yang di penuhi bintang - bintang.

" Harus bisa bikin orang tua bangga! Lo harus bisa!" sambung Jojo lagi seraya menutup buku gambarnya dan bangkit menuju pagar pembatas balkon.

Jojo menatap jauh kedepan ia harus bisa menjadi apa Yang di harapkan kedua orang tuanya.

Setelah menghabiskan rokoknya, Jojo merapihkan bukunya dan berjalan kembali menuju kamarnya.

Jojo menghempaskan tubuhnya di atas kasur king sizenya dan mulai memejamkan matanya.

Tak butuh waktu lama untuk Jojo bersahabat dengan mimpi - mimpinya.

Ia sudah tertidur pulas.

.

.

.