tok...tok...tok...
" Ra, Keira?" ucap sang mamah yang mengetuk pintu kamar Keira untuk membangunkan anak gadisnya.
sayup - sayup Rara mendengar suara sang mamah yang membangunkannya, ia berusaha untuk membuka matanya yang masih sedikit mengantuk. Rara melirik jam dindingnya dan menunjukan pukul lima pagi, dengan malas ia kembali menarik selimutnya lagi dan memejamkan matanya kembali. Namun saat ia sedang berusaha kembali untuk berdamai dengan mimpinya sang mamah kembali mengetuk pintu kamarnya.
Akhirnya dengan enggan pun Rara membuka matanya dan bangkit dari tidurnya, ia berjalan menuju pintu kamarnya yang masih di ketuk sang mamah, " iya mah, kakak udah bangun ko!" saut Keira saat membuka pintunya.
" ya udah, bangun siap - siap terus sarapan ya?" perintah sang mamah sambil berlalu meninggalkan Rara yg masih berdiri di depan pintu kamarnya.
Rara menutup kembali pintu kamarnya dan menyalakan lampu kamar, ia duduk di sisi ranjangnya sambil mengumpulkan sisa - sisa nyawanya yg masih berada di alam mimpi. Setelah di rasa nyawa nya kembali Rara melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk menyegarkan dan membersihkan tubuhnya. Rara memulai ritual mandinya setelah menyalakan shower.
sekitar lima belas menit Rara menyelesaikan ritualnya ia beralih pada lemarinya yang cukup besar dan berdiri di depan cermin sambil memakai seragam sekolahnya.
" hemm...oke lah!" serunya saat sudah rapih dengan balutan seragam sekolahnya. Rara melangkahkan kakinya menuju ruang makan untuk sarapan sebelum berangkat sekolah.
" sarapan apa mah?" tanya Rara sambil menarik kursi makannya dan duduk di sebelah sang papah. " sarapan nasi goreng, tapi ada roti juga kalau kamu mau kak?" jawab sang mamah yang sedang sibuk menyuapi Raka, sang adik.
" kamu mau bareng kak?" tanya sang papah sambil menikmati sarapannya," boleh pah" saut Rara sambil mengolesi roti dengan selai strawberry. Setelah menyelesaikan sarapan nya dan meminum susu, Rara berpamitan pada sang mamah.
Kini Rara berangkat ke sekolahnya bersama sama sang papah, " belajar yang bener kak, biar nanti bisa masuk SMA yang kamu mau" ucap sang papah menasehati anak gadisnya itu. Rara mengangguk patuh mendengarkan nasehat sang papah.
Ya, Rara saat ini duduk di kelas tiga SMP meski ia bukan peraih juara baik di kelas atau pun umum lainnya, namun kemampuan Rara tak perlu di ragukan lagi ia hanya sedikit malas untuk bersaing dengan yang lainya. Menurutnya pintar bukan hanya di tunjukan dengan peringkat saja, masih banyak cara untuk menunjukan kemampuan otak yang lebih baik.
Kini Rara sudah sampai di depan gerbang sekolahnya, sebelum turun dari mobil Rara berpamitan pada sang papah sambil mencium punggung tangannya.
" Rara!" pekik Isna yang tak lain adalah sahabat Rara sejak kecil, mereka memang berteman sejak kecil. Rara nyengir kuda menanggapi seruan Isna yg terlihat ceria pagi ini.
" Lo kek toa masjid!" hardik Rara berkacak pinggang di depan Isna, Isna hanya nyengir kuda menanggapi ucapan Rara, ia hapal betul bagaimana sifat Rara. Pada Isna saja Rara memang suka ceplas - ceplos terlebih lagi pada orang yang baru ia kenal.
Maka jangan heran jika Rara terkenal karna ia tomboy dan judes.
Setelah sedikit basa - basi kini mereka berjalan menuju kelas mereka yang terletak di lantai dua. Saat hendak menuju tangga langkah mereka di cegat, " tumben pagi gini pada cerah bener?" cibir Alfian dengan tatapan jahilnya.
" ah elah...biang kerok pagi - pagi nongol!" saut Rara malas sambil mengibaskan lengannya di wajah Alfian, Alfian hanya tertawa kecil mendengar ucapan Rara, " siapa yang biang kerok?" saut Alfian sambil menyenggol bahu Rara.
" udah, minggir gue pengen ke kelas!" saut Isna yang sedikit melerai keduanya, kini mereka bertiga pun berjalan beriringan menuju kelas mereka yang bertetangga di lantai dua.
" eh Ra Khenzo kemana?" tanya Alfian saat mereka mulai menaiki anak tangga gedung sekolah. " mana gue tau, kaga gue kantongin!" saut Rara seraya mengangkat kedua bahunya acuh.
Khenzo adalah kekasih Rara, mereka sudah menjalin hubungan sejak kelas satu meski begitu keduanya tidak pernah terlihat bersama - sama. Mereka lebih memilih untuk saling menikmati waktu mereka masing - masing dengan segala kegiatannya dan tentunya dengan dunia mereka sendiri.
Rara yang pada dasar nya memang cuek jadi ia tidak terlalu memusingkan masalah pacarnya, apa lagi karna mereka juga masih sekolah jadi bisa di bilang cinta monyet lah, hehehe...
walaupun di depan orang banyak mereka terlihat cuek dan sama - sama tidak perduli sebenarnya mereka adalah pasangan yang kompak, dari mulai gaya sampai hal terkecil sekalipun mereka kompak.
Rara dan Khenzo sepakat untuk tidak mempublikasikan hubungan keduanya, selama hampir tiga tahun mereka nampak asik dengan hubungan tertutup sepeti saat ini, bukannya tidak ingin.
Namun karna Khenzo yang sebenarnya tergolong bad boy di sekolah, jadi mereka lebih memilih untuk tidak mempublikasikan. Lagian ini hanya sekedar cerita masa sekolah bukan?.
Kini Rara dan Isna sudah berada di dalam kelasnya sedangkan Alfian memasuki kelas tetangga, hehehe...
" Ra gue kirain Lo bareng Jojo tadi?" tanya Isna saat mereka sudah berada di dalam kelas. Lagi - lagi Rara hanya mengangkat kedua bahunya dengan acuh, " Lo sama aja kek si Alfian!" saut Rara sambil mengeluarkan ponselnya ia mengangkat sebelah alisnya saat melihat layar ponselnya ' sue emang! ' gumam Rara, ia membaca chat yang Jojo kirim.
' Keira Putri Diningrat '
itulah pesan yang dikirim oleh Jojo, hanya ada namanya saja yg tertera di isi pesan itu.
' GA JELAS!!'
Balas Rara sambil memasukan kembali ponselnya kedalam saku roknya.
Rara mulai mengeluarkan buku catatannya dari dalam tas, Isna yang masih nampak sibuk dengan kegiatannya bergosip ria bersama dengan teman sekelasnya yang lain.
sementara itu Khenzo yang masih nampak asik bersantai di kantin sekolah ia seolah tak perduli dengan bel sekolah yang sudah berbunyi sejak tadi. Jojo masih asik menikmati es jeruknya di warung mie ayam sambil memainkan ponselnya, ini adalah salah satu tempat yang biasa ia singgahi saat rasa malas belajar melandanya. Seperti saat ini.
Di kelas Jojo yang tak lain kelas Alfian juga kini pelajaran sudah hampir di mulai saat pak Catur sang guru BP berkeliling dan mengecek para siswa yang sering berulah. Saat pak Catur mengecek ke dalam kelas Jojo, sang guru tak melihat anak muridnya yang rajin itu, rajin hadir di ruang konseling. Seketika ia langsung berjalan masuk dan membuat suasana kelas menjadi hening seketika, bagaimana tidak guru yang terkenal karna ke tegasaanny dan juga tatapan tajamnya yang bagaikan elang siap menerkam mangsanya, jangankan di tatap mendengar sang guru yang sedang mencari mangsa saja sudah membuat siapa pun yang mendengarnya merasa merinding.
" Alfian, kemana Khenzo?" tanya sang guru dengan tatapan tajamnya, membuat Alfian sedikit gugup mendapatkan tatapan itu, " Hem...hemm...i..itu pak.. saya kurang tau" jawab Alfian dengan nada gemetar.
" kamu itu, baru di tanya kaya gitu aja gugup? payah kamu!" hardik sang guru sambil menggelengkan kepalanya.
Alfian hanya bisa nyengir kuda mendengar ucapan sang guru, ' sial ni si Jojo' gerutu Alfian. Karna Jojo lah ia mendapatkan cibiran itu kali ini Alfian tidak akan membantu Jojo untuk membolos seperti biasanya, entah apa yang di lakukan nya saat ini. Namun yang pasti saat ini Jojo sedang asik - asik di suatu tempat.
Jojo yang berniat untuk tidak mengikuti pelajaran, ia jadi berubah pikiran dan langsung berjalan kembali menuju ruang kelasnya. Setelah membayar minumannya Jojo melangkah dengan santai tanpa tahu saat ini pak Catur sedang mencarinya.
Langkah Jojo berhenti tepat di depan koridor sekolah saat ia melihat pak Catur sedang berpatroli, dengan langkah seribu Jojo melangkahkan kakinya untuk bersembunyi di dalam toilet sekolah yang tidak jauh dari tempatnya saat ini. Tanpa pikir panjang Jojo langsung berlari kecil memasuki toilet dan menahan nafasnya agar ia tak ketahuan, Jojo mengatur nafasnya sambil menempelkan kupingnya untuk mendengarkan langkah kaki sang guru. Sayup - sayup Jojo mendengar suara sepatu sang guru yang mengarah ke arah tempatnya, seketika tubuh Jojo membatu dan sedikit menahan nafasnya. Meski ia sudah sering melakukan bolos namun tetap saja jika ketahuan urusannya akan berbeda.
setelah beberapa menit, Jojo tak mendengar lagi suara langkah kaki Jojo menghembuskan nafasnya secara perlahan, takut - takut sang guru masih ada di sekitar tempatnya. Jojo membuka pintu toilet dengan hati - hati ia melongok kan kepalanya untuk mengecek ke adaan sekitar, Jojo menoleh ke kiri dan kanan untuk memastikan ke adaan. Ternyata sang guru sudah tidak ada di sekitarnya Jojo pun langsung berjalan keluar dari toilet dengan mengendap - endap persis seperti maling.
setelah berada di koridor sekolah Jojo kembali mengecek keadaan sekitar, setelah aman ia langsung berlari dengan kencang ke arah kelasnya.
Di kelas Jojo kini sudah ada guru yang mengajar sudah hampir selesai jam pelajaran pertama, Jojo menunggu dengan santai di antara tangga dan ruang kelas, setelah sang guru keluar kelas Jojo buru - buru masuk kelas dan saat Jojo melangkah masuk seketika ia mendapatkan sorak dari teman sekelasnya. Jojo hanya tersenyum PD sambil mengangkat ke dua tangannya ke udara, seolah - olah ia adalah artis yang di elu - elu kan namanya," liat noh si orgil!" pekik Alfian melemparkan gumpalan kertas yang telah ia siapkan untuk melempari Jojo dengan itu.
" eits...gue tau gue emang ganteng!" ucap Jojo penuh percaya diri sambil berjalan ke arah Alfian, " ganteng kalo di liat dari lobang idung!" hardik Alfian.
Jojo hanya nyengir kuda mendengar cibiran sahabatnya itu, " kalem coy!" saut Jojo santai. " Lo kalem, gue yang kaga!" saut Alfian lagi tak kalah sengit, Jojo hanya tertawa kecil tanpa memperdulikan Alfian, Alfian jangan di tanya bagaimana ekspresinya saat ini. Rasanya ingin sekali Alfian berteriak pada pak Catur untuk memberitahukan Jojo, namun karna persahabatan mereka Alfian jadi memukul bahu Jojo dengan buku. Akmal yang berada tepat di belakang Jojo dan Alfian pun membela Alfian, " Lo kalo mau bolos mending ngajak kita sekalian!" ucap Akmal yang langsung mendapatkan pukulan di keningnya.
Pletak...!!
" aww...sakit ege Yan!" pekik Akmal sambil mengelus keningnya yang terasa perih, " Lo kalo mau ngebela yang bener dodol!!" ucap Alfian. Jojo hanya menggelengkan kepalanya melihat keduanya, " tenang besok - besok gue ajak ko!" imbuhnya lagi sambil mengeluarkan buku skets. " kan si PEA!! bukannya buku pelajaran, malahan buku skets" pekik Alfian sambil membanting buku itu.
Jojo menatap bingung ke arah Alfian yang sedari tadi terlihat sedikit sensi dengan kedatangannya, " lah terus?" tanya Jojo dengan cuek seolah - olah ia tidak melakukan salah dengan mengeluarkan buku sketsanya.
" au ah sapu masjid!" ucap Alfian. Jojo dan Akmal kompak tertawa mendengar cibiran Alfian.
Ya begitu lah mereka bertiga bersahabat sejak kecil dan karna itu lah meski terkadang mereka melontarkan makian atau cibiran yang paling hina sekalipun, mereka akan tetap bersahabat dengan watak mereka masing - masing.
Rara yang saat ini sedang fokus mendengarkan penjelasan sang guru, ia mencatat setiap pelajaran itu.
Kini sudah jam istirahat Rara dan Isna langsung berjalan menuju kantin untuk mengisi perut mereka, sementara itu Jojo yang malah asik menggambar di buku sketsnya, " kan si somplak! giliran jam istirahat dia sibuk!" ucap Alfian yang sedari tadi memang sedikit kesal dengan ulah Jojo, " kalo Lo mau ke kantin gue nitip es jeruk ya?" jawab Jojo lagi yang malah membuat Alfian semakin kesal.
Pletak...!!
" SIAL!!" pekik Jojo sambil memegangi kepalanya, Akmal langsung menarik Alfian keluar kelas agar perdebatan mereka selsai, jika tidak maka sudah pasti Alfian akan mendapatkan amukan dari Jojo.
" Ra coba cowok Lo besok - besok Lo kantongin aja biar kaga rusuh!" ucap Alfian saat mereka bertemu di kantin. Rara hanya menaikan alisnya menatap Alfian ia sudah siap untuk melahap nya jika cowok itu membuka mulutnya lagi.
" Lo aja yang masukin dia ke karung, terus Lo buang!" saut Rara sambil berlalu menuju meja yang tersisa, Isna hanya bisa meledek Alfian sambil menjulurkan lidahnya, " weee.." Akmal terkikik di samping Alfian.
" udah Yan, Lo kan tau dia berdua kalo udah ngamuk kek gimana!" saut Akmal sambil membalikan tubuh Alfian pada kedai minuman.
Setelah memesan minuman dan seporsi batagor Alfian dan Akmal bergabung bersama Rara dan Isna, namun kali ini mereka bersikap tenang dan tidak ingin mengacaukan acara makan siang.
Setelah jam istirahat kini bel pulang sudah berbunyi tak butuh waktu lama untuk para murid bergegas meninggalkan lingkungan sekolah, saat ini Rara dan Isna yang masih berada di depan gerbang menunggu angkutan mereka, tiba - tiba saja Jojo datang menghampiri mereka, " hayu?" ucap Jojo sambil memberikan helm pada Rara, " sama Isna ya?" jawab Rara.
" ga usah Ra nanti kita kek cabe, tumpuk tiga!" tolak Isna.
Akhirnya Rara pun menaiki motor, " ywdh kita duluan ya!" pamit Rara meninggalkan Isna yang masih menunggu angkutan.
" Hem...!" dengus Isna.