Chereads / Beautiful Doctor VS The Cyber Police / Chapter 64 - Bisakah Kita Berteman?

Chapter 64 - Bisakah Kita Berteman?

"Anda tadi mengatakan akan menceritakan semuanya kepada saya? Apa yang sebenarnya terjadi?" Viona memulai percakapan ketika ia dan Azka meninggalkan ruangan rawat Ronald, mereka sengaja memberikan ruang kepada keduanya untuk saling melepas rindu.

"Oh iya, saya hampir lupa untuk itu." Jawab Azka.

"Ceritanya cukup panjang, inti dari kejadian kemarin dokter Alice sekali lagi telah membantu Tim kami dalam menangkap penjahat yang selama 2 bulan ini menjadi buronan polisi!" Jelas Azka kemudian.

"Penangkapan penjahat? Oke baiklah, tapi bagaimana sampai ia dan Ronald sampai harus menjalani perawatan? Apa yang mereka berdua alami?" Tanya Viona lagi masih dengan penasaran.

"Hhemm... Saya harus memulainya dari mana ya?"Azka bergumam sambil bersedekap dan memegang dagunya dengan jari-jari tangannya, yang membuat pria itu tampak imut seketika menurut pandangan Viona.

"Ceritakan semua secara detail!" Pinta Viona kemudian.

Azka menghentikan langkahnya kemudian ia menatap wanita yang kini berjalan beriringan bersamanya itu.

"Baiklah, saya akan menceritakan semua. Tapi ceritanya cukup panjang, apa anda mau mendengarkan semua ceritanya sambil berjalan seperti ini?" Tanya Azka seketika.

"Heh....?" Viona membolakan matanya. "Hhem, bagaimana kalau kita ke taman sana?" Alice menunjuk ke arah taman yang ada di lingkungan Rumah Sakit itu.

"Hhemm... Bagaimana kalau ke Cafe Rumah Sakit saja." Azka menawarkan pilihan lain. "Kebetulan saya belum sarapan pagi." Lanjut Azka kemudian sambil memegang perutnya.

Viona tersenyum melihat gelagat Azka tersebut "Baiklah, sesuai keinginan anda, Pak!" Ujar Viona selanjutnya.

Mereka pun berjalan menuju Cafe yang berada di lingkungan rumah sakit itu, Cafe yang pernah Alice dan dr. Reza kunjungi dihari pertama mereka bertemu kembali.

Azka memesan coffe latte dan sepiring nasi goreng, sedangkan Viona memesan lemon tea hangat. Suasana cafe tersebut tidak begitu ramai karena masih pagi, hanya 2 meja yang sedang terisi. Mereka memilih duduk di meja paling pojok agar lebih leluasa dalam bercerita.

"Sepertinya anda tidak tidur semalaman?" Tanya Viona kemudian, ketika mereka telah duduk pada bangku masing-masing dan saling berhadapan. Viona melihat kantong mata Azka yang sedikit hitam dan wajah lelaki itu terlihat pucat dan sendu.

"Saya harus menjaga anak buah saya semalaman." Jawab Azka sambil menarik napas dalam.

"Anda masih bisa tertidur nyenyak ketika sahabat anda tidak pulang semalaman?" Azka balik memberikan pertanyaan kepada Viona.

"Pertanyaan Anda terlalu sadis." Decak Viona kesal. "Saya berpikir positif, mungkin Alice sedang lembur dan tidak sempat mengirim pesan. Itu saja!" Jawab Viona simple, namun dengan nada kesal.

Azka membalasnya dengan terkekeh pelan.

"Ini sudah pertemuan kita untuk yang keberapa kalinya, tapi tetap saja kita masih berbicara secara formal. Tidak bisakah kita berteman saja dan membuat pertemanan kita menjadi lebih dekat dengan berbicara secara santai?" Azka menanyakan sesuatu yang membuat jantung Viona berdegup kencang.

"Saya merasa cukup santai berbicara seperti ini." Ujar Viona kemudian sambil memperbaiki duduknya.

Makanan dan minuman yang mereka pesan telah tiba. Setelah dihidangkan, pelayan itu pun lalu pamit undur diri. "Selamat menikmati" Ujar pelayan itu sebelum pergi.

Azka lalu dengan tidak sabaran mulai memasukan suapan nasi goreng itu ke dalam mulutnya, ia tidak lagi mempedulikan tatapan mata Viona yang begitu asik memperhatikan dirinya.

"Ah..ah..hah..." Azka meniup nasi goreng yang telah masuk ke dalam mulutnya itu, ia baru sadar jika nasi goreng tersebut masih panas-panasnya ketika ia memasukannya ke dalam mulut tanpa lebih dulu ditiupnya. Tangan kanannya mengipas-ngipas tak jelas ke arah mulutnya.

"Hahahahaa...." Viona tertawa terkekeh melihat tingkah lelaki di hadapannya kini.

"Pelan-pelan, nasi gorengnya tidak akan lari!!" Ujar Viona kemudian masih dengan tawa.

Azka tidak mempedulikan ledekan Viona ia terus mengunyah nasi goreng yang sudah di mulutnya kini, ia lalu melanjutkan dengan suapan berikutnya.

"Dalam militer, makan pun diberikan waktu. Kau tidak punya waktu untuk menikmati makananmu dengan santai!" Jawab Azka masih sambil mengunyah makanannya.

"Tapi sekarang anda tidak dalam masa pendidikan Pak, anda kini sedang duduk santai pada sebuah Cafe untuk menikmati makanan anda sambil ditemani oleh seorang bidadari cantik!" Viona kembali berbicara sambil menyombongkan dirinya, ia tampak begitu percaya diri.

"Uhuk..uhuk..." Azka terbatuk dan hampir tersedak makanannya sendiri karena mendengarkan ucapan Viona.

Viona yang melihat hal itu lalu bergegas menuju kulkas yang ada di pojok Cafe tersebut dan mengambil sebotol air mineral lalu memberikannya pada Azka. Azka kemudian meneguk air itu sambil tetap menatap Viona yang tersenyum simpul menahan tawanya karena apa yang terjadi pada Azka barusan.

"Kepercayaan diri Anda terlalu tinggi Nona Rahaya, saya tidak menyangka jika diri anda aslinya seperti ini." Ujar Azka kemudian setelah menghabiskan hampir setengah dari isi botol itu.

"Siapa lagi yang akan memuji kita, kalo bukan diri kita sendiri." Viona memajukan bibir bawahnya tak peduli dengan ucapan Azka.

Azka hanya tersenyum lalu melanjutkan makannya.

"Cepatlah makan prajurit militer, saya disini bukan untuk menemani anda makan. Saya ingin mendengarkan penjelasan anda atas apa yang terjadi pada sahabat saya!!" Viona tampak memperlihatkan wajah kesal.

"Bersabarlah bidadariku." Jawab Azka singkat masih tetap dengan menikmati nasi gorengnya. Tentu saja apa yang baru saja Azka katakan sontak membuat Viona kembali merasakan debar jantung yang tak biasa, ia berusaha agar kegrogiannya tidak terlihat di depan Azka dan memilih untuk pura-pura tidak mendengarkan perkataan Azka tadi.

Lagi-lagi Azka hanya tersenyum geli ketika ia menatap ke arah Viona secara sembunyi-sembunyi.

Viona tak lagi bicara, ia hanya memperhatikan komandan Cyber Police itu melahap sampai habis makanannya, dan sungguh tidak perlu waktu lama bagi seorang Azka Camerlo untuk menghabiskan sepiring nasi goreng itu.

"Selesaii..." Ujar Azka sambil meletakan sendok dan garpunya menelungkup di atas piring yang sudah tak terisi lagi, kemudian ia meneguk air mineralnya lalu mengelap mulutnya menggunakan tissue.

"Sepertinya anda menikmati pertunjukan ini dengan baik ya?" Azka kembali menggoda Viona.

"Pertunjukan?" Tanya Viona geram.

Azka kembali terkekeh bahagia melihat ekspresi wajah Viona yang cemberut dengan memajukan bibir bawahnya, bibir seksi dengan lipstik berwarna purple itu kini seakan sangat geram dengan lelaki yang sejak tadi menjahilinya terus.

"Ceritakanlah sekarang Tuan Azka Camerlo!" Perintah Viona kemudian.

"Baiklah, sesuai janji saya tadi. Saya akan menceritakan kejadian yang terjadi semalam hingga sahabat anda harus menjalani perawatan di rumah sakit." Azka memperbaiki duduknya dan mengambil ancang-ancang untuk memulai ceritanya.

Viona tampak serius mendengarkan setiap kalimat yang Azka sampaikan tentang cerita kejadian semalam, ia memulainya dari laporan Alice ke kantor polisi tentang penculikan Elsa, lalu tentang strategi penyergapan yang mereka persiapkan, sampai akhirnya tentang kejadian yang membuat Alice harus pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Semua kejadian ia ceritakan secara teratur dan Viona mendengarkan setiap perkataannya dengan baik.

"Jadi seperti itulah kejadiannya!" Azka menutup ceritanya.

Viona menghembuskan napas panjang lalu kemudian ia bersedekap dengan kedua tangannya di atas dadanya "Sahabatku memang luar biasa! Dia berani mengambil resiko yang begitu besar, untung saja keberuntungan masih berpihak padanya."

"Setidaknya sekarang mereka sudah baik-baik saja." Ujar Azka.

"Baik-baik saja?" Desah Viona kesal. "Mungkin sekarang mereka baik menurut anda, tapi secara psikis siapa yang tahu? Bisa jadi mental mereka sebenarnya masih menyimpan trauma dan ketakutan atas kejadian yang menimpa mereka. Terutama Alice, ia baru saja harus berjuang antara hidup dan matinya." Viona tak bisa menyembunyikan kekesalannya lagi.

"Untuk itulah disini anda berperan Nona Viona Rahaya. Sebagai seorang psikiater anda pasti tahu cara yang tepat untuk memberikan kenyamanan bagi sahabat anda itu. Iya kan?" Jawab Azka enteng sambil menampilkan senyum manisnya yang meluluhkan hati Viona.

Wanita itu tak dapat berkata-kata lagi, ia sadar jika memang dalam kondisi seperti ini lah dirinya sangat diperlukan. Ia berharap sahabatnya itu bisa menguasai diri dari trauma akan kematian yang ia sempat hadapi semalam.

Saat Viona sedang memikirkan keadaan sahabatnya itu, Azka kemudian melayangkan sebuah pertanyaan yang membuat Viona tak dapat berkata-kata lagi, ia tak tahu harus menjawab dengan jawaban seperti apa.

"Jika ada kesempatan kedua, apa kau masih tetap akan mencintai seseorang yang mencintai sahabatmu?"

...