Chereads / Beautiful Doctor VS The Cyber Police / Chapter 58 - Penyergapan

Chapter 58 - Penyergapan

Azka dan Devan mendapatkan kepercayaan dari atasan mereka secara langsung untuk menangani kasus ini, atasan mereka yang merupakan Kepala kepolisian kota Grazia memberikan langsung bantuan beberapa pleton anggota kepolisian Grazia untuk membantu penangkapan penjahat yang selama ini telah mereka curigai melakukan kejahatan yaitu melakukan perdagangan manusia, juga penyelundupan obat-obatan terlarang.

Azka membagi 2 Tim dalam melakukan penyergapan ini, 1 Tim ia kirimkan bersama dengan Devan untuk menangkap para penjahat dengan lokasi sesuai yang Ronald kirimkan tadi siang lewat ponselnya, sedangkan Tim yang lainnya bersama dengan Azka, mereka mengikuti arah sesuai lokasi yang telah Alice berikan sebelumnya. Mereka mengatur jarak sekitar 500 meter dari mobil yang dikendarai Alice tersebut.

...

Sementara itu disebuah kamar, Elsa membersihkan tubuhnya menggunakan handuk kecil yang tadi ia gunakan untuk membersihkan luka Ronald, ia menggunakan air mineral dari botol, dan membersihkan tubuhnya yang ia rasa kotor, setelah itu ia menggunakan kembali bajunya yang tadi sempat ia lepaskan dan ia buang begitu saja di atas lantai kamar itu. Meski pakaiannya masih teraba basah, ia tetap saja mengenakan pakaian tersebut. Setelah selesai mengenakan pakaiannya, wanita itu lalu duduk berjongkok di dekat pintu kamar. Ia sengaja menjaga jarak dari lelaki yang ada di tempat tidur itu.

Lelaki itu tampak tertidur pulas, ia tidak lagi tampak gemetar dibawah selimut tipis yang menutupi tubuhnya itu, tak terlihat sama sekali rasa kesakitan akibat luka yang tadi sempat membuatnya lemah dan menjadi demam. Ia terlihat tidur dengan pulas sambil sesekali menyebutkan nama "Alice" dalam tidurnya.

Elsa menatap hampa dari kejauhan lelaki yang pernah menjadi kekasihnya itu, lalu kemudian sebuah air bening mengaliri wajahnya yang tampak kusam itu. Terlihat jelas ada kesedihan yang mendalam dibalik wajah gadis itu. Elsa lalu membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya dan larut dalam tangisnya.

Dorr...

Brakk...

Terdengar suara tembakan dan suara seperti papan yang ditendang.

"ANGKAT TANGAN KALIAN SEMUA!! MENYERAHLAH!! TEMPAT INI TELAH DIKEPUNG!!" Terdengar suara dari sebuah TOA.

Elsa terkejut dengan suara itu, ia lalu menghapus air matanya dan bergerak menuju tempat tidur Ronald.

"Ronald, bangun!!"

Ronald hanya mengeliat dalam tidurnya, tanpa berusaha untuk bangun.

"Sepertinya polisi sudah datang, bangunlah! Kita juga harus bergegas untuk mempertahankan diri. Sebelum penjahat itu kembali untuk menyandera kita!!" Elsa berusaha membangunkan pria yang masih tertidur nyenyak itu.

"RONALD!!!" Bentak Elsa seketika.

Ronald terkaget dan cepat-cepat berdiri dari tempat tidur dengan sikap siap sempurna "Siap Komandan!!" Jawabnya cepat.

Elsa yang terkejut melihat Ronald seperti itu, sontak tertawa terbahak-bahak karena tingkah Ronald yang diluar dugaannya tersebut Ronald kini tengah berdiri dihadapannya hanya dengan celana dalam saja, dengan sikap siap sempurna seorang prajurit.

"Ada apa denganmu, disini tidak ada komandanmu, bodoh.." Jawab Elsa santai. "Ini kenakan pakaianmu, sepertinya sebentar lagi mereka akan datang kemari. Tubuhmu sudah cukup kuat untuk kembali melawan mereka!!" Lanjut Elsa kemudian sambil melemparkan pakaian Ronald yang tadi dilepaskannya itu karena basah.

Ronald masih saja terbengong dengan keadaannya saat ini, namun dengan cepat ia mengambil pakaian tersebut dan mengenakannya karena rasa malu pada wanita yang ada dihadapannya kini.

"Jadi kau melihat seluruh tubuhku dan masih dengan santai meneriakiku seperti aku ini seorang anak kecil?" Kesal Ronald.

"Kau harusnya berterimakasih padaku, kau hampir saja meninggal karena kesakitan dan kedinginan. Kalau bukan karena aku yang..."

"Alice dimana?" Tanya Ronald kemudian, ia tidak menghiraukan celotehan Elsa.

"Alice tidak ada disini." Jawab Elsa kesal.

"Tadi aku dan Alice...." Ronald menghentikan perkataannya.

"Itu aku, bukan Alice." Elsa tertunduk lesu.

Ronald tampak frustasi, ia menyapu wajahnya dengan telapak tangan kanannya, lalu kemudian menarik kesal rambut kepalanya...

Disaat itu pintu kamar pun terbuka, seorang masuk kedalam kamar itu dengan tangan kiri memegang ponsel ditelinga dan tangan kanannya memegang sebuah belati.

"Polisi sudah mengepung tempat kita bos!!" Kata lelaki itu ketika memasuki kamar, ia sedang berbicara ditelepon dengan seseorang. Matanya liar menatap Elsa dan Ronald.

"Bajingan!!" Teriak Ronald pada pria itu lalu dengan cepat menyerbu ke arahnya.

Namun usahanya tidak berhasil, pria itu dengan cepat menghindari terjangan Ronald. Polisi itu malah terhuyung jatuh di depan pintu kamar itu.

Saat Ronald terjatuh, lelaki itu lalu bergerak maju ke arah Ronald bersiap untuk menikam tubuh bagian belakang Ronald dengan belati yang ada di genggamannya tersebut, Elsa yang melihat pergerakan itu lalu dengan cepat menangkap tangan pria itu lalu menggigitnya.

"Argh...." Sontak pria itu berteriak histeris dan menjatuhkan belati yang dipegangnya tersebut, kemudian mendorong wajah Elsa menjauh dari tangannya, hingga Elsa melepaskan gigitannya.

Ia kemudian menjadi marah dan menampar Elsa dengan kasarnya hingga wanita itu terjatuh diatas lantai, Ronald bangkit dari jatuhnya dan melihat kejadian itu. Ia kemudian menjadi murka, ia mengepalkan tangannya dan tampak buku-buku tangannya yang kokoh mulai mengeras.

Brughh...

Tinju pertama dari Ronald langsung menggugurkan pria itu ke lantai. Tak puas dengan tinju pertamanya, Ronald kemudian menghampiri pria yang sudah jatuh itu dan Brugh... Brughh... Brughh... Rentetan tinju Ronald mendarat bertubi-tubi tanpa ampun di wajah pria itu.

"Seharusnya kau tidak menggunakan tangan kotormu itu untuk menampar wajah seorang wanita, bajingan!!" Sarkas Ronald pada lelaki itu sambil menarik kerah baju lelaki itu dengan kasar, lalu sekali lagi kepalan tangan kokohnya itu mendarat di wajah pria yang sudah berlumuran darah itu.

"Cukup Ronald, dia bisa mati!!" Pekik Elsa khawatir, ia kemudian memegang tangan Ronald saat sekali lagi lelaki itu akan mendaratkan tinjunya, Ronald berbalik melihat ke arah Elsa.

"Kamu tidak apa-apa?"

Elsa mengangguk "Aku baik-baik saja."

Pintu kamar yang tak tertutup rapat itu kembali terbuka, kini muncul seseorang yang menggunakan pakaian dinas lengkap berwarna hitam, lengkap dengan tutup wajah dan helem pelindung, sepatu Laras yang terpasang rapih, ditambah dengan senjata api yang siap membidik.

"Angkat tangan kalian!!" Bentak pria berseragam itu,

Sontak Elsa dan Ronald pun mengangkat kedua tangan mereka.

Bersamaan dengan itu muncul 2 pria lagi yang berseragam sama persis dengan pria pertama yang membentak mereka tadi, dengan wajah yang tertutup seperti itu dan tanpa papan nama pada baju yang mereka kenakan, tak akan ada seorangpun yang bisa mengenali mereka, mereka adalah pasukan khusus yang dikerahkan langsung untuk membantu dalam kasus ini. Tak lama berselang seorang pria lalu masuk dengan pakaian dinas berwarna coklat juga dengan membawa pistol dan borgol.

"Ronald, bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja?" Tanya pria itu seketika saat mendapati temannya itu ada di dalam kamar itu.

"George..." Kata Ronald, lalu kemudian ia menurunkan tangannya yang tadi sempat diangkatnya tanpa menjawab pertanyaan dari temannya tersebut, ia malah berbalik menghadap Elsa yang tangannya masih saja terangkat itu, ia kemudian menurunkan tangan Elsa sembari berkata "Semuanya telah usai, kau tidak perlu khawatir lagi."

George lalu menuju penjahat yang sudah tak berdaya karena pukulan Ronald tadi, lalu memasangkan borgol pada tangannya.

Ketiga pria yang merupakan pasukan khusus tadi lalu menurunkan senjata api mereka. Mereka lalu keluar dari ruangan itu sambil menggiring penjahat yang kini telah terborgol itu. Mereka lalu mengumpulkan para penjahat yang ada dalam bangunan itu, ada sekitar 10 orang yang kini telah terpasang kan borgol pada tangan-tangan mereka.

"Dimana komandan?" Tanya Ronald pada George.

"Kami membagi 2 Tim, komandan bersama Ahmed dan Ricky beserta beberapa polisi lain mereka akan beroperasi untuk lokasi yang didatangi Dokter Alice?" Jawab George.

"Alice, maksudnya apa? Ada apa dengannya? Tolong Jelaskan George!!" Ronald tampak panik.

George lalu menjelaskan secara singkat apa yang telah terjadi dan apa yang telah mereka rencanakan untuk menangkap para penjahat itu. Ronald lalu menunjukan wajah geramnya " Apa yang kalian pikirkan, kalian sedang melemparkan mangsa ke sarang harimau!!" Sarkas Ronald seketika.

"Argghhh.... !!" Teriak Ronald penuh amarah. 'Alice, ada apa denganmu? Apa yang kau pikirkan? Nyawamu sekarang sedang dalam bahaya!!' Kesal Ronald dalam hati.

"Hubungi komandan sekarang, beritahu dia jika Alice dalam bahaya. Anak buahnya tadi telah menghubungi mereka memberitahu bahwa polisi telah mengepung tempat ini."

Elsa hanya menatap hampa ke arah Ronald yang sedang frustasi memikirkan nasib kekasihnya yang sedang dalam bahaya.

...