Viona memasuki ruangan itu, didapatinya Tn.Alfred hanya terduduk murung di kursinya sambil menatapi tangannya yang masih juga di borgol.
Viona mendekati pria itu lalu duduk di kursi yang telah disediakan di dalam ruangan itu berhadapan dengan pria itu dengan sebuah meja yang memisahkan keduanya. Tn.Alfred menyadari kehadiran seseorang, lalu mengangkat wajahnya. Wajah itu tampak sendu, namun saat melihat wanita didepannya pria itu lalu tersenyum menampakkan giginya yang tidak terurus.
"Bapak sudah makan?" tanya Viona kemudian, pria itu hanya menggeleng.
Viona lalu mengirim pesan kepada Alice agar mereka menyiapkan makanan untuk Tn.Aldred.
"Saya ingin melepas borgol ini, Dokter" kata lelaki itu pada Viona, dia menyangka bahwa Viona adalah dokternya.
"Baiklah, nanti sebelum makan borgolnya akan di lepaskan. Tapi bapak harus janji untuk tidak memberontak selama disini" kata Viona kemudian.
"Iya saya berjanji" kata pria itu sambil menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Viona lalu meminta Azka untuk melepaskan borgol Tn.Alfred, kemudian pria itu makan dengan lahapnya. Setelah selesai makan Viona meminta Alice untuk memberikan obat penenang pada lelaki itu, lalu meminta Azka untuk mengistirahatkan Tn.Alfred.
"Sekarang bapak istirahat dulu, besok pagi saya akan kembali kesini untuk menjenguk bapak." kata Viona kepada lelaki itu.
"Dokter, tapi kenapa saya harus dirawat di sini? Bukankah ini seperti penjara?" lelaki itu bertanya.
Viona menggenggam tangan lelaki itu seakan memberikan penguatan pada pasiennya itu sembari berkata "Ada sesuatu yang harus bapak jelaskan secara terperinci kepada saya, besok saya akan kembali dan bapak harus menceritakan semua kepada saya agar saya bisa membantu bapak keluar dari sini". kata Viona dengan senyum menenangkannya.
"Iya saya akan menceritakan semuanya dokter" kata lelaki itu kemudian.
Viona lalu keluar dari ruangan tersebut.
"Dia mungkin akan mengantuk setelah diberikan obat penenang tersebut, semoga besok pagi kondisinya sudah lebih baik." kata Alice pada Azka dan Achmed.
"Semoga besok pagi kita sudah bisa menginterogasinya" kata Achmed kemudian, bersamaan dengan Viona yang baru keluar dari ruangan interogasi.
"Bisakah besok interogasinya saya yang melakukannya? Maksudnya, dia mengatakan besok pagi akan menceritakan semuanya pada saya, takutnya jika kalian lebih dulu menginterogasinya, dia akan kembali menjadi brutal" Viona menjelaskan.
Achmed melirik Azka yang sejak dari tadi hanya termenung di bangkunya. "Ehem.." Achmed berdehem sejenak sebelum berbicara "Pak, apakah bisa besok kita menunggu nona Viona sebelum memulai interogasi?"
Azka lalu terhenyak dari lamunannya, dia tersadar jika ketiga pasang bola mata itu sedang mengamatinya.
"Baiklah" jawabnya datar.
"Terimakasih, besok saya akan datang lebih awal" kata Viona kemudian.
Alice dan Viona lalu pamit undur diri, saat akan melangkahkan kaki keluar dari tempat itu Alice kemudian teringat akan sesuatu dan cepat-cepat kembali ke meja kerja Achmed dimana tadi mereka sempat bercakap-cakap.
"Artikel..." kata Alice dengan sedikit tersengal-sengal karena dia berlari dari depan pintu masuk.
Azka dan Achmed melihatnya penuh tanda tanya.
"Maksud saya Artikel yang ditulis dengan inisial AV, seharusnya kalian sudah menemukan siapa pemilik akun tersebut." Kata kata Alice meluncur begitu saja dari mulutnya.
Azka lalu membelalakkan matanya, ia seperti mendapatkan jawaban dari sesuatu yang sedang ia cari.
"Achmed, beritahu semua anggota Cyber Five untuk segera berkumpul sekarang!!" katanya kemudian, namun Achmed terlihat masih belum mengerti maksud komandannya itu.
"KUMPULKAN CYBER FIVE SEKARANG" Teriak lelaki itu seketika yang membuat Alice cukup kaget dengan suaranya itu.
"Siap Komandan" kata Achmed kemudian dengan siap, lalu berlari entah kemana, mungkin mencari keempat temannya yang lain.
Alice akan pergi saat Azka meraih tangannya, wanita itu tampak kaget dan juga gugup. "Terimakasih" kata lelaki itu kemudian sambil masih tetap memegang tangan Alice. Disaat bersamaan tampak Viona dan Ronald memasuki ruangan itu.
Wajah Alice lalu berubah, dia takut apa yang baru saja terjadi dan di lihat sahabatnya itu akan membuat terluka hati sahabatnya, ia lalu cepat-cepat menghempaskan tangan Azka yang masih juga menggenggam tangannya. Alice lalu berlari kecil kearah sahabatnya dan Ronald berdiri.
"Haii" kata Alice pada Ronald sambil melambaikan tangannya.
"Kamu sehat kan?" tanya Ronald kemudian pada Alice, Alice lalu tersenyum bahagia sambil menganggukan kepalanya "Iya sehat" jawabnya.
"Aku anter pulang?" tanya Ronald kemudian, belum sempat Alice menjawab tiba-tiba terdengar lagi sebuah teriakan yang membuat mereka bertiga langsung terkejut.
"CYBER FIVE KUMPUL SEKARANG!!" tak perlu ditanya lagi siapa yang berteriak seperti itu, 'sepertinya dia memang hobi berteriak' kata Alice dalam hati.
Tanpa pikir panjang Ronald lalu menjawab "Siap Komandan!" Alice dan Viona hanya menatap kedua pria itu secara bergantian, Ronald lalu pamit dengan bahasa tubuhnya, sebelum pergi ia menyempatkan diri untuk mencubit pipi Alice dan tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya, lalu kemudian berlari ke arah Azka.
...
Disuatu tempat tampak seseorang yang sangat gusar, dia berjalan mondar-mandir kesana kemari sambil memperhatikan ponselnya, tak lama kemudian ponselnya berdering.
"Ada kabar apa?" tanya orang itu
"Sampai saat ini belum ada perkembangan." kata suara diseberang.
"Kasus ini telah dibuka kembali, apapun alasannya jangan sampai semuanya terbongkar!! Jika kasus ini terbongkar maka aku juga akan membuka mulut. Aku tidak ingin sendirian membusuk di dalam penjara" Kata orang itu memperingatkan.
"Jangan sekali-kali mengancamku sampah! Jika kau berani buka mulut maka keluargamu yang akan menjadi taruhannya!" suara diseberang balik mengancam orang itu.
"Arghh...." orang itu kemudian berteriak geram dan membanting ponselnya.
...
Hari sudah larut malam namun kedua wanita itu belum juga tidur, Viona masih duduk sambil mengerjakan beberapa pekerjaan kantornya sedangkan Alice hanya berbaring di tempat tidur.
"Vio..." panggil Alice pelan
"Iya" jawab wanita itu.
"Ayo tidur" kata Alice kemudian
"Ntar lagi, tinggal dikit lagi. Kamu tidur duluan gih, bebh" jawab Viona sambil masih fokus dengan kertas-kertas di atas meja kerjanya itu.
"Bebh, tadi itu Azka megang tangan aku cuman mau bilang terimakasih karena aku mengingatkan dia soal Artikel yang tanpa nama itu" kata Alice pada sahabatnya itu "Aku nggak suka sama Azka koq, bebh" lanjut Alice.
Viona membereskan pekerjaannya lalu berjalan ke arah tempat tidur, di raihnya tangan sahabatnya itu lalu digenggamnya "Aku sudah terbiasa bebh dengan tidak dihiraukan oleh siapapun, ada rasa kesal dan marah. Tapi yang namanya perasaan tidak bisa dipaksakan. Kita tidak pernah tau kapan dan dengan siapa kita akan jatuh cinta. So, Azka jatuh cintanya sama kamu, dan itu adalah garis takdirnya" kata Viona dengan tersenyum, dan Alice tahu itu adalah senyuman tulus sahabatnya.
"Tapi bebh, jatuh cinta juga bukan hanya pada pandangan pertama, mungkin Azka jatuh cinta padaku seperti itu, namun bisa saja suatu saat dia akan jatuh cinta karena sudah terbiasa denganmu. Kita juga tidak tahu kan takdir kita kedepannya akan seperti apa?" kali ini kata-kata Alice sungguh menyentuh hati Viona.
"Hhemmmm.... entahlah bebh, itu dulu yang aku pikirkan tentang Tristan, mungkin dia akan berubah mencintaiku seiring berjalannya waktu, tapi aku salah. Dia hanya kasihan padaku, dia hanya iba melihat diriku, lalu akhirnya memutuskan untuk belajar mencintaiku. Namun itulah hidup, sampai akhir dia hanya mencintaimu Alice" Viona menggungkapkan perasaannya.
"Vio... maafkan aku" kata Alice kemudian. "Aku tidak bisa berbuat banyak bebh, aku tahu kau menjalani hari-hari dengan begitu berat, tapi aku gadis bodoh ini tidak mengetahui sama sekali apa yang terjadi. Aku hanya berharap secepatnya kau menemukan seseorang yang benar-benar tulus mencintaimu. Aku ingin melihatmu bahagia bebh, aku sangat menyayangimu." Kata Alice lalu menghambur masuk dalam pelukan Viona. Keduanya larut dalam perasaan masing-masing, satu hal yang pasti persahabatan yang sejati akan lebih mendahulukan kepentingan dan kebahagiaan sahabatnya, dibandingkan dirinya sendiri. Jika kita masih hanya memikirkan ego kita sendiri, maka sudah jelas kita belum menemukan sahabat yang sejati.
catatan penulis:
Maaf baru bisa up lagi... tolong bersabar ya pembaca setiaku...
Kalian yang terbaik.. 🥰🤗