Alice menghampiri tempat tidur pasiennya itu yang kini tampak pucat dan ketakutan. "Tuan Ezra, saya ingin anda menceritakan semuanya dengan jujur!! Apa penyebab irisan pisau pada telapak tangan anda, siapa lelaki tadi dan ada hubungan apa diantara kalian. Jika anda tidak menjawab dengan jujur, mungkin selanjutnya anda yang akan ditangkap polisi-polisi tersebut."
"Dokter, tolong saya. Saya akan menceritakan semuanya dengan jujur kepada anda dok. Telapak tangan saya sengaja diiris oleh Tuan Alexander karena saya tidak menjalankan tugas yang diberikan olehnya. Saya pikir, dia hanya mengancam dan tidak akan melakukannya, namun ternyata dia langsung mengiris tangan saya dalam sekali gerakan." Tuan Ezra memulai ceritanya.
"Tugas apa yang anda maksudkan?" Tanya Alice lagi.
Tuan Ezra tidak menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya dalam kecemasan yang terpancar dari wajahnya.
"Saya menunggu cerita anda, Tuan Ezra." Ujar Alice kemudian sambil menepuk lembut bahu kanan Tuan Ezra.
Lelaki itu lalu mengangkat wajahnya perlahan lalu mengarahkan pandangannya pada Alice, "Usaha saya hampir bangkrut dan saya akhirnya harus menutup cafe yang saya dirikan karena tidak mampu membayar bunga hutang ke sebuah Bank Swasta tempat saya meminjam uang. Tuan Alexander akhirnya menawarkan bantuan dana dan akhirnya Cafe milik saya kembali beroperasi. Namun saya tidak menyangka jika Alexander akhirnya mempunyai niat terselubung yang sangat keji, dia menginginkan keponakan saya yang adalah pegawai di Cafe yang saya dirikan tersebut untuk bekerja di sebuah BAR miliknya. Keponakan saya masih sekolah, untuk membiayai sekolahnya iapun bekerja part time pada cafe milik saya itu. Sampai akhirnya Alexander memberikanku tugas untuk membawa keponakanku padanya malam itu, saya membawa keponakan saya pada Alexander, namun sepertinya keponakan saya menyadari akan ada hal buruk yang terjadi padanya nanti, karena itu diapun melarikan diri dari kami." Tuan Ezra menyudahi ceritanya.
"Anda bisa saja dijerat dengan pasal yang sama dengan Tuan Alexander. Kalian memperdagangkan anak dibawah umur!!" Ujar Alice geram.
"Saya tidak ingin membela diri dok, namun saya sama sekali tidak pernah berniat melakukan hal ini. Saya tidak ingin menjual keponakan saya, dok!!" Isak Tuan Ezra penuh penyesalan.
"Lalu dimana sekarang keponakan anda?" Tanya Alice.
"Dia sudah meninggal dokter!"
"Apa?" Pekik Alice kaget.
"Dia melarikan diri dari kejaran Tuan Alexander dan anak buahnya. Dia tidak menyadari sebuah mobil dengan kecepatan tinggi sedang bergerak saat dia berusaha lari dari kejaran mereka, dan seketika tubuhnya pun tertabrak oleh mobil itu, dia pun akhirnya meninggal dunia karena perdarahan otak." Ceritanya masih dengan penyesalan.
"Siapa orang yang anda ceritakan Tuan?" Tanya Suster Elsa yang tiba-tiba menghampiri mereka karena mendengarkan cerita Tuan Ezra.
"Dia keponakanku, dibawa ke rumah sakit ini beberapa malam yang lalu, namanya Erizh Karla."
"Jadi dia keponakan anda Tuan? Sangat disayangkan dia masih sangat muda." Ujar Elsa sedih.
"Suster Elsa, anda mengenal gadis yang Tuan Ezra maksudkan?" tanya Alice.
"Iya, malam itu saya yang sedang berdinas malam bersama dokter Laudia, dokter Laudia yang menangani kasus ini, dok!!" Ujar Elsa menjelaskan.
"Uhm, baiklah kalau begitu sekarang anda boleh beristirahat dulu Tuan. Nanti kami akan meminta keterangan lanjutan dari anda." Kata Alice kemudian.
"Terimakasih banyak, dokter!" Jawab Tuan Ezra.
...
"Alexander telah tertangkap. Dan biadap itu pemilik cafe sialan itu, telah menceritakan semuanya pada dokter muda yang namanya menjadi terkenal semenjak kematian Caroline Williams!!" Cerita seorang pria ketika ia telah memasuki sebuah tempat yang adalah markas para penjahat itu. Pria ini adalah anak buah Alexander Romaxd, dia datang ke rumah sakit karena dihubungi sang majikan, namun saat sampai disana ia malah melihat majikannya tersebut telah di borgol oleh polisi dan ia juga mendengar saat Tuan Ezra menceritakan semuanya kepada Alice.
"Argghh.....!!" Teriak seorang pria lagi dengan geramnya "Kita harus mengambil langkah selanjutnya sebelum hidup kita semua tamat!!"
"Apa yang harus kita lakukan sekarang bos?"
"Bawa dokter muda itu kemari. Dia terlalu banyak mengetahui tentang bisnis kita!!" Ujar lelaki dengan postur tubuh gemuk itu, yang mungkin adalah orang kedua yang berkuasa disitu setelah Alexander Romaxd.
"Baiklah bos, sesuai keinginan anda!!"
...
"Tuan Ezra, anda boleh pulang hari ini. Kami sudah mencatat setiap keterangan yang anda berikan. Jika dari kepolisian meminta anda untuk memberikan pernyataan, saya harap anda bisa segera melapor ke sana." Ujar Alice "Dan ini obat yang harus anda minum secara rutin, pastikan luka anda selalu dalam kondisi bersih dan kering, 3 hari lagi anda boleh kembali ke sini agar luka anda bisa kami bersihkan!".
"Terimakasih dokter, baiklah kalau begitu saya pamit dulu!!" Ujar Tuan Ezra.
Setelah pergantian jaga dari shift pagi ke shift sore, Alice, Laudia dan Elsa berencana untuk menikmati sore mereka pada sebuah Cafe yang tidak jauh dari rumah sakit. Laudia cukup senang karena bisa mendapat sedikit pencerahan dari kasus kematian Erizh Karla. Alice mengganti jas dokter yang ia kenakan dengan jacket Levis berwarna biru muda, kemudian mereka bertiga pun akhirnya bergegas menuju parkiran.
"Astaga, Alice sorry sepertinya aku tak bisa bergabung dengan kalian. Aku ada janji dengan dokter Reza setelah pulang kerja. Mungkin lain kali aku akan bergabung." Ujar Laudia ketika mereka telah keluar dari lobby rumah sakit.
"Baiklah kalau begitu, aku dan Elsa saja. Berarti kau berhutang untuk mentraktir kami nanti!" Canda Alice kemudian.
"Siap!! Lain kali aku yang akan traktir" Jawab Laudia lalu kemudian bergegas lebih dulu.
"Ayo Elsa..." Ajak Alice.
"Tapi dok, saya pakai motor. Apa dokter tidak keberatan mengendarai motor, soalnya lagi gerimis?" Tanya Elsa kemudian.
"Tidak masalah Elsa, lagipula gerimisnya keluarin air kan, bukan batu?" Canda Alice lagi. "Dan satu lagi, diluar jam kerja panggil aku Alice saja, jangan panggil dokter dan tidak perlu berbicara secara formal. Okey!!"
"Hempp.. Baiklah dok, maksud saya Kak A..Alice..." Jawab Elsa masih dengan ragu.
"Kak?" Tanya Alice sambil mengangkat kedua bahunya.
"Dokter lebih tua dari saya, seingat saya! Saya rasa kurang sopan kalau langsung menyebut nama. Boleh ya saya panggil kakak Alice saja?"
"Hempp.... Baiklah kalau itu nyaman buat kamu, silahkan!!"
"Ayoo...." Ajak Alice sekali lagi.
Merekapun akhirnya mengendarai motor Elsa menuju Cafe yang tak jauh dari situ.
Setelah memesan makanan dan minuman, keduanya pun mulai larut dalam cerita pengalaman masing-masing. Mereka tampak sangat asik dengan percakapan mereka hingga mereka tidak menyadari ada mata yang sedang mengintai kepada mereka berdua.
"Kak Alice, apa Ronald sudah tahu jika kakak mempunyai seorang putri?" Tanya Elsa kemudian.
"Iya, aku sudah menceritakan semuanya padanya. Dia juga sudah bertemu dengan Angel dan kedua orangtuaku." Jawab Alice pasti.
"Semoga hubungan kalian berdua langgeng. Aku senang karena Ronald menemukan orang yang tepat."
"Terimakasih Elsa, semoga kau juga secepatnya menemukan sosok lelaki yang tepat untuk menemani hari-harimu." Ujar Alice tulus.
Tak lama kemudian, ponsel Alice pun berdering 'My Ronald' menelepon.
📞 "Sayang, kamu sudah pulang? Aku mau jemput tapi kata suster disini kamu sudah pulang."
"Memangnya kamu sekarang dimana?" Tanya Alice
📞 "Aku di rumah sakit"
"Aku kan nggak suruh kamu jemput sayang. Lagian kan ini hujan, aku bisa naik taksi sendiri nanti."
📞 "Ya sudah, kalau begitu aku langsung ke apartemen ya, aku kangen mau lihat kamu"
"Aku belum pulang sayang, jemput aku di Cafe Strawberry, tidak jauh dari rumah sakit." Kata Alice manja.
📞 "Oke, aku kesana sekarang!! Tunggu aku ya. Miss you"
"Miss you too" Balas Alice, kemudian ponsel pun dimatikan.
"Ronald mau jemput ya kak?" Tanya Elsa sesaat setelah Alice mengakhiri percakapannya di telepon.
"Iya. Dia sudah di rumah sakit ternyata. Bentar lagi juga sudah sampai."
"Kalau gitu aku pamit pulang duluan ya kak, selagi hujannya belum deras." Kata Elsa.
"Kamu nggak mau ketemu Ronald dulu?" Tanya Alice.
"Nanti aja ya kak, kapan-kapan." Jawab Elsa singkat.
Setelah membayar tagihan, keduanya lalu berjalan menuju pintu. Alice melepas jaket Levisnya dan memasangkannya pada pundak Elsa.
"Kamu pakai ini dulu, masih gerimis." Kata Alice pada Elsa.
"Kalau aku yang pakai, terus kakak pakai apa? Ntar kakak yang kedinginan bagaimana?" Tanya Elsa sambil memegang jaket yang Alice berikan.
"Ronald pasti bawa mantel 2, nanti aku pakai mantel. Kalau dingin tinggal meluk dia saja. Hehehe" Canda Alice.
"Ya sudah, aku pamit dulu ya kak." Kata Elsa sambil memasangkan jaket pada tubuhnya dan segera berlalu dari hadapan Alice.
Elsa akan berjalan menuju tempat parkir motornya, saat sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan Elsa, belum lagi rasa terkejutnya hilang karena hampir saja nyawanya melayang jika tertabrak mobil itu, lalu pintu mobil terbuka dan dengan cepat kedua orang lelaki bertubuh besar membekap Elsa dan memasukannya kedalam mobil itu.
"Toloonggg!!" Teriak Alice.
Alice yang melihat kejadian itu, tak mampu berbuat apapun. Ia hanya mampu berteriak sambil mengejar mobil yang dengan cepat sudah berlalu dari hadapannya.
Alice mengambil ponselnya, ia segera menghubungi Ronald, namun panggilannya tidak dijawab. Ia melakukannya berulang kali, hingga tak tahu berapa panggilan, tapi tetap saja panggilannya tidak dijawab oleh sang kekasih.
"Argghh..." Teriak Alice gusar.
"Kau seharusnya sudah disini sekarang, Ronald" tangis Alice, ia tak tahu apa yang harus ia perbuat.
Ia hanya menangis di pintu masuk Cafe sambil berjongkok, dan kerumunan orang semakin banyak yang perhatikan dirinya.
"Elsa, aku harus apa sekarang?" Batin Alice...
...
.
.
Maaf baru bisa update 🙏🙏