Alice berlari dari gedung kantor Viona menuju tempat parkir masih dalam keadaan menangis. Wanita itu berusaha membuka pintu mobil Azka namun terkunci, dia menjadi kesal lalu kemudian bersandar pada mobil itu sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Pria itu lalu datang menghampirinya, "Ini, hapus air matamu" kata pria itu sambil memberikan sebuah sapu tangan pada Alice. Alice lalu menoleh pada pria tersebut dengan tatapan yang penuh pertanyaan "Azka, apa benar kau menjadi seperhatian ini padaku karena kau menyukaiku?" tanya wanita itu pada pria yang kini berada tepat di depannya. Pria itu lalu menganggukan kepalanya sembari berkata "Iya benar Alice, aku menyukaimu, bukan hanya suka tapi aku sadar jika aku jatuh cinta pada Anda dr.Alice Valencia!" ujar pria itu dengan tegasnya.
Alice lalu menggelengkan kepalanya "Ini tidak benar pak polisi, anda seharusnya tidak seperti ini." Kata Alice pada lelaki itu lalu ia hendak pergi, namun tangan kokoh lelaki itu dengan cepat memegang bahu Alice dan menyandarkannya pada sisi mobilnya dan berkata "Siapa yang bisa mengendalikan hati seseorang Alice, aku jatuh cinta padamu dan itu bukan suatu kesalahan" kata lelaki itu.
"Anda tidak bisa seperti ini Azka, aku sudah mencintai seseorang dan akan tetap seperti itu." Jawab Alice dengan tatapan tajam, dan kali ini tanpa senyum. "Aku mencintai anak buah anda. Ronaldo. Iya, aku sudah lebih dulu mencintai Ronald, jadi tolong lepaskan cengkraman anda ini" kata Alice kemudian sambil mendorong pria itu dan pergi.
Viona yang sejak tadi berdiri di balkon ruangan kerjanya melihat semua kejadian dibawah dengan diam.
...
Alice berlari ke arah jalan raya lalu memberhentikan sebuah taksi. Diambilnya ponselnya untuk menghubungi Ronald, tapi nomor yang dia hubungi sedang tidak aktif. Hatinya kalut, wanita itu tampak tertekan dengan suasana pagi harinya ini. Dia tak menyangka jika ia akan mengalami hari yang cukup menguras air matanya, bahkan ia sungguh terpukul dengan semua yang sahabatnya ungkapkan tadi.
'Sebegitu tidak pekanya kah diriku? sampai aku tidak menyadari setiap hal yang terjadi dalam hidupku ini?' Alice menangis sesenggukan di atas taksi yang dinaikinya.
Ia membayangkan betapa tersiksanya hati Viona selama ini karena sikapnya itu, ia bahkan tidak menyadari jika persahabatannya selama ini bersama Tristan dan Viona mempunyai rahasia yang sampai sudah 3 tahun sejak kepergian Tristan, ia baru mengetahui kebenarannya. Kebenaran yang sangat menyakitkan hati Tristan dan juga Viona, tapi dia masih bisa tertawa lepas tanpa rasa bersalah kepada keduanya. "Maafkan aku, aku bersumpah aku sama sekali tidak tahu akan hal ini. Jika saja aku tahu?? tolong maafkan aku" hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Alice.
...
Seorang gadis muda ditemani seorang pria tampan mendatangi Cyber Police. Tampak ada keraguan pada wajah gadis itu, namun pria tampan disampingnya meyakinkannya bahwa apa yang mereka perbuat ini sudah benar.
"Jadi apakah anda yakin akan membuka kembali kasus ini?" tanya pria berseragam di depan kedua orang itu. Ronaldo, namanya jelas terpampang pada papan nama di dada kanannya.
"Iya saya yakin" kata gadis itu sambil menganggukan kepalanya.
"Boleh saya klarifikasi sekali lagi siapa nama anda, dan apa hubungan anda dengan Caroline Williams?" tanya Ronald.
"Saya Jessica Williams, saya saudara perempuan dari Caroline Williams" jawabnya kemudian.
Dengan pernyataan ini, kasus kematian Caroline Williams akhirnya kembali dibuka. Ronald kemudian menghubungi Azka dan memberitahu kabar baik ini, dia hendak memberitahu Alice, namun keinginannya itu dicegah terlebih dahulu oleh Azka. "Jangan beritahu dokter Alice dulu. Kita kumpulkan setiap bukti yang ada lebih dahulu, jangan publikasikan juga, saat semuanya sudah siap, barulah kita beritahu dokter Alice. Jangan biarkan dia terlibat begitu jauh, disini dia hanya sebagai saksi." kata Azka memberi penjelasan pada Ronald.
Azka tahu jika saat ini Alice dalam keadaan terpuruk, dia tidak ingin wanita itu menjadi lebih pikiran, biarkan dia tenang dulu dengan masalah pribadinya. Saat semuanya telah siap barulah dia akan memberitahukan wanita itu.
...
Disisi lain Viona yang merasa bersalah karena telah mengungkapkan segalanya pada sahabatnya itu menjadi gelisah, ia takut kalau sahabatnya itu akan menjadi terpuruk dengan setiap ucapan yang telah dikeluarkannya tadi. Alice bukan gadis yang sekuat dan setegar dirinya, Alice begitu manja dan naif, sehingga dia takut kalau sahabatnya itu akan melakukan sesuatu yang akan dia sesali nanti, teringat oleh Viona saat mereka duduk di bangku SMU kelas 3 dan kejadian beberapa tahun yang lalu saat Alice mendapatkan suatu masalah dan akhirnya ingin mengakhiri hidupnya. Viona lalu seakan bernostalgia kehidupan mereka beberapa tahun yang lalu, gadis itu lalu tersentak dari lamunannya dan segera mengambil kunci mobilnya lalu bergegas menuruni anak tangga. Disaat itu Oma Rita kemudian menghentikannya dan mengatakan "Vio, lelaki itu Tn.Alfred, mengatakan dia akan menceritakan semuanya tentang Kematian Caroline Williams". Viona dilema apa yang harus dia lakukan terlebih dahulu, ia lalu memegang bahu Oma Rita sembari berkata "Bantu aku Oma, rekam apapun yang dikatakan Tn.Alfred, katakan padanya aku akan kembali sesegera mungkin dan akan mendengarkan setiap ceritanya, namun sekarang ada hal penting yang harus aku kerjakan Oma Rita. Ini lebih penting dari apapun Oma, ini tentang hidup sahabatku." kata Viona kemudian dengan tegasnya kepada wanita itu, lalu ia segera bergegas pergi menuju apartemen mereka.
...